Share

Bab 5 Kesepakatan Baru

Author: Misya Lively
last update Last Updated: 2025-02-25 15:03:56

“Cora, ada apa?” tanya Reno dengan suara dipelankan. Ia heran melihat Cora bereaksi keras dan menatapnya dengan sangat gugup.

Reno memberi isyarat pada pelayan restoran untuk menunggu, sementara ia menarik Cora, menepi di luar pintu restoran itu.

“Reno, aku— sepertinya aku tidak bisa menemanimu,” ucap Cora dengan gugup.

Cora tidak ingin menemui pria itu—Sofyan Nor Afrizal.

“Kenapa?” tanya Reno dengan tatapan penuh selidik. Ia merasa heran mengapa Cora tiba-tiba saja berubah pikiran.

Cora menggeleng. “Aku— tiba-tiba aku merasa tidak enak badan…” ujar Cora beralasan.

Tanpa disadari, jari -jari tangan Cora bergerak meremas sisi gaunnya. Ia sangat gugup dan gelisah. Dan hal itu tidak lepas dari pengamatan Reno.

“No, Cora. Kamu tidak bisa mundur sekarang!” seru Reno dengan nada memaksa.

“Reno, kamu— kamu bisa meminta apa saja. Tetapi aku tidak bisa melakukan ini,” ucap Cora sambil menatap Reno dengan memohon.

“Melakukan ini? Apa yang membuatmu begitu gelisah? Apakah ada seseorang yang membuatmu takut?” tanya Reno mencoba mencari tahu apa yang membuat Cora begitu gelisah.

Cora menggigit bibirnya. Ia tidak bisa memberitahu Reno siapa dan mengapa ia tidak mau menemui Sofyan.

“Tidak, bukan—bukan itu…” Cora menampiknya sembari menggeleng dengan gelisah.

“Lalu?” tanya Reno sambil memperhatikan raut wajah Cora yang tidak bisa menutupi kecemasannya.

Cora tetap diam. Dia menggigit bibir bawahnya, menjaga agar mulutnya tidak mengatakan apa pun mengenai apa yang ia rasakan.

Reno menghela nafas, dan ia berjalan mendekat. Dengan sedikit membungkuk, dipegangnya kedua lengan Cora.

“Cora, kamu ingin mengikuti kompetisi itu? Aku akan mensponsorinya! Tetapi aku ingin kamu melakukan hal yang sama untukku!” ucap Reno dengan perlahan sambil menatap Cora dengan tatapan serius.

Cora menatap balik Reno. Ia bisa merasakan kalimat Reno itu adalah sebuah ultimatum. Ultimatum bahwa dia pun berharap kerjasama yang seimbang darinya.

“Here’s the deal,” ucap Reno menjeda, memberi Cora tatapan penuh arti. “Alasan aku mengajakmu malam ini adalah karena aku membutuhkanmu untuk berpura-pura menjadi tunanganku, calon istriku, agar Papa tidak menjodohkanku dengan—siapa pun orang yang diinginkannya!”

Cora membelalakkan matanya dengan terkejut. Calon istri? Itu sebabnya Reno ingin mereka berdua menemui Papanya?

“Bagaimana? Kamu setuju? Kamu membutuhkan sponspor, dan aku membutuhkan seorang istri…” tanya Reno dengan tatapan yang masih sangat serius.

“T-tapi Reno… a-aku tidak bisa menjadi istrimu…” ucap Cora dengan gugup. Bagaimana mungkin ia menikah dengan Reno dan berhadapan kembali dengan Sofyan?

Kening Reno berkerut. “Kenapa tidak? Kamu—belum menikah kan?”

Cora menggeleng. Tentu ia belum menikah. Hanya saja…

“Kalau begitu kenapa? Apa aku tidak cukup baik untuk jadi suamimu?” tanya Reno dengan nada tinggi. Dilepaskannya Cora dengan kesal.

“Aku cukup baik untuk jadi sponsormu, tapi aku tidak cukup baik untuk menjadi suamimu?” tanya Reno lagi dengan nada sarkas, menyindir Cora.

Cora menggeleng dengan cepat. “Tidak, bukan itu…” tampik Cora dengan gelisah.

Cora merasa serba salah. Ia ingin memberitahu Reno mengapa ia tidak bisa menemui Sofyan dan bahkan menikah dengannya. Tapi, ia tidak bisa melakukan itu.

“Lalu apa?” Reno menatapnya tajam.

Cora masih dapat melihat kekecewaan dan rasa sakit yang dulu pernah ia torehkan di hati pria di hadapannya itu.

Cora merasa kontradiksi. Ia melihat ke dalam restoran, lalu kepada Reno. “Reno—”

“Kamu pikir aku membutuhkanmu untuk bisa membuat Lumiere menjadi terkenal?” sergah Reno sebelum Cora sempat berbicara.

Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sambil berjalan perlahan mendekati Cora. “Dengan ataupun tanpa dirimu, aku bisa membuat Lumiere terkenal. Hanya masalah waktu. Tapi kamu? Bisakah kamu ikut kompetisi tanpa sponsor dariku?”

