Beranda / Romansa / Kesempatan Kedua / Bab 6. Memakai Topeng Sandiwara

Share

Bab 6. Memakai Topeng Sandiwara

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-25 12:00:55

Arletta sedikit mengangkat dagunya dan melanjutkan, “Kita harus memerhatikan besarnya gedung milik client tersebut serta kita harus menentukan budaya mana yang kental dengan Indonesia. Jika kita hanya menyebut nuansa Indonesia maka artinya luas. Indonesia kaya akan budaya. Setiap kota dari Indonesia memiliki budaya-budaya yang luar biasa indah. Di sini apa client tersebut menginginkan nuansa jawa atau menyerahkan sepenuhnya pada arsitek?”

Perkataan yang terlontar dari Arletta itu sukses membuat semua orang melihatnya. Sebuah pertanyaan yang menunjukan bahwa cara pandang Arletta sangatlah cerdas. Termasuk Keevan yang sempat terdiam kala mendengar ucapan Arletta.

Hening. Ruang meeting tersebut menjadi hening, tidak sama sekali ada yang bersuara. Sebagai karyawan baru, Arletta mampu membungkam karyawan lama. Cara sudut pandang Arletta menunjukkan bahwa cara berpikirnya cerdas dan teliti.

Keevan belum mengatakan apa pun. Pria itu menatap dalam pancaran mata tegas Arletta. Jika dulu dia melihat tatapan mata Arletta yang lemah lembut, kali ini dia sudah tidak lagi melihat pancaran mata lemah lembut milik Arletta.

Keevan segera menepis pikirannya, dan bersikap acuh tidak peduli. Pria itu tidak mau terjebak di dalam sebuah lingkaran api. Dia sedikit mengembuskan napas panjang, dia menganggap bahwa wanita yang ada di hadapannya adalah sosok wanita yang tak dia kenali.

Alright, kau benar. Angga akan mengatur pertemuan dengan client kita secepatnya. Sekarang yang aku minta pada kalian semua, kita harus menyiapkan beberapa contoh gambar sebagai bahan referensi untuk mereka,” tukas Keevan datar dan penuh wibawa. Nada bicaranya seakan sama sekali tidak mengenal Arletta.

Arletta mengangguk. “Baik, Pak. Saya mengerti.”

“Baik, Pak Keevan.” Para manager dan arsitek mengeluarkan suara mereka.

Meeting cukup sampai di sini. Kita lanjutkan minggu depan.” Keevan menutup meeting itu. Kemudian, para arsitek dan para manager pamit undur diri. Pun Arletta hendak pamit undur diri. Namun, tiba-tiba…

“Arletta. Kamu tetap di sini. Ada yang ingin aku bicarakan padamu,” tukas Keevan yang langsung membuat langkah kaki Arletta terhenti. Sialnya, dia ingin bersikap tidak peduli, tapi ketika Arletta berbalik—lidahnya tak tahan ingin meminta Arletta untuk berhenti.

Arletta bergeming di ambang pintu. Dia ingin sekali meninggalkan ruang meeting itu. Akan tetapi, Arletta harus tetap bersikap professional. Tujuannya di perusahaannya hanya untuk bekerja. Arletta telah meneguhkan hatinya, apa yang terjadi di masa lalu hanyalah sebuah mimpi buruk yang tak perlu lagi diingat. Kini Arletta berbalik—dia menatap Keevan dengan tatapan lekat.

“Ada apa, Pak Keevan?” tanya Arletta dengan suara tenang dan sopan. Manik mata wanita itu tak lepas menatap Keevan. Tatapan tersirat menatap penuh kesopanan pada bosnya. Dia telah memasang dinding penjulang tinggi membatasi dirinya dan Keevan.

“Angga, tinggalkan aku berdua dengan Arletta,” ucap Keevan tegas, dan raut wajah tanpa ekspresi. Dia mengusir Angga pergi, karena ingin bicara berdua dengan Arletta.

“Baik, Pak. Saya permisi.” Angga menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Keevan dan juga Arletta.

Di ruang meeting yang megah itu hanya ada Arletta dan Keevan. Tampak jelas Keevan dan Arletta saling menatap satu sama lain. Sorot mata Keevan begitu dingin. Sedangkan Arletta menatap Keevan layaknya orang asing yang tak saling mengenal.

“Kenapa kamu bekerja di sini?” Suara Keevan bertanya dengan nada yang menginterogasi. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Arletta Pardipta—junior kampusnya—bekerja di perusahaan miliknya. Seakan dunia ini memang benar-benar sangat sempit.

