Share

Ferron #2

Bianca terdiam kedua matanya seakan akan tak percaya, ia menatap Ferron dengan rasa takutnya ia memegang kedua lengan Ferron sangat erat, wajahnya panik ia mengguncang tubuh Ferron lalu menatapnya dalam dalam.

"Aku? Apa benar akan diusir untuk kedua kalinya?" desak Bianca setelah mengacaukan penampilan Ferron.

Ferron menunduk, helaan napas terdengar panjang, "Aku benar benar serius, Nona."

Wajah Bianca pasrah tubuhnya hanya bisa bertumpu pada tanah dengan sigap Ferron menggenggam lengan kanan Bianca, "Jangan bersedih seperti itu, kurasa memberikan satu nama lain itu bukanlah hal yang buruk, tentunya jati dirimu tak terlupakan, bukan?"

Bianca menunduk sedih, ia memalingkan pandangannya, wajahnya penuh rasa kecewa.

"A-aku tak bisa berpikir ke depannya, aku benar benar merasa asing dengan segalanya," ucap Bianca gemetar dengan menahan isak tangisnya.

Air mata turun satu persatu seiring perasaan yang campur aduk bersatu dengan derasnya hujan, keadaan semakin memburuk, Ferron tanpa suara hanya bisa mencari daun yang bisa menopang hujan, suara tangisan Bianca semakin menderu, Ferron terus berusaha menyadari dirinya, tapi usaha itu sia sia.

"Nona, sadarlah!" Ferron berteriak sembari mendekup erat Bianca.

Bianca menunduk, ia menangis lalu menatap langit membiarkan air hujan menampar pipinya, memaksakan Ferron melepas pelukannya, seluruh tubuh dan pakaiannya dibasahi oleh hujan, hujan semakin deras seiring tangisan Bianca, air mata miliknya menyerbu tanah menumbuhkan berbagai tumbuhan yang membuat Ferron terkejut.

"Yang benar saja apa apaan ini?"

Ia terdiam menyentuh tanaman itu lalu menatap ke arah Bianca, "Nona, ini ... benar benar tidak beres, aku harus segera berteduh.”

Ferron terpaksa menggendong Bianca, tubuhnya dingin dan terasa lemah bahkan bibirnya pucat untuk kedua kalinya, keduanya berhasil keluar dari derasnya hujan Ferron bergegas membawa Bianca masuk ke dalam rumah miliknya yang tak jauh dari sekitar.

Kehangatan mulai menyentuh Bianca membuat tubuhnya bergerak, Ferron segera menghampirinya memegang erat jari jarinya yang terasa sangat dingin, saat telapak tangan Ferron menyentuh dahi Bianca secara terkejut Bianca bangun dengan keringat yang bercucuran, napas miliknya terdengar tak beraturan.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Ferron duduk di sampingnya.

Jantung berdegup kencang ia bahkan tak tertahan oleh tangan Bianca sendiri, terasa sesak dan mencekik energi Bianca terkuras habis.

"Nona Lucia, katakan! Apa yang terjadi?" desak Ferron mengguncang tubuh Bianca.

"Diam, berikan aku waktu." Suara tanpa emosi itu menyuruh Ferron segera tenang.

Tanpa berbicara Ferron terdiam menunduk ke lantai yang ia pijak, terlihat Bianca yang mendekatkan diri kepada api unggun, tubuhnya seakan akan ingin jatuh kepada api itu.

"Hei Nona!" teriak Ferron menangkap lengan Lucia.

Lucia melotot lalu menghempaskan genggaman Ferron, "Aku hanya duduk."

Melihat hal itu Ferron mengikuti kehendak Bianca, ia menghampirinya dan duduk di sampingnya, tepat di depan api unggun dengan jarak yang sama, api itu mulai membakar kulit Ferron.

"Di depan panas sekali, lebih baik berikan beberapa jarak dari api itu, Nona!" desak Ferron menarik syal hangat yang dikenakan Bianca.

Bianca menepis kasar tarikan itu, ia menatap tajam dan menolak ketus ajakan Ferron, "Tidak sopan."

Ferron terdiam dengan rasa bersalah ia terduduk di atas sofa, tepat menatap Bianca dan berkata, "Ayolah, kembali waras itu tidak sulit, bukan?"

Bianca menunduk diam, tidak ada balasan dari mulutnya, melihat dia hanya berdiam diri dengan selimut lalu mengenakan syal benar benar membuat Ferron khawatir ia memikirkan apa yang salah dengan perkataannya terlebih lagi melihat suatu hal yang sangat menakjubkan, terlalu banyak pertanyaan dalam benaknya.

1 jam berlalu Bianca masih bersikeras duduk di depan api unggun yang menyala, tak tahan melihat hal itu Ferron tertidur pulas selama itu demi menjaga penglihatannya dan pikirannya, selang 5 menit kemudian terdengar suara benda jatuh yang sangat keras bahkan menggema di ruangan yang diselimuti hujan, membuat Ferron terbangun melihat sekitar.

“Apa yang terjatuh?"

Setengah sadar Ferron membuka mata memaksanya melihat sekeliling, seketika ia berteriak histeris memanggil nama Bianca.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status