Cora menundukkan wajahnya. Reno benar. Jika pria itu ingin mengangkat Lumiere dengan cepat, dia bisa saja melakukannya. Dia punya uang dan sumber daya yang dibutuhkan. Dan sebaliknya, dirinyalah yang sebenarnya membutuhkan Reno.

Reno kembali memegang kedua lengan Cora. “Lihat aku!”

Cora mengangkat wajahnya dan bertemu dengan kedua pasang mata yang begitu lekat menatapnya.

Seperti dua buah magnet, kedua bola mata mereka seakan saling terikat satu sama lain.

“Jika kamu setuju menjadi istriku, aku akan membantumu, tidak hanya mensponsorimu, namun juga mengambil kembali apa yang menjadi milikmu.”

“Siapa pun di dalam sana yang membuatmu begitu takut,” ucap Reno sambil menunjuk dengan matanya ke arah restoran. “Tidak akan berani untuk menyakitimu. Jadi istriku, dan aku akan melindungimu.”

Cora bisa merasakan bulu kuduknya merinding mendengar ucapan Reno. Pria di hadapannya ini terlihat begitu serius dengan kata-katanya.

Tanpa sadar ia menggenggam erat kedua tangannya. Ia tahu ini tidak akan mudah, apalagi jika ia harus bersinggungan kembali dengan Sofyan. Akan tetapi ia yakin Reno akan menepati janjinya.

Bayangan Eric dan Janet yang telah mengkhianati dan memperlakukannya dengan kasar, membuatnya membulatkan tekad. “Oke!” jawabnya dengan menatap Reno.

Reno menatap Cora dengan senyuman di wajahnya. Ia mengangguk mendukung keputusan Cora, seakan Cora telah membuat pilihan yang tepat. Ia melepaskan pegangannya dan sebagai gantinya membuka telapak tangannya.

“Kita masuk?”

Cora menatap tangan yang besar dengan jari-jari yang ramping dan kokoh di hadapannya. Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan sebelum meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan pria itu.

Dengan bergandengan tangan, keduanya berjalan masuk ke dalam restoran dan membiarkan pelayan restoran itu mengantarkan mereka ke meja yang dituju.

Dan di sanalah ia melihat Sofyan—Papa Reno, sedang duduk bersama tiga orang lainnya.

Jika ia ingin Reno mendukungnya dalam kompetisi itu, maka jalan satu-satunya adalah menghadapi Sofyan sebagai calon istri Reno.

Dengan langkah yang pasti, Cora menggenggam tangan Reno lebih erat, sehingga pria itu menoleh dan melakukan hal yang sama dengan tangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 207 Tidak Lagi Keberatan

    Reno tersenyum menyeringai. Ia tahu Cora “menjual mahal”. Sebab, Ia bisa merasakan reaksi tubuh Cora menginginkan hal yang sama dengannya.“Seratus persen…” jawabnya dengan suara serak dan rendah sembari Ia menggulir rambut Cora ke samping, untukmemberinya akses pada leher jenjang putih di hadapannya.Lalu seperti bisa mencium gairah yang Cora miliki untuknya, Reno menghirup dan mengecup tengkuk Cora dengan gerakan perlahan, menyusuri inchi demi inchi leher putih mulus itu.Kedua tangannya kembali melingkari pinggang Cora, menjelajah melalui bahan sutra tipis dingin yang membalut perut ramping gadis itu.Satu tangannya naik ke atas, bermain dengan salah satu puncak bukit kembar yang tampak mencuat dibalik gaun sutra itu.Sementara itu, satu tangannya lainnya mulai bergerak turun. Ia berkata dengan suara parau diantara cumbuannya, “Lagipula, aku—sangat pandai membuat rasa penasaranmu teralihkan…”“Bahkan…aku akan membuatmu melupakan mobil itu malam ini…” Cora memejamkan matanya, dan t

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 206 The Minivan

    “Mobil apa sebenarnya?” Cora menatap mobil silver bergaya futuristik yang terparkir di halaman.Setelah pengakuan cinta Reno, hubungan Reno dan Cora mencair seperti sebelumnya. Dan selagi Reno menghangatkan kembali minuman coklat yang dibuatnya sebelumnya, Cora menunggu sambil menikmati pemandangan alam dari teras kamar mereka.Namun saat tengah mengamati keadaan di sekelilingnya, tidak sengaja Cora mendapati mobil yang tadi dikendarai Reno terparkir persis di bawah lampu taman.Dari tempatnya berdiri, Cora bisa melihat exterior mobil itu dengan jelas.Mobil itu memiliki profil menyerupai minivan futuristik yang kotak, dengan garis-garis tajam dan tepian yang tegas. Dilengkapi dengan 6 buah roda yang terlihat kuat dan kokoh.Dan yang membuat Cora bertambah heran adalah ukuran mobil itu yang tampak lebih besar dari bagian dalam yang hanya cukup untuk 2 orang saja. Bukankah hal itu aneh? Kecuali jika mobil itu mempunyai fungsi lain yang tidak ia ketahui.“Kamu suka?” Tiba-tiba saja Re