Arletta belum mengeluarkan kata mendengar apa yang Keevan tanyakan. Sebuah pertanyaan yang sangat bodoh. Jika saja di awal dia tahu bahwa Mahardika Company adalah milik Keevan Danuarga, maka pasti Arletta tidak akan jadi melamar. Posisinya sekarang dirinya tidak bisa menghindar, karena dirinya butuh uang.

“Pak Keevan Danuarga. Saya adalah lulusan arsitek. Tentu yang saya cari adalah perusahaan arsitek. Dan kebetulan teman saya menawarkan saya bekerja di sini. Jujur saya tidak menyangka kalau Mahardika Company adalah milik Anda. Andai perusahaan ini menggunakan nama Danuarga maka saya pasti akan tahu kalau ini adalah perusahaan Anda,” Arletta menjawab dengan pelan, dan tersirat penuh ketegasan. Nada bicara Arletta begitu formal. Layaknya atasan dan bawahan.

Keevan tak mengindahkan penjelasan Arletta tadi. Pun dia tak berniat menjelaskan tentang Mahardika Company. Memang, tidak sangat jarang orang tahu Mahardika Company adalah miliknya. Mengingat Keevan menetap sementara di New York. Seluruh aktivitas di Mahardika Company selalu diurus Angga. Sedangkan Keevan selama masih berada di New York hanya mengawasi dari kejauhan.

Keevan mendekat pada Arletta. Tatapannya tak lepas menatap Arletta yang ada di hadapannya. “Kenapa kamu pindah dari rumahmu?” tanyanya lagi. Ini adalah pertanyaan yang sudah lama sekali ingin dia tanyakan.

Tentunya, ingatan Keevan kembali muncul tentang Arletta yang pindah rumah. Selama lima tahun Keevan meninggalkan New York, masih ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan Keevan. Termasuk Arletta yang pindah rumah tanpa memberitahu dirinya.

Di masa kuliah dulu, Arletta adalah gadis yang selalu menceritakan banyak hal pada Keevan. Hal itu yang membuat Keevan sedikit bingung. Kepindahan Arletta benar-benar mendadak. Dirinya saja sama sekali tidak tahu.

Senyuman samar di wajah Arletta terlukis mendengar apa yang diucapkan oleh Keevan. Tampak wajah Arletta berusaha untuk tenang. Senyuman itu hanyalah senyuman palsu yang Arletta tunjukan.

Hatinya sudah hancur berkeping-keping setelah kembali melihat Keevan. Arletta seakan dipermainkan oleh takdir. Arletta berharap tak lagi melihat Keevan. Tapi kenapa sekarang dia harus kembali dipertemukan? Dia membenci ini semua. Namun, hal yang Arletta ingat adalah dirinya telah berjanji untuk menjadi wanita yang tangguh dan tidak lemah.

“Saya pindah karena memang harus pindah dari rumah itu. Tidak ada alasan khusus,” jawab Arletta dengan sopan dan formal.

Keevan nampak tak suka mendengar ucapan formal Arletta, karena begitu asing di telinganya. Pria itu tetap terdiam dan mengamati wajah Arletta lalu bertanya kembali, “Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau kamu pindah?”

Entah kenapa tiba-tiba Keevan mengeluarkan pertanyaan ini. Sungguh, Keevan sendiri tak mengerti kenapa harus dia ingin tahu urusan Arletta. Sudah jelas sejak dulu dia tak pernah peduli pada gadis itu. Tapi kenapa sekarang dia ingin tahu?

Arletta seperti mersakan tersiram alkohol di tubuhnya yang terluka. Benar-benar perih dan menyakitkan. Tatapan Keevan itu seakan melumpukan tubuh Arletta. Tak memungkiri bahwa Arletta merindukan Keevan. Bahkan sangat merindukan. Hanya saja ingatan Arleta berputar pada ucapan Keevan yang mengusirnya layaknya boneka yang tak layak lagi untuk digunakan.

“Pak Keevan Danuarga. Kita adalah dua orang asing yang dipertemukan di lingkup dunia pekerjaan. Dulu Anda adalah senior saat saya masih kuliah tapi itu sudah lama sekali. Sekarang kita adalah atasan dan bawahan. Saya harap Anda tidak perlu mempertanyakan hal-hal pribadi saya. Jika Anda ingin bertanya tentang pekerjaan maka tentu saya akan menjawabnya. Saya permisi, Pak keevan. Selamat pagi.” Arletta menundukan kepalanya ke arah Keevan—lalu dia pamit undur diri dari hadapan Keevan.

