Share

Bab 4 Indah

Penulis: Misya Lively
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 15:03:28

Jam setengah tujuh malam, Cora menunggu Reno di apartemen kecil milik Tiara.

Sejak diusir oleh Eric, ia menumpang di aparteman studio temannya itu untuk sementara waktu sampai ia mendapatkan tempat tinggal baru.

Di depan cermin, Cora mematut dirinya dalam balutan gaun shimer berwarna broken white, yang membuat kulit bersihnya terlihat lebih cerah. Gaun itu adalah pemberian Reno yang diantar seseorang tadi sore.

Cora tidak tahu persis mengapa Reno mempersiapkannya sedemikian rupa untuk makan malam ini. Ia menduga, Reno akan mengajaknya makan malam bersama koleganya. Itu mungkin alasan dia mengirimkannya gaun indah sebatas lutut itu.

Tiba-tiba saja telepon genggam Cora bergetar, memberi notifikasi saat sebuah pesan masuk.

“Aku dibawah.”

Membaca pesan pendek itu, Cora bisa menebak jika pesan dari nomor tanpa identitas itu adalah Reno. Ia pun menjawab pendek. “Oke.”

Setelah memastikan kembali penampilannya malam itu, Cora berjalan keluar apartemen dan turun untuk menemui pria itu.

Di depan lobi apartemen, pandangan Cora langsung tertuju pada sebuah mobil sport berwarna merah.

Mobil itu sangat menarik perhatian siapa saja yang melihatnya karena tampilannya yang luar biasa indah. Body mobil tersebut mempunyai lekukan yang sangat indah, detil dan dirancang dengan sangat apik. Sudah pasti mobil Ferrari jenis itu memiliki harga yang sangat mahal.

Sebagai seorang designer, Cora sangat mengagumi mobil Ferrari itu dari segi keindahannya, meskipun ia tidak mengerti benar type mobil tersebut.

“Kamu menyukainya?”

Cora menoleh ke asal suara dan barulah dia melihat Reno—yang terlihat tampan dengan mengenakan sweater hitam dan celana dark grey yang pas ditubuhnya. Figur pria itu terlihat bagus dan menarik dengan apa pun yang dikenakannya.

Reno berdiri sambil menatap Cora tanpa berkedip. Diantara jari telunjuk dan tengahnya, dia menyelipkan sepuntung rokok yang asapnya mengepul tipis ke udara.

Setelah menghisap dan mengepulkan asap rokoknya, Reno mematikan puntung itu di tempat yang disediakan di dekatnya, kemudian ia berjalan mendekat sambil matanya tidak lepas memperhatikan Cora.

Menyadari tatapan Reno yang tertuju padanya, Cora merasa jantungnya berdebar sedikit lebih cepat, dan entah mengapa ia menjadi salah tingkah.

Cora berusaha menyingkirkan rasa gugupnya dan memberanikan diri menatap pria itu. Bagaimana pun ia harus terlihat percaya diri.

Seperti seseorang yang sedang melakukan wawancara pekerjaan, ia harus menunjukkan bahwa dirinya pantas mewakili perusahaan Reno. Apa pun tantangan yang Reno berikan padanya malam ini, ia harus bisa melewatinya.

“Mobilnya… bagus sekali,” jawabnya dengan suara senormal mungkin.

Reno tersenyum miring dan berhenti di depannya. Kedua mata hitamnya memperhatikan dengan seksama penampilan Cora.

Sekilas, Cora menangkap pancaran mata Reno yang mengagumi penampilannya. Ia pun mengakui penampilannya malam ini cukup menawan. Gaun pemberian Reno yang ia kenakan di tubuhnya sangat pas dan membingkai indah lekuk tubuhnya.

“Ehem,” ia berdeham. “Kemana kita malam ini?” tanya Cora mengalihkan perhatian Reno dari menatapnya.

Reno mengangkat pandangannya dan bertemu dengan kedua mata foxy Cora.

“Ayo! Kita hampir terlambat!” Dengan acuh tak acuh Reno berbalik badan dan berjalan ke arah mobil merah itu. Ia membuka pintunya dan mempersilahkan Cora masuk.