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 205 Pengakuan

    Cora refleks menyapu pandangan ke sekeliling ruangan yang ternyata adalah sebuah kamar.Sebuah kamar berdekorasi rustic bercampur modern dengan warna-warna netral dan membumi yang terlihat hangat dan nyaman. Sebuah ranjang terlihat berada di tengah ruangan, tepat menghadap jendela besar yang menyajikan pemandangan Kota Fragrant Harbour yang beberapa saat lalu dikaguminya. Tetapi bukan hanya itu yang menarik perhatian Cora. Di dinding kamar itu tergantung foto-foto lain dalam bingkai-bingkai yang lebih kecil, berbeda ukuran dan bentuk.Cora refleks berjalan menghampiri foto terdekat dan mendapati foto saat Reno berlutut di hadapannya sedang memasang anklet Madam Allegra di kakinya dalam acara malam dana beberapa waktu yang lalu.Cora tidak tahu dari mana Reno mendapatkan foto candid itu, namun kedua mata mereka yang tertangkap kamera tengah saling melirik itu, terlihat seperti tatapan mata sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Penuh kekaguman, rasa memiliki, namun juga terlihat

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 204 Tak Ada Dirinya

    “Berhenti berpura-pura tidak tahu!” Melihat reaksi Reno, Cora bertambah kesal saja. Refleks ia mendaratkan tinju kecilnya di dada bidang pria di hadapannya.Akan tetapi Reno justru mengulum senyum. Sekarang ia tahu alasan Cora marah padanya selama beberapa hari belakangan ini.“Kamu cemburu?” tanya Reno dengan ekspresi wajah menahan tawa. Ia berusaha tampak serius, namun sangat sulit kala hatinya sangat girang menyadari Cora cemburu.Cora sempat tertegun mendengar pertanyaan itu, namun ia segera menutupinya dengan kembali mendaratkan tinju di dada bidang Reno. “Untuk apa cemburu?!”“Jadi kamu yang mendengar percakapanku dan kakek malam itu?” ucap Reno dengan playful menjentikkan ujung hidung Cora. Ia ingat mendengar benda terjatuh dari ruangan sebelah. Namun saat ia mengeceknya, ia tidak melihat siap-siapa saat itu. Sekarang, ia yakin Cora adalah culpit-nya!“Aaahhh! Reno!” Cora bertambah kesal. Kenapa Reno justru menggodanya? Ia berusaha menjauh dan melepaskan tangan Reno.Namun usah

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 203 Tidak Ada Wanita Lain

    Cora berjalan pelan mengikuti Reno memasuki kabin kayu berwarna coklat kemerahan. Ia memperhatikan dengan seksama interior kabin itu.Dari luar, kabin itu tampak sederhana. Seperti sebuah kabin kayu yang terbuat dari kayu log besar yang dijejer menjadi dinding. Terlihat rustic dan menyatu dengan alam.Akan tetapi interior bagian dalam kabin itu sama sekali tidak sederhana.Ruangan di dalam kabin berkesan hangat dan nyaman dengan pencahayaan yang cukup dan suhu yang sejuk.Perabotan bergaya rustic di dalam kabin adalah keluaran brand terkenal yang bernilai tinggi dan dibuat dari bahan berkualitas yang tinggi. Semua tertata dan terjaga dengan sangat baik. Tidak tercium aroma lembab atau kayu yang membusuk, dan tidak pula terkesan kesan suram.Kabin itu adalah perwujudan rumah pedesaan dengan fasilitas mewah bergaya tradisional.“Kamu bisa melihat-lihat, aku buatkan minuman hangat…” ujar Reno sebelum ia berjalan menuju area dapur. Cora tidak menyahutinya. Ia terus berjalan melihat-li

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 202 Bohongi Hati

    Reno menatap Cora dengan tidak mengerti. Padahal Ia berharap lagu itu bisa memberi petunjuk pada Cora tentang perasaannya. Seperti… cintanya yang bersemi kembali.Reno ingat benar, Cora sangat menyukai lagu-lagu Andmesh jaman dulu. Kenapa tiba-tiba dia berubah?“Tapi—kamu sangat suka lagu-lagu—”“Siapa bilang? Lagu jadul seperti ini?!” sergah Cora sambil melipat tangan di depan dada lalu melengos melihat keluar jendela.Reno masih menatap dengan tidak mengerti saat Aero memainkan lagu lain. Kali ini lagu Cintanya aku yang dinyanyikan oleh Tiara Andini.“Tergetar aku tepat di hadapanmuDebar jantungku berdetak saat kugenggam tanganmu…Beruntung aku kini dapatkan cintamuYang tercantik di hatiku sejak awal ku bertemuJanji padaku jangan kau lukai hati seperti kisah yang lalu…”“Ganti! Mainkan Bohongi Hati!” seru Cora dengan tiba-tiba sambil ia memicingkan mata pada Reno.Reno mengernyitkan keningnya. Kenapa dia menatapnya seakan ingin mengulitinya? Dan lagu Bohongi Hati? Apa itu sebuah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status