Short
Kesempatan Kedua, Luka Terakhir

Kesempatan Kedua, Luka Terakhir

By:  Wardah SyahidaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
9Chapters
3.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang rekan kerja di kantorku hamil dan memintaku membantunya membelikan teh susu. Tapi dia lalu sakit perut dan keguguran setelah meminumnya. Dia terbaring menangis di rumah sakit, menuduhku sengaja menyakitinya. Aku diseret keluarganya dan dipukuli, lalu menuntut ganti rugi dua miliar. Aku lapor polisi dan bersiap mengajukan tuntutan hukum, tapi aku lebih dulu mati dilindas truk karena didorong ibu mertuanya.

View More

Chapter 1

Bab 1

Aku membuka mataku lagi. Seluruh tubuhku gemetar. Segalanya masih utuh, tidak ada yang patah. Tidak ada rasa sakit yang tajam karena tulang-tulang yang remuk.

Aku pun menyadari bahwa aku hidup kembali!

Rekan kerjaku yang bernama Jennie datang menghampiriku. "Dewita, ayo beli teh susu! Siang ini panas banget!"

Dia sedang hamil lima bulan dan mudah kepanasan. Dia suka beli minuman dingin hampir setiap hari.

Pengajuan kartu kreditku disetujui minggu lalu. Setiap kali orang-orang di kantor ingin membeli sesuatu bersama-sama, mereka selalu memintaku memesan atas namaku.

Aku juga tidak keberatan membantu. Tapi aku tidak menyangka Jennie sakit perut setelah minum teh susu. Kami langsung melarikannya ke rumah sakit.

Keluarganya lalu datang dan menuduhku bersalah atas hilangnya cucu kesayangan mereka, kemudian memintaku membayar ganti rugi sebesar dua miliar.

Memikirkan kematian tragisku, aku cepat-cepat mengambil ponselku dan menolak. "Aku nggak kepingin minum teh susu. Aku sedang diet, nggak bisa minum minuman manis."

Jennie masih tidak bergeming. "Belikan buat aku saja! Pakai kartu kreditmu!"

"Nggak mau. Aku nggak mau tanggung jawab kalau terjadi sesuatu!"

Aku menolak mentah-mentah. Jennie sedikit tertegun. "Dewita, jangan pelit. Cuma teh susu kok, apa yang bisa terjadi?"

Maura yang duduk di meja kerja di seberangku ikut menimpali. "Iya, Dewita, kamu cuma pelit saja. Kita 'kan teman kerja, apa susahnya membantu sedikit?"

"Kamu tadi baru beli kupon, 'kan? Kenapa nggak kamu saja? Kita 'kan teman kerja!"

Aku melempar balik pertanyaan itu dan wajah Maura tiba-tiba membeku. "Maura, ayo pesan barengan!"

"Aku ...."

Dia terlihat enggan. Aku menatapnya dengan bibir menyeringai. "Kenapa? Nggak mau? Kita 'kan teman kerja, jangan pelit-pelit!"

"K-kuponnya sudah kupakai!"

Maura akhirnya tersadar dan segera menggoyangkan ponselnya. "Maaf! Sudah dipakai semua, Kak Jennie, kamu minta tolong yang lain saja!"

Wajah Jennie terlihat tidak senang. Dia kembali ke meja kerjanya sambil mendengus dingin. Tak lama kemudian, ada driver datang membawakan pesanan teh susu untuknya.

Ternyata dia bisa membelinya sendiri, tidak harus memesan bersama!

Tapi aku jadi penasaran. Jennie di kehidupanku sebelumnya tiba-tiba sakit perut dan keguguran. Apa yang terjadi?

Aku menggelengkan kepalaku. Saat waktu pulang kerja, Jennie menarikku dan berkata, "Dewita, kita pulang bareng yuk? Aku bonceng motormu ya?"

"Nggak bisa! Aku nggak bisa bonceng orang!"

"Kamu kok pelit banget sih! Motor bututmu bisa jalan secepat apa di jam sibuk begini?"

"Memang aku pelit! Nebeng orang lain saja sana!"

Aku menepis tangannya dan bergegas keluar, pergi pulang dengan motorku. Jennie mengentakkan kakinya karena marah.

Aku bingung, kenapa dia selalu menggangguku?

Jennie mengirim pesan kepadaku esok harinya. "Dewita, beliin sarapan, dong. Nasi uduk dekat rumahmu itu enak banget."

Seenaknya saja minta-minta! Aku tidak akan membiarkan dia memerasku!

"Nggak sempat beli!"

Jennie segera meneleponku setelah aku membalas, tapi aku tidak mengangkatnya. Sesampainya di kantor, aku melihat wajahnya cemberut. Dia melotot dan memarahiku. "Dewita, aku lapar! Mana nasi uduknya!"

Aku tertawa dingin. "Kalau lapar ya makan. Aku nggak punya utang apa-apa sama kamu, kenapa kamu suruh-suruh aku terus? Aku bukan bapak anakmu!"

Teriakan kerasku membuatnya tertegun. Matanya Jennie memerah. "Dewita, kenapa kamu bicara begitu? Kalau kamu nggak mau beliin ya nggak usah beliin. Aku bisa beli sendiri."

"Aku nggak ada makanan sekarang. Kamu tega aku kelaparan sampai makan siang?"

Semua orang di kantor pun menoleh padaku. Maura juga ikut menimpali. "Dewita, kamu keterlaluan. Tega banget kamu membuat ibu hamil menderita!"

Aku mendengus dingin dan mengirim riwayat obrolan langsung ke grup perusahaan dan menandai nomor Jennie. "Aku sudah bilang nggak bisa beliin sarapan, kenapa kamu malah sebar fitnah!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
Kinoy Setya
penuh drama, air mata, ketegangan, dan emosi
2025-01-01 22:07:44
0
user avatar
Dyan Indriwati Thamrin, S. Pd.
menguras emosi
2025-01-01 19:09:07
0
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status