Sambil menunggu Reno duduk di kursi pengemudi, Cora memperhatikan dengan seksama interior mobil sport mewah yang dinaikinya.

Baru kali ini ia masuk ke dalam mobil seperti itu, interior bagian dalam di dominasi warna merah dan hitam dan terkesan sangat maskulin. Bahkan bentuk kursinya pun mempunyai cekungan yang cukup dalam, berbeda dari mobil lainnya.

“Pakai sabukmu, Cora.” Tanpa disadarinya, Reno telah duduk di kursi pengemudi dan bahkan telah menyalakan mesin mobilnya.

Mendengar teguran itu, Cora mencari letak sabuk pengamannya, namun ia merasa sedikit bingung memasangnya.

Reno menyorongkan tubuhnya, dan meraih dua sabuk dari sisi kanan dan kirinya, kemudian menyatukannya di bagian depan, persis seperti sabuk mobil yang dipergunakan untuk balapan.

“Nah, sudah,” ucap Reno sambil ia membenahi sabuk itu agar nyaman di tubuh Cora.

Dan tanpa sengaja pandangan mata keduanya kembali bertemu dengan jarak yang dekat. Cukup dekat untuk bisa merasakan hembusan nafas masing-masing.

Cora kembali merasa salah tingkah dengan posisi mereka saat itu. Ia pun menundukkan pandangan dan berucap pelan, “Terima kasih.”

Reno tersenyum miring sebelum ia menarik tubuhnya menjauh, kembali duduk mengarah ke depan.

Reno mulai mengendarai mobil Daytona SP3 itu membelah jalanan kota Fragrant Harbour.

Mobil ceper dengan design modern dan sporty itu melesat dengan halus di jalanan mulus kota, melewati lampu-lampu jalan dan gedung-gedung bertingkat di sekitar mereka. Di kejauhan tampak lampu-lampu yang terlihat seolah berkelap-kelip di daerah pegunungan maupun daerah yang berada dekat ke laut.

Suasana malam hari di Fragrant Harbour memang sangat indah. Apalagi kota ini adalah sebuah kota pelabuhan yang berkembang sangat cepat.

“Kemana kita pergi?” Cora kembali menanyakan hal yang sama setelah beberapa saat suasana hening diantara mereka.

“Ambrosia,” jawab Reno singkat sambil melirik sekilas.

“Siapa yang akan kita temui?” tanya Cora memuaskan rasa ingin tahunya.

Reno menoleh sesaat, namun ia tidak menjawab dan hanya memberinya tatapan misterius. “Kamu akan lihat nanti.”

Cora tidak lagi bertanya. Jawaban itu cukup untuk memberitahukannya jika Reno tidak akan mengatakannya sampai mereka tiba di restoran.

Untungnya tidak lama mereka sampai di Ambrosia dan keduanya turun di depan pintu restoran itu.

Cora menatap bangunan restoran mewah itu saat Reno memberikan kunci mobil Daytona SP3 nya ke petugas vallet.

Ini bukan kali pertamanya ia datang ke restoran itu. Dulu, sewaktu Anjani masih hidup, nenek berusia 75 tahun itu pernah mengajaknya ke sini.

Tidak sembarang orang bisa datang dan makan di sana. Untuk bisa menikmati masakan di restoran itu, mereka perlu membuat reservasi terlebih dahulu, sehingga biasanya hanya keluarga kaya atau pengusaha yang sedang melobi bisnis yang pergi ke restoran seperti ini.

Melihat restoran itu, Cora bertambah yakin mereka akan menemui rekan bisnis Reno di sana.

Mereka berdua berjalan masuk ke dalam restoran itu, dan berhenti saat seorang pelayan menghampiri mereka.

“Selamat malam, apa Bapak sudah mempunyai reservasi?”

“Ya, atas nama Sofyan Nor Afrizal,” jawab Reno sambil mengangguk.

Sofyan Nor Afrizal? Seluruh tubuh Cora diam membeku mendengar nama itu.

