Pagi itu Dila sarapan bersama sang Ibu. Menu rumahan yang sederhana menemani sarapan mereka. pernyataan Arka tadi malam soal niat nya melamar Dila, mau tidak mau Dila harus membicarakan niat itu dengan Ibu nya. Setelah sarapan mereka selesai, Dila baru berani berbicara dengan Ibu. Hal itu karena Dila ingin leluasa pembicaraan mereka.
“Buk bisa bicara sebentar?” tanya Dila sebelum Ibu nya membersihkan piring sehabis mereka makan.
“Tentu, bicara apa sayang?” tanya Bu Nella penasaran karena tidak seperti biasa nya Dila meminta ijin untuk bicara.
“Hmm Kak Arka bilang sama aku tadi malam kalau besok dia bersama Papa dan Mama nya datang ke rumah,” ujar Dila yang tampak senyum-senyum.
“Benarkah Dil. Bagus dong, Ibu senang mendengar nya. Alhamdulilah kamu langsung di beri jodoh yang srek di hati Ibu. Memang Arka laki-laki yang baik dari dulu, sudah tampan, sholeh, dia anak orang kaya namun tidak somb
“Astaga tega sekali orang itu Pa. Mengapa mereka melakukan itu terhadap laki-laki yang sangat baik seperti Harry?” Bu Rosa terus bertanya-tanya bagaimana mungkin laki-laki baik seperti Harry mempunyai musuh. “Karena Bakoro sudah gelap mata dengan harta. Semua aset milik Harry jatuh ke tangan nya melalui cara yang licik, seperti menfitnah Harry korupsi di kantor nya,” jawab Pak Dhanu seperti keterangan Alex pada nya. “Mengapa laki-laki itu hanya memikirkan dunia melulu, harta bisa di cari dengan cara yang halal. Tidak punya hati nurani sekali orang itu melakukan hal keji seperti itu. Tidak sadarkah ia jika nanti hukuman dari Tuhan sangat pedih,” ucap Bu Rosa yang terlihat terpukul mengetahui alasan Pak Harry terbunuh. “Dia tidak memikirkan itu karena yang ada di fikiran nya hanya harta Ma,” sambung Pak Dhanu. “Astaga Mama masih tidak percaya dengan ini Pa. langkah selanjut nya yang Papa lakuka
“Pa jangan aneh-aneh. Hubungan aku dengan Dila sudah sampai sejauh ini,” protes Arka yang tidak mau hubungan nya dengan Dila berakhir karena perjodohan. “Sejak kapan Papa berniat menjodohkan Arka dengan anak Harry? Mengapa Papa tidak bicara dengan Mama?” cecar Bu Rosa karena suami nya tidak pernah membahas masalah perjodohan tersebut. “Niat Papa memang seperti itu karena Papa ingin hubungan dengan keluarga Harry bisa terikat. Dulu saat kamu lahir dan dua tahun setelah nya, anak Harry perempuan lahir. Terbesit niat Papa untuk menjodohkan kalian,” ucap Pak Dhanu sambil fikiran nya menerawang ke masa lalu. “Namun karena kesibukan Papa maupun Harry, saat itu. Papa hanya bertemu dua kali dengan putri nya yang cantik itu. Kartika adalah nama yang Papa ingat pada putri Harry. Hingga kejadian yang menimpa Harry, Papa belum pernah melihat bagaimana tumbuh dewasa nya Kartika,” tambah Pak Dhanu dengan raut wajah yang kembali
Aktifitas hari itu sehabis sarapan, Arka langsung mengemudikan mobil mewah nya menuju rumah Faldo. Hari itu, ia khusus kan tidak berangkat ke kantor untuk mengumpulkan bukti terkait pembunuhan Pak Harry. Sebelum berangkat Arka sempatkan memberi kabar pada Dila tentang kegiatan nya hari ini, dan niat nya menghubungi Dila agar Arka tidak kena amuk lagi. Mungkin jika Arka dan Dila sudah menikah tidak perlu lagi melakukan hal semacam ini. Karena ia akan meminta ijin langsung saat sarapan bersama. Membayangkan hal itu, membuat Arka senyum geli. Setelah beberapa menit menerjang jalanan kota Jakarta, mobil yang di kendarai Arka sudah memasuki halaman rumah Faldo yang luas dan tumbuh banyak pohon di pinggir jalan pintu masuk. Rumah berlantai dua, namun tidak terlalu besar itu memiliki kesan sebagai rumah mafia. Tidak banyak orang tahu, jika rumah Faldo memiliki ruangan bawah tanah untuk menjalankan misi detektif nya. Arka
