Share

Ferron

Melihat hal itu Bianca merasa heran dengan tingkah laku pemuda itu, sejenak ia terdiam lalu menatap wajah pemuda itu yang sangat berseri seri, telapak tangan yang menjadi saksi bisu tingkah pemuda itu masih digenggam erat.

“B-baiklah, h-hallo Ferron senang bertemu denganmu, aku Lucia! Sekarang kita harus memanggil nama satu sama lain ya!”

Penuh kegagapan Bianca membalas dengan senyum terpaksa ke hadapan Ferron, setelah mengucapkan salam perkenalan Bianca segera melepaskan tangan miliknya, telapak tangannya terdapat bekas yang memerah setelah sekian lama dipegang oleh Ferron.

“Kita sudah saling kenal, aku akan tetap memanggilmu Nona,” timpal Ferron tersenyum tipis.

“Kalau begitu Ferron sedari tadi kita tidak sampai ke inti upacara karena asik sendiri kurasa ada satu pertanyaan yang terus membuatku kepikiran,” ucap Bianca terdiam sejenak.

Bianca terdiam menatap kurang yakin ke arah Ferron yang berbalik menatapnya dengan mata yang berbinar binar dan perasaan yang penuh rasa penasaran, aura misterius Bianca terlalu memenuhi penglihatannya.

“Katakan saja apa pun itu kurasa aku bisa menjawabnya dengan benar,” jawab Ferron dengan menyombongkan wajahnya.

“Dasar, aku seakan akan melihat dua kepribadian yang berbeda dari dirimu, kurasa akan kurang menyakinkan dari jawabanmu nanti.” ucap Bianca tertawa kecil.

Suasana mendadak canggung setelah ledekan Bianca membut Ferron terdiam tapi kedua mata miliknya tak bisa berbohong, ia sangat menantikan pertanyaan selanjutnya.

“Baiklah, sepertinya kau tak berniat tertawa jadi apa tugasmu sampai kau bisa mendapatkan izin keluar dari upacara yang penting itu?” tanya Bianca menatap Ferron dalam dalam.

Ferron terdiam sejenak ia merasa ragu akan jawabannya sendiri, cahaya di wajahnya meredup, ia mengambil beberapa jarak mundur, mengalihkan tatapannya, perasaan ragu mulai memenuhi wajahnya, ia menunduk lalu mengabaikan Bianca, membuatnya menanti begitu lama.

“Aku harus menunggu sampai kapan lagi, menunggu itu adalah hal yang menyebalkan,” ketus Bianca.

“Dasar, Nona ini tidak sabaran sekali! Sulit untuk menyebut namanya,” lirih Ferron, membuang wajahnya.

Setelah berdiam dengan rasa kesal Ferron akhirnya menjawab pertanyaan yang ditunggu tunggu Bianca, sepatah kata keluar dari mulutnya membuat Bianca menoleh cepat dengan mata yang berbinar binar.

“Jadi, aku ini berkeliling layaknya penjaga keamanan karena faktanya mereka yang lebih kuat dariku tak kunjung pulang, tugas mereka menjadi tugas tambahan bagiku,” ucap Ferron menunduk sedih.

Nada bicara Ferron yang sedih seperti mengenang sesuatu menarik perhatian Bianca, ia melihat Ferron menunduk sedih berinisiatif menyemangatinya, Bianca menepuk halus punggung Ferron sembari tersenyum.

Ferron menoleh ke arah Bianca tatapannya penuh kesedihan, jantung Bianca berdegup kencang ketika mereka saling menatap, tatapan Ferron begitu dalam hingga Bianca segera mengalihkan pandangannya, melihat hal itu anak anjing yang berada di sampingnya menjadi murung.

“Ayolah, murung bukan kebiasaanmu,” ujar gemas Bianca sembari mengelus rambut Ferron.

Kini anak anjing kembali tersenyum ceria di hadapan Bianca ia menarik tangan Bianca lalu menempelkan dengan telapak tangan miliknya, milik keduanya bersatu dengan jari menempel satu sama lain, Bianca kagum dengan ukuran jari Ferron.

“Nona, apa ini membuatku terlihat lebih baik?” ucap Ferron mendekat.

Wajah Bianca kembali memerah seperti terbakar panas matahari ia terpaksa menutup kedua matanya dengan telapak tangan miliknya.

“Untuk kesekian kalinya aku akan mengatakan kau sangat pandai menggoda, dan lagi panggil aku Lucia, kurasa kita seumuran.” tegas Bianca.

Ferron mendekat lalu berbisik, “Tapi nama Lucia akan menjadi masalah besar sepanjang hidupmu, Nona.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status