“Apa?” Cora tidak sadar bertanya dengan keras. Ia menatap Reno dengan sangat terkejut. Dia kah yang akan mereka temui malam ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Misya Lively
Terima kasih kak say #love
goodnovel comment avatar
Misya Lively
Iya kak, sepupunya Bastian hehehe
goodnovel comment avatar
Okta Viska
apakah Reno ini adalah sepupunya Bastian Thor??di cerbung kesepakatan hati ibu pengganti anak CEO Thor?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 207 Tidak Lagi Keberatan

    Reno tersenyum menyeringai. Ia tahu Cora “menjual mahal”. Sebab, Ia bisa merasakan reaksi tubuh Cora menginginkan hal yang sama dengannya.“Seratus persen…” jawabnya dengan suara serak dan rendah sembari Ia menggulir rambut Cora ke samping, untukmemberinya akses pada leher jenjang putih di hadapannya.Lalu seperti bisa mencium gairah yang Cora miliki untuknya, Reno menghirup dan mengecup tengkuk Cora dengan gerakan perlahan, menyusuri inchi demi inchi leher putih mulus itu.Kedua tangannya kembali melingkari pinggang Cora, menjelajah melalui bahan sutra tipis dingin yang membalut perut ramping gadis itu.Satu tangannya naik ke atas, bermain dengan salah satu puncak bukit kembar yang tampak mencuat dibalik gaun sutra itu.Sementara itu, satu tangannya lainnya mulai bergerak turun. Ia berkata dengan suara parau diantara cumbuannya, “Lagipula, aku—sangat pandai membuat rasa penasaranmu teralihkan…”“Bahkan…aku akan membuatmu melupakan mobil itu malam ini…” Cora memejamkan matanya, dan t

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 206 The Minivan

    “Mobil apa sebenarnya?” Cora menatap mobil silver bergaya futuristik yang terparkir di halaman.Setelah pengakuan cinta Reno, hubungan Reno dan Cora mencair seperti sebelumnya. Dan selagi Reno menghangatkan kembali minuman coklat yang dibuatnya sebelumnya, Cora menunggu sambil menikmati pemandangan alam dari teras kamar mereka.Namun saat tengah mengamati keadaan di sekelilingnya, tidak sengaja Cora mendapati mobil yang tadi dikendarai Reno terparkir persis di bawah lampu taman.Dari tempatnya berdiri, Cora bisa melihat exterior mobil itu dengan jelas.Mobil itu memiliki profil menyerupai minivan futuristik yang kotak, dengan garis-garis tajam dan tepian yang tegas. Dilengkapi dengan 6 buah roda yang terlihat kuat dan kokoh.Dan yang membuat Cora bertambah heran adalah ukuran mobil itu yang tampak lebih besar dari bagian dalam yang hanya cukup untuk 2 orang saja. Bukankah hal itu aneh? Kecuali jika mobil itu mempunyai fungsi lain yang tidak ia ketahui.“Kamu suka?” Tiba-tiba saja Re

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 205 Pengakuan

    Cora refleks menyapu pandangan ke sekeliling ruangan yang ternyata adalah sebuah kamar.Sebuah kamar berdekorasi rustic bercampur modern dengan warna-warna netral dan membumi yang terlihat hangat dan nyaman. Sebuah ranjang terlihat berada di tengah ruangan, tepat menghadap jendela besar yang menyajikan pemandangan Kota Fragrant Harbour yang beberapa saat lalu dikaguminya. Tetapi bukan hanya itu yang menarik perhatian Cora. Di dinding kamar itu tergantung foto-foto lain dalam bingkai-bingkai yang lebih kecil, berbeda ukuran dan bentuk.Cora refleks berjalan menghampiri foto terdekat dan mendapati foto saat Reno berlutut di hadapannya sedang memasang anklet Madam Allegra di kakinya dalam acara malam dana beberapa waktu yang lalu.Cora tidak tahu dari mana Reno mendapatkan foto candid itu, namun kedua mata mereka yang tertangkap kamera tengah saling melirik itu, terlihat seperti tatapan mata sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Penuh kekaguman, rasa memiliki, namun juga terlihat

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 204 Tak Ada Dirinya

    “Berhenti berpura-pura tidak tahu!” Melihat reaksi Reno, Cora bertambah kesal saja. Refleks ia mendaratkan tinju kecilnya di dada bidang pria di hadapannya.Akan tetapi Reno justru mengulum senyum. Sekarang ia tahu alasan Cora marah padanya selama beberapa hari belakangan ini.“Kamu cemburu?” tanya Reno dengan ekspresi wajah menahan tawa. Ia berusaha tampak serius, namun sangat sulit kala hatinya sangat girang menyadari Cora cemburu.Cora sempat tertegun mendengar pertanyaan itu, namun ia segera menutupinya dengan kembali mendaratkan tinju di dada bidang Reno. “Untuk apa cemburu?!”“Jadi kamu yang mendengar percakapanku dan kakek malam itu?” ucap Reno dengan playful menjentikkan ujung hidung Cora. Ia ingat mendengar benda terjatuh dari ruangan sebelah. Namun saat ia mengeceknya, ia tidak melihat siap-siapa saat itu. Sekarang, ia yakin Cora adalah culpit-nya!“Aaahhh! Reno!” Cora bertambah kesal. Kenapa Reno justru menggodanya? Ia berusaha menjauh dan melepaskan tangan Reno.Namun usah

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 203 Tidak Ada Wanita Lain

    Cora berjalan pelan mengikuti Reno memasuki kabin kayu berwarna coklat kemerahan. Ia memperhatikan dengan seksama interior kabin itu.Dari luar, kabin itu tampak sederhana. Seperti sebuah kabin kayu yang terbuat dari kayu log besar yang dijejer menjadi dinding. Terlihat rustic dan menyatu dengan alam.Akan tetapi interior bagian dalam kabin itu sama sekali tidak sederhana.Ruangan di dalam kabin berkesan hangat dan nyaman dengan pencahayaan yang cukup dan suhu yang sejuk.Perabotan bergaya rustic di dalam kabin adalah keluaran brand terkenal yang bernilai tinggi dan dibuat dari bahan berkualitas yang tinggi. Semua tertata dan terjaga dengan sangat baik. Tidak tercium aroma lembab atau kayu yang membusuk, dan tidak pula terkesan kesan suram.Kabin itu adalah perwujudan rumah pedesaan dengan fasilitas mewah bergaya tradisional.“Kamu bisa melihat-lihat, aku buatkan minuman hangat…” ujar Reno sebelum ia berjalan menuju area dapur. Cora tidak menyahutinya. Ia terus berjalan melihat-li

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 202 Bohongi Hati

    Reno menatap Cora dengan tidak mengerti. Padahal Ia berharap lagu itu bisa memberi petunjuk pada Cora tentang perasaannya. Seperti… cintanya yang bersemi kembali.Reno ingat benar, Cora sangat menyukai lagu-lagu Andmesh jaman dulu. Kenapa tiba-tiba dia berubah?“Tapi—kamu sangat suka lagu-lagu—”“Siapa bilang? Lagu jadul seperti ini?!” sergah Cora sambil melipat tangan di depan dada lalu melengos melihat keluar jendela.Reno masih menatap dengan tidak mengerti saat Aero memainkan lagu lain. Kali ini lagu Cintanya aku yang dinyanyikan oleh Tiara Andini.“Tergetar aku tepat di hadapanmuDebar jantungku berdetak saat kugenggam tanganmu…Beruntung aku kini dapatkan cintamuYang tercantik di hatiku sejak awal ku bertemuJanji padaku jangan kau lukai hati seperti kisah yang lalu…”“Ganti! Mainkan Bohongi Hati!” seru Cora dengan tiba-tiba sambil ia memicingkan mata pada Reno.Reno mengernyitkan keningnya. Kenapa dia menatapnya seakan ingin mengulitinya? Dan lagu Bohongi Hati? Apa itu sebuah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status