Share

Lima Belas Tahun Lalu (2)

"Riana, kenapa, lo? Kayak lagi mikir negara, lecek banget tu, muka." Rafif teman sekolahku, menghampiri saat aku sedang duduk sendiri di perpustakaan siang itu.

"Lo ga ke kantin?"

Aku menggeleng pelan. "Ga laper."

"Ngantin, yuk, gue traktir."

"Ga usah, Fif, makasi. Gue beneran ga laper."

"Ya udah, gue juga ga laper, deh."

Bukannya pergi, Rafif malah ikut duduk di sebelahku.

"Kasian ni bocah, baru tujuh belas tahun udah kena vonis mati."

Mataku langsung mengalihkan pandangan dari buku yang sedang kubaca ke arah surat kabar yang Rafif pegang. Lalu merebutnya dari tangan Rafif. Berita yang menampilkan sebuah foto tentang kasus narkoba seorang anak pengusaha ternama bernama Asmoro Wicaksana. Ini, kan, orang yang kemarin datang ke kantor Om Sahid.

"Yeh, main rebut aja, belum juga beres baca."

"Dia ini anak temennya Om Sahid. Kasian ya? Padahal dia masih seumuran kita."

"Yoi, tapi yang gue denger, si, dia dijebak, Ri."

"Kok, lo, tau?"

"Gue ini kan pergaulannya luas. Jadi ya wajarlah kalau
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status