Setelah pembahasan mereka selesai, ketiga pria itu terlihat seperti orang stress yang sedang menunggu seseorang. Seseorang itu untuk membantu dalam penyelidikan mobil milik Pak Harry. Kasus pembunuhan ini memang membuat ketiga pria itu seperti orang stress baru. Bagaimana tidak stress, jika masing-masing otak mereka di paksa bekerja meskipun jawaban nya sama yaitu mustahil. Mustahil mendapatkan barang bukti dari tangan Baskoro karena mereka tidak tahu di mana Baskoro menyimpan nya dan penjagaan di rumah itu sangat ketat. Dan mungkin saja Baskoro tidak menyimpan bukti itu dalam rumah nya. Lama mereka berfikir akhirnya, Rendi rekan Faldo yang ahli nya dalam bidang otomotif datang, setelah anak buah Faldo memberi tahu dan menyuruh nya untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. “Hey Ren, gimana kabar? Sudah lama kita tidak bertemu,” ucap Faldo yang menyambut Rendi sambil bersalaman adu tangan seperti anak gaul. “Baik Do, k
Perjuangan tidak akan berakhir dengan sia-sia. Itulah yang saat ini mereka rasakan, rasa bangga dan bahagia seketika menular pada Arka, Faldo, Rendi dan anak buah Faldo, setelah Alex berhasil menemukan mobil sedan milik Pak Harry. Mereka segera menghampiri Alex dengan senyum yang tampak dari bibir mereka. keadaan mobil tersebut memang seperti dengan apa yang mereka bayangkan. Mobil yang ringsek bagian depan kemudi dan keadaan nya sudah berkarat. Dan banyak rerumputan yang tumbuh tinggi sedikit menghalangi penyelidikan mereka. Rendi yang sudah siap dengan alat-alat pendukung, segera ia menyelidiki mobil itu. Rendi mengalami sedikit masalah karena ringsek dan kabel di mobil tersebut sudah sangat berkarat sehingga sangat kaku untuk di selidiki. Arka, Faldo, Alex dan anak buah Faldo menyaksikan penyelidikan itu dengan tegang. Senyum yang semula mereka tampilkan, kini sudah berganti dengan wajah cemas. Rasa cemas itu be
“Apakah fikiran lu sama dengan yang gue fikirin?” Tanya Arka yang menebak fikiran Faldo saat itu. “Seperti nya begitu Ka,” jawab Faldo yang mengiyakan pertanyaan Arka. Faldo tersenyum sinis,“ dan seperti nya kita bodoh terlalu percaya dengan Alex,” “Tapi bukan kah orang suruhan lu masih mengawasi Alex,” tanya Arka yang ingat jika Faldo menyuruh anak buah nya membuntuti Alex. “Ahh iya, gue baru ingat. Bentar gue telfon dulu,” balas Faldo lalu mengambil ponsel di saku nya. “Hah umur masih muda otak orang tua lu,” ledek Arka sambil tertawa. “Perpaduan yang sangat pas bukan,” jawab Faldo sambil memutar bola mata nya malas. Setelah telfon itu tersambung, Faldo langsung mencecar pertanyaan pada anak buah nya,“Kalian di mana, Mengapa kalian tidak kunjung kembali? apa Alex melarikan diri?” “Tidak Pak, hanya sa
Tanpa terasa sore datang dengan cepat. Saat ini Dila dan Bu Nella sedang menyibukkan diri di dapur. Mereka terlihat kompak dalam meracik bahan makanan maupun bahan membuat kue. Tangan lihai mereka membuat pekerjaan memasak cepat selesai. Harum wangi di dapur itu, membuat Dila dan Bu Nella puas dengan hasil karya masakan mereka. Terlihat Dila tengah mengelap beberapa toples kue lalu memasukkan kue kering yang mereka buat ke dalam toples tersebut. Sudah menjadi budaya atau kebiasaan jika setiap memasukkan kue dalam toples, kue tersebut juga masuk ke dalam mulut Dila. Berbeda dengan Dila, Bu Nella tengah mempersiapkan makanan kesukaan Vano yang sudah siap ke dalam wadah dan meletakkan nya ke meja makan. Rasa lelah yang mereka rasakan seketika hilang ketika pekerjaan mereka telah selesai dan dapur mereka sudah kembali bersih. “Dila, kita mandi dulu. Sebentar lagi waktu mahrib sudah mau habis. Dan kemungkinan Vano sampa
Jam telah menunjukkan pukul dua siang, hari itu adalah hari bahagia untuk Dila. Perasaan tidak menentu di rasakan Dila hingga diri nya tidak nafsu untuk makan. Sepanjang hari ia hanya melakukan aktifitas yang tidak jelas. Sudah berkali-kali ia mengecek ponsel nya untuk mengetahui kabar dari Arka karena kekasih nya belum juga memberi kabar. Entah itu di sengaja atau kah memang ada sesuatu hal. Tidak ingin berfikir buruk, Dila akhir nya membersihkan diri dan tak lupa menunaikan ibadah meskipun tidak tepat waktu. Setelah berdoa selesai, kini Dila berhias secukupnya. Make up tipis Dila mampu mengubah wajah nya menjadi cantik natural. Setelah menghias diri telah selesai, Dila memakai baju dress selutut berwarna merah marron dengan lengan panjang broklat. Dress itu sangat anggun di kenakan oleh Dila. Setelah urusan pribadi nya selesai, Dila turun ke lantai satu untuk membantu Ibu nya. “Bu apakah masih ada yang kurang, biar aku bantu,” ucap Dil