Share

Mengantar Liana

Mas Daffi dan Friska. Mereka berdiri angkuh sambil memandang rendah ke arahku. Hei, apa-apaan si Friska? Dia itu kan cuma tamu.

Ah, tapi apa yang bisa kulakukan?

Aroma parfum khas feminin yang berbau vanila, bercampur dengan aroma floral seketika terhidu olehku. Penampilan Friska kali ini juga lagi-lagi mampu membuatku seakan langsung terhujam ke dalam kerak bumi. Kulit seputih pualam yang khas seperti dewi kayangan dan hidung bangir, terpahat begitu cantik di wajahnya.

"Tante Friska, yuk, masuk!" Liana lalu menggandeng tangan Friska, kemudian mengajaknya ke dalam rumah. Ia melewatiku begitu saja.

"Eh, cucu nenek sudah pulang. Pasti capek, ya, habis pulang sekolah?" tanya Mama Juwita yang ikut bergabung bersama kami.

"Iya, Nek. Liana capek banget," jawab Liana manja. Ah, kenapa ia tidak bisa juga bermanja seperti itu padaku?

"Tapi Nek, tadi Liana seneng, deh, Nek. Tante Friska ikutan jemput, terus ngasih Liana boneka. Bagus banget."

"Oh, ya? Mana coba nenek lihat bonekanya."

Gadis kecil itu lalu mengeluarkan sebuah boneka barbie berbaju princess berwarna pink dari dalam tasnya.

"Wah, bagus banget. Jadi ngerepotin kamu ni, Friska, pake ngasih Liana hadiah segala."

"Nggak apa, nggak repot, kok, Tante. Saya senang bisa ngasih hadiah ke Liana." Wanita cantik itu berkata lalu tersenyum. Lubang kecil di salah satu sudut pipi semakin menambah pesona di wajahnya.

"Sini, Mas, tasnya biar Riana bantu letakkan di kamar," tukasku sambil mencoba untuk segera beranjak dari suasana yang sudah mampu membuat dadaku sesak itu.

Tanpa enggan menarik pandangannya sama sekali, Mas Daffi memberikan tas kerjanya. Ia kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya, memandangi wajah Friska.

***

"Mas, apa hari ini aku boleh ikut mengantar Liana les piano?" tanyaku pada Mas Daffi yang baru saja selesai mandi.

Iring semut di atas mata Mas Daffi seketika merapat. "Ngapain kamu mau pake nganter Liana segala? Udah kamu di rumah aja," ujarnya sambil menatap pantulan diri di cermin.

"Ya, sekali-sekali, Mas. Aku kan belum pernah ke tempat les Liana. Sebagai ibunya, ingin juga rasanya datang ke sana," tukasku dengan kalimat yang sudah kutata sebaik mungkin.

"Boleh, kan, Mas? Sekali aja, Mas."

"Terserah Liana saja! Kamu tanya dia baik-baik, kalau Liana nggak mau, kamu nggak usah maksa!"

Setelah selesai mematut diri, Mas Daffi langsung keluar kamar, menuju ruang makan. Aku yang ditinggalkannya begitu saja di kamar masih dapat merasakan aroma parfum maskulin yang Mas Daffi kenakan pagi ini.

Langsung kuhampiri Liana ke kamarnya. Nampak gadis kecil itu masih sibuk menata rambut panjangnya. "Sini, Nak, biar ibu bantu." Kuambil sisir dari tangan Liana lalu menyisiri rambutnya dengan penuh kasih. "Hari ini rambutnya mau diapakan, Nak? Kalau dikepang aja gimana?"

"Terserah," jawabnya sembari tangannya memainkan boneka pemberian Friska.

Gadis kecil di depanku terlihat cantik. Jika diperhatikan lebih lanjut garis wajahnya memiliki kemiripan dengan wajahku, tentu saja mirip dengan wajahku sebelum memiliki luka seperti sekarang. Dulu Papa Asmoro pun pernah menyatakan hal serupa.

"Dah, siap. Anak mama cantik sekali," pujiku pada gadis kecil itu seraya mengusap pelan kepalanya.

"Oh, iya, Liana, boleh nggak ibu ikut nganter ke tempat les?"

Liana merengut. "Mau ngapain?"

"Ibu cuma mau lihat tempat les Liana aja, Kok. Ibu, kan, belum pernah ke sana. Boleh ya, Sayang? Kata Papa, kalau Liana setuju, baru ibu boleh ikut."

Ia mengangguk pelan. Saking bahagianya, mataku sampai berkaca-kaca. Akhirnya aku bisa melihat tempat Liana menghabiskan sebagian besar waktunya di akhir minggu.

***

"Nanti kamu tunggu aja di deket mobil, nggak usah ikutan nganter Liana sampai pagar segala," ujar Mas Daffi yang sedang fokus menyetir.

"Loh, kenapa, Mas?"

"Apa perlu aku kasih tau alasannya?" Dia bertanya dengan tajam.

Aku menunduk, sudah memperkirakan apa yang akan keluar dari mulut Mas Daffi selanjutnya.

Baru saja aku akan menjawab Mas Daffi, ponselku berbunyi. Ada tanda pesan masuk di sana dari nomor yang tidak kukenal.

"Hai Riana. Udah lama ya kita nggak ketemu?"

Bersambung.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Candra Sinaga
cerita nya gak nyambung habisin data aja nih
goodnovel comment avatar
Vierzy Oktavia
tak suwir tu anak ,kurang ajar teman..
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Gila yah tuh anak dibikin jd anak durhaka ke mamanya ndiri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status