Dua bulan berlalu setelah kejadian memalukan yang telah Belva lakukan bersama dengan pria asing di hotel waktu itu. Beberapa kali juga dia masih sering membodohkan dirinya, karena apa yang telah dilakukannya memang bukan hal yang biasa baginya. Impian untuk mempersembahkan keperawanan bagi suaminya kelak telah hancur.
Pagi ini, sejak Belva bangun, dia merasa tidak enak badan. Beberapa badannya terasa nyeri, mirip saat dia akan mengalami menstruasi, tapi kali ini dia merasa lebih lemas dari biasanya.
Sepertinya itu adalah efek dari pikirannya yang terkuras karena selama dua bulan ini sering begadang untuk mencari lowongan pekerjaan. Nyatanya, lulus dari universitas bergengsi tidak langsung membuatnya mulus mendapatkan pekerjaan.
Belva mengerang di tempat tidurnya. Perutnya makin mual, dan dia tidak bisa menahannya lagi. Detik berikutnya, Belva telah berlari ke kamar mandi, dan menunduk di atas wastafel untuk muntah.
Tidak ada apa pun yang dimuntahkan kecuali cairan asam lambung kuning yang menyebarkan rasa pahit di rongga mulut. Belum ada makanan yang masuk ke perutnya dari semalam.
Belva semakin yakin bahwa dia sedang masuk angin. Terlalu fokus mencari pekerjaan sampai membuatnya sering melupakan makan, dan berujung pada kondisi tubuhnya yang menjadi rentan terhadap sakit.
Rasanya aneh, bahkan ketika sudah muntah berkali-kali, tapi rasa mual pada perutnya tidak kunjung membaik. Belva pikir, mungkin karena dia belum makan. Ya, benar. Itu adalah alasan yang tepat.
Jadi, setelah Belva membersihkan wajah dan menyikat giginya, dia bergegas ke dapur untuk membuat sarapan sederhana yang bisa meredakan lonjakan asam lambung di perutnya yang kembali meronta.
Tidak ada bahan makanan selain sosis dan telur. Tidak masalah, Belva sudah terbiasa dengan makan seadanya selama ini. Dengan cekatan, dia membuat omelete dan memanggang sosis. Setelahnya, dia kembali berpikir, lebih baik teh panas atau susu. Meskipun susu terdengar bisa memenuhi kebutuhan proteinnya, tapi kondisi perutnya yang tidak bersahabat tampaknya akan menjadi lebih kacau. Dia mengambil satu kotak teh hitam di dalam laci sebelah wastafel, dan segera menyeduhnya dengan air panas.
Perutnya terasa nyaman saat dia meneguk teh panas itu. Dalam hati, dia memuji pilihannya sendiri. Omelete dan sosis yang masih hangat segera dia santap. Belva takjub karena baru menyadari betapa laparnya dia saat ini.
Setelah ini, dia akan membiarkan dirinya beristirahat sebentar. Mungkin sampai siang, sebelum kembali mencari lowongan pekerjaan melalui laptopnya lagi. Saat ini, dia semakin mengerti kenapa banyak orang yang mengeluh tentang menjadi dewasa ternyata sulit.
Belva muda adalah seseorang yang menganggap dewasa adalah kata keren yang penuh dengan kebebasan terhadap keputusan untuk menjalani hidup. Memang benar, tapi dia tidak pernah membayangkan di balik kata bebas, ada terselip kata depresi yang besembunyi di balik bayangan.
Belva menghela napasnya. Dia tidak memiliki tenaga untuk membereskan bekas makannya. Nanti siang saja saat dia selesai beristirahat. Namun, saat dia baru mulai merebahkan dirinya lagi di atas kasur, mual yang mendesak di kerongkongannya semakin menjadi-jadi.
Perempuan itu segera berlari lagi ke kamar mandi, dan kembali muntah-muntah di atas wastafel. Kali ini, semua makanan yang telah dia santap tadi terbuang semua. Belva terengah-engah. Selama hidupnya, dia belum pernah merasakan masuk angin yang luar biasa seperti saat ini.
Sepertinya ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Belva yakin tubuhnya memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang parah di dalam dirinya. Sambil kembali merangkak ke atas kasur, Belva meraih ponselnya untuk membuat janji dengan dokter di rumah sakit terdekat, Alpha Hospital.
***
“Nona Halburt,” panggil seorang resepsionis pendaftaran.
Belva beranjak dari kursinya, dan menghampiri sang resepsionis dengan senyum ramah mengembang.
“Silakan tunggu di depan ruang prakter dokter umum, setelah itu Anda akan dipanggil sesuai dengan nomor antrian.” Resepsionis tadi menjelaskan.
Belva mengangguk dan tersenyum. “Baik. Terima kasih.”
Belva cukup familiar dengan rumah sakit ini. Meskipun dia jarang ke sini, tapi dia seakan memiliki hubungan erat dengan pemilik rumah sakit ini, keluarