"Aku sudah lelah dengan semua sindiran, semua cercaan dan tuduhan jika aku mandul, aku ingin membuktikan bahwa aku bukan pria mandul, aku bisa mempunyai keturunan, darah daging ku, walaupun itu tak terlahir dari istriku, aku merasa terpojok Fatma." Nathan bercerita meluapkan semua yang dia rasakan, tampak bos ini sedang berada pada batas kesabarannya. Suasana menjadi hening sesaat setelah Nathan meluapkan semua perasaannya. Fatma berpikir ulang untuk benar benar melakukan tawarannya kepada Nathan waktu itu. Bagaiman dia akan nekat melakukannya, bagaimana dia bisa membiarkan laki laki selain suaminya itu akan menghamilinya. Kacau carut marut di dalam pikiran Fatma, dia tak membayangkannya. Fatma larut dengan lamunannya, nanmun lamunan Fatma dibuyarkan oleh dering telpon dari Haikal suaminya. "Halo iya mas ada apa?" jawab singkat Fatma. "Sayang kamu lagi, kamu sudah dikantor? sayang bagaimana kamu sudah ada uangnya mereka meminta melunasi paling akhir dua bulan lagi, kalo tidak rumah
Tiga jam berlalu, meeting dengan klien dari Jepang telah selesai. Hasil yang sangat baik dengan berhasilnya kerja sama yang diberikan kepada perusahaan Nathan dengan project besar di Jepang nanti. Nathan semakin bangga dan kagum dengan sosok Fatma, perempuan muslimah yang anggu cerdas dan pintar dalam bernegosiasi sehingga bisa memenangkan tender yang besar saat ini. Fatma mampu mengabaikan semua masalah besarnya, dia bisa fokus dengan pekerjaanya walaupun dia sedang terhimpit dalam sebuah masalah besar. "Fatma selamat ya kamu kali ini sudah bisa membuktikan kehebatanmu lagi dalam negosisasi memenangkan tender gak salah aku milih kamu jadi asistanku." Nathan memberikan apresiasi kepada Fatma yang telah berhasil dalam penawaran kerja kepada Klien barunya. "Alhamdulillah bapak, ini semua juga berkat usaha kita bersama dan tentunya perusahaan bapak yang sudah mempunyai nilai tawar yang baik di hadapan klien." "Ya sudah, sekarang kita makan siang ya, kali ini kamu bebas sebebas bebasny
Fatma terlihat begitu menikmati makan siang kali ini. Nyaman dengan suasana cafe dan menu menu yang dihidangkan . Namun pikirannya tidak tenang, dia teringat Adel putri kesayangannya. Apakah dia sudah makan saat ini, makan apa dia, apa dia bisa menikmati makanan dengan menu yang bergizi disaat usianya yang sedang membutuhkan asupan makanan sehat, Ingin rasanya dia pulang menjenguknya, bahkan membawanya tinggal bersamanya. Sejujurnya Fatma tidak tega meninggalkannya sendiri dengan Haikal suaminya, meskipun dia adalah ayah yang baik, tapi saat ini kebutuhan utamanya hanya bayar hutang, hutang dan hutang. Terlintas rasa takut dipikiran Fatma, takut Haikal lebih mementingkan bayar hutang daripada untuk Adel. Tak terasa air mata Fatma jatuh disaat dia sedang menikmati makan siangnya, dan itu terlihat oleh Nathan yang tak sengaja memperhatikan asistannya yang sedang larut dalam lamunannya. "Fatma kamu kenapa? kenapa kamu nangis? Fatma maafkan saya jika perkataan saya tadi ada yang menyingg
Tak bisa lagi berkata kata, Fatma hanya tertunduk lemas melihat Nathan duduk bersimpuh dihadapannya memohon dengan penuh harapan. Berat dalam hatinya untuk memutuskan semua ini. "Maaf pak saya tidak memutuskan saat ini. Sejujurnya saya tidak bisa melakukan ini semua pak, saya tidak bisa jika saya harus benar benar melakukannya saya tidak sanggup pak." Fatma berusaha untuk menolak Nathan yang sedang menaruh harapan besar kepadanya. "Tolong Fatma saya mohon, saya mohon kepadamu Fatma hanya kamu yang bisa membantuku. Tolong kamu pikirkan lagi keputusanmu."Suasana ruangan itu seketika berubah menjadi hening. Mereka hanya terdiam tanpa melanjutkan pembicaraan mereka. Fatma berada pada sebuah keadaan yang sulit. Dia tak dapat membuat sebuah keputusan apapun, Fatma dihadapkan pada sebuah jalan buntu dan tak tau harus berbuat apa. Disatu sisi dia tidak menginginkan melakukan itu semua, tapi disisi lain ada tuntutan yang harus dia selesaikan yang mengharuskan untuk melakukan perbuatan senek
Semalaman Fatma tidak bisa memejamkan matanya, dia memikirkan semuanya sendiri, menangis setiap malam didalam sholat malamnya. Namun semua jalan terasa buntu tak dapat dia lalui untuk keluar dari masalah ini. Setiap dia mencoba mencari cara, maka hanya bayangan atasannya yang selalu hadir dalam pikirannya. Sampai sampai dia kesal mengapa hanya itu yang ada di dalam benaknya, apakah tidak ada jalan lain selain aku harus menjual tubunya ke atasannya.Tak terasa pagi pun tiba, waktunya Fatma untuk bersiap siap untul memulai aktivitas rutinnya. Tapi pagi ini terasa berbeda, dia harus menyiapkan kebutuhan untuk ibu mertua dan putri tercintanya. Setelah sekian lama akhirmya Fatma bisa merawat Adel dan menyuapinnya yang membuat nya merasa sangat bersemangat untuk memulai aktivitasnya. Tiba saatnya dia harus pergi melaksanakan aktivitasnya, Fatma berpamitan kepada ibu mertuanya, namun ada satu yang membuat Fatma harus berangkat kerja dengan membawa beban pikiran ketika mertuanya berpesan kep
"Aku harus kuat, aku harus bisa melalui ini semua tanpa harus berbuat dosa dan menggadaikan kesetiaan dan tubuhku." Rutuk dalam hati Fatma yang mencoba menguatkan dirinya yang sedang berada pada titik terendah dalam hidupnya. Sepanjang hidupnya ini adalah ujian terberat yang pernah dirasakan oleh Fatma. Semua yang ada pada dirinya kini sedang diuji kekuatannya dalam menyelesaikan masalah. Fatma masih berusaha menggenggam erat iman yang masih dia punya. Entah sampai kapan dia akan kuat mempertahankannya disaat badai yang semakin kuat menerpanya. Seharian dia tidak bisa fokus bekerja, pikirannya kalut dan dalam keadaan kebingungan. Memikirkan segala cara untuk bisa keluar dari masalah ini. Pekerjaan yang dia kerjakan semua berantakan membuat Nathan bertanya tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi pada asistannya. "Fatma, please cerita ada apa, dari tadi pekerjaanmu revisi terusan, kamu tidak fokus kamu tidak konsentrasi, kenapa Fatma ceritakan." "Maaf pak, saya sedang banyak pikiran
Ambulance datang bersamaan dengan Nathan yang tiba di kantornya. Bingung ketika dia datang terlihat sedang ada ambulance dikantornya. Nathan menghampiri petugas ambulance dan menanyakan mengapa mereka datamg ke kantornya. "Ada apa ini?""Tadi ada yang menelpon, ada yang sedang pingsan dan meminta kami membawanya kerumah sakit." Nathan berjalan bersama petugas ambulance menuju orangbyang dimaksud. Petugas itu naik ke lantai atas dan betapa terkejutnya Nathan ketika melihat Fatma dalam keadaan pingsan."Niken kenapa Fatma bisa pingsan seperti ini.""Saya tidak tahu pak, bu Fatma tadi jalan terhuyung huyung sambil memegang kepalanya, belum sempat ibu Fatma bercerita namun sudah pingsan dan tidak sadar sadar setelah saya coba sadarkan." "Ayo pak cepat bawa kerumah sakit! Niken saya nemeni Fatma kamu handle urusan kantor ya!" Titah Nathan kepada Niken ditengah kepanikannya karena melihat Fatma yang sedang pingsan. Setelah direbahkan diatas tempat tidur untuk ambulance, Fatma dibawa ole
Satu jam sudah kedua sosok istri yang kuat itu bersama. Mereka dengan permasalahan yang sedang mereka hadapi mencoba untuk saling menguatkan. Alicia memutuskan untuk berpamitan, karena Nathan sudah mengajaknya untuk melanjutkan pembicaraan yang belum sempat disampaikan oleh Nathan. "Fatma, saya sama istri saya mau keluar sebentar, kamu gak papa kan kita tinggal sendiri? saya sudah minta perawat untuk menemani kamu agar kamu tidak sendiri jika butuh apa apa. Apa kamu sudah menghubungi ibu mertuamu Fatma? nanti dia akan cemas jika kamu tidak pulang pulang sampai malam." "Iya pak terima kasih maaf telah merepotkan bapak dan ibu. Saya akan menghubungi beliau tapi saya akan ijin jika saya ada tugas kota karena saya tidak mau membuatnya khawatir." Nathan dan Alicia pergi meninggalkan Fatma, sebelum meninggalkanya sendiri Alicia memeluk Fatma dan memberi pesan agar tetap sabar dan kuat menjalani semua cobaan yang tengah dia rasakan.Meninggalkan rumah sakit, dan mencari sebuah tempat yang