Keevan bergeming. Dia terdiam melihat perubahan sifat Arletta. Ada rasa sedikit terkejut. Tapi Keevan mengerti karena memang lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Dalam lima tahun banyak orang yang pasti berubah. Sorot mata Keevan tak henti menatap punggung Arletta yang mulai lenyap dari pandangannya. Tampak sepasang iris mata cokelat Keevan menunjukan ribuan penuh maksud yang sulit untuk diartikan.

Namun … Keevan tidak menyadari kalau bulir air mata Arletta menetes kala pergi meninggalkan ruang meeting itu. Terlihat jelas wajah Arletta muram dan tersirat penuh luka. Tepat dikala Arletta meninggalkan ruang meeting itu; Arletta seperti mencopot topeng sandiwara di wajahnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
rasain dasar lu ya jadi laki
goodnovel comment avatar
Ida Darwati
kasihan arleta,,kamu wanita tangguh kuat wonder women, bisa melalui 5 th hancur hatinya tetep kuat,,ga msu aborsi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kesempatan Kedua    Bab 88. Ending Scene (TAMAT)

    London, UK. Satu persatu salju turun cukup lebat di kota London. Beberapa jalanan penuh dengan balok es yang tertutup. Bahkan mobil-mobil yang kebetulan terparkir di pinggir jalan sudah tertutup oleh balok es. Salju turun masih bisa ditoleransi. Karena jika badai salju yang turun, maka pasti jalanan akan sepi. Tidak ada siapa pun di sana.“Papa … Mama … Keanu suka bermain salju,” pekik Keanu riang sambil melempar-lempar salju.“Keanu, pelan-pelan, Nak,” jawab Arletta dengan senyuman di wajahnya.Keanu tersenyum manis. “Mama tenang aja. Keanu anak pintar.”Arletta kembali tersenyum melihat Keanu yang ditemani Mirna bermain salju. Bocah laki-laki itu tengah membentu boneka salju. Untungnya, Keanu adalah anak cerdas. Cukup melihat satu kali contoh boneka salju, dia sudah mampu membuat boneka salju itu.Ya, London adalah kota di mana Keevan mengajak istri dan kedua anaknya berjalan-jalan. Musim salju adalah musim yang dipilih Keevan. Pria itu tahu pasti kedua anaknya akan senang jika dib

  • Kesempatan Kedua    Bab 87. Extra Part VI

    Sebuah gaun berwarna merah membalut tubuh Arletta begitu sempurna. Rambut panjang dan indah wanita itu digulung ke atas memperlihatkan leher jenjangnya. Kilauan kalung berlian di leher Arletta menyempurnakan penampilan wanita itu.Gaun merah yang dipakai Arletta sama seperti pakaian yang dipakai Arula. Ya, rupanya Arletta sengaja memesan dua gaun khusus untuknya dan Arula. Mereka layaknya kembar.Arula memiliki tubuh yang gemuk, kulit putih seperti boneka hidup, dan wajah yang sangat cantik. Arula perpaduan wajah Keevan dan Arletta. Tak heran jika banyak sekali yang gemas pada Arula. Karena memang balita kecil itu sangatlah cantik.Malam ini adalah malam di mana Arletta untuk hadir di pernikahan Arvin. Tentu Arletta tidak hanya datang sendiri saja. Wanita itu akan datang bersama dengan suami dan kedua anaknya.“Sayang, apa kamu udah siap?” Keevan masuk ke dalam walk-in closet sambil menggenggam tangan Keanu. Namun, seketika mata Keevan dan Keanu begitu berbinar kagum melihat penampila

  • Kesempatan Kedua    Bab 86. Extra Part V

    “Udah selesai ngobrolnya?” Keevan menatap Arletta yang baru saja masuk ke dalam kamar pribadi yang ada di ruang kerjanya. Pria itu duduk di sofa kamar sambil memegang iPad.“Udah.” Arletta menatap Keanu dan Arula yang sekarang sudah tertidur pulas. “Keanu udah makan belum?” tanyanya.“Udah, tadi Keanu udah makan. Dia mengantuk sepertinya di sekolah, pelajarannya terlalu berat sampai membuatnya kecapean,” jawab Keevan dingin dan datar.Arletta duduk di samping Keevan. “Sayang, kamu nggak marah, kan?” tanyanya pelan dan hati-hati. Cukup dari nada bicara saja dia tahu kalau sang suami jengkel.Keevan meletakan iPad-nya ke atas meja dan menatap Arletta. “Apa yang aku duga bener, kan? Arvin itu udah lama naksir kamu.”“Keevan, aku nggak tahu. Arvin nggak pernah bilang kalau dia naksir aku,” jawab Arletta jujur. Selama ini memang Arvin tak pernah bilang padanya, kalau pria itu menyukainya. Dia hanya mendengar ucapan konyol Rima yang selalu bilang Arvin suka padanya.“Nggak perlu ngomong har

  • Kesempatan Kedua    Bab 85. Extra Part IV

    “Arletta, kamu ganti pakaian kamu. Aku mau ajak kamu ke kantor.”Kalimat yang Keevan ucap itu sedikit membuat Arletta terkejut. Arletta yang baru saja selesai menyusui Arula, langsung menatap Keevan lekat-lekat. Sangat jarang sekali suaminya mengajaknya untuk ke kantor. Apalagi sejak Arula sudah lahir. Arletta sangat jarang sekali pergi. Pun kalau pergi pasti Arletta pergi bersama dengan ibunya, ibu mertuanya, atau dengan Rima.“Sayang, kamu mau ajak aku ke kantor?” ulang Arletta memastikan. Dia takut kalau apa yang dia dengar ini salah.Keevan mengangguk sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Ya, aku mau ajak kamu ke kantor. Tapi kita jemput Keanu dulu setelah itu kita ke kantor.”Hari ini Keevan sengaja berangkat ke kantor siang hari, karena memang dia ingin mengajak istri dan kedua anaknya untuk ke perusahaannya. Dia tahu sang istri merasa bosan di rumah. Jadi tak ada salahnya dia mengajak sang istri ke kantor demi mengurangi rasa jenuh.Arletta tersenyum m

  • Kesempatan Kedua    Bab 84. Extra Part III

    Arletta bangun terlambat karena sepanjang malam mendapatkan serangan dari sang suami. Wanita itu bahkan tak menyiapkan sarapan, akibat kelelahan. Untungnya di rumahnya itu memiliki chef dan banyak pelayan. Jadi Arletta tak perlu repot untuk memasak.Keanu sudah berangkat sekolah. Arula tengah diajak pengasuhnya untuk berjemur. Sinar matahari pagi sangat baik untuk kulit. Sedangkan Arletta masih terbaring di ranjang, masih kelelahan.Tadi malam, Arletta baru bisa tertidur pada pukul tiga pagi. Lebih dari satu minggu tak bertemu dengan sang suami membuat suaminya itu seperti singa yang kelaparan. Tentu sebagai istri yang baik, Arletta wajib untuk melayani suaminya itu. Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Arletta yang tengah berbaring di ranjang, mengalihkan pandangannya melihat ke arah pintu dan meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.“Permisi, Bu.” Seorang pelayan melangkah menghampiri Arletta.Arletta menatap sang pelayan. “Iya? Ada apa?” tanyanya.“Bu, ini saya b

  • Kesempatan Kedua    Bab 83. Extra Part II

    “Papa …” Keanu melompat-lompat gembira melihat Keevan yang baru saja turun dari mobil. Berikutnya, dia langsung menghamburkan tubuhnya ke Keevan. Refleks, Keevan menggendong Keanu dan menghujani putranya itu dengan kecupan.Arletta tersenyum melihat pemandangan itu. Bahkan Arula yang ada digendongannya juga nampak riang bertepuk tangan melihat Keevan sudah pulang. Tepatnya, tadi malam Keevan bilang kalau akan tiba di rumah pada pukul sepuluh pagi. Arletta senang karena Keevan menepati janjinya untuk pulang lebih cepat. Lihat saja Keanu sudah sangat senang melihat ayahnya pulang. Well, bukan hanya Keanu saja yang senang tapi juga Arletta serta Arula—si balita cantik nampak senang. Keevan melangkah mendekat ke arah Arletta sambil menggendong Keanu. Pria itu memberikan kecupan di bibir istrinya dan kecupan di pipi bulat Arula. “Maaf membuat kalian menunggu lama.”“Nggak apa-apa, Sayang. Yang penting kamu udah pulang sekarang.” Arletta memeluk lengan Keevan, dan memberikan kecupan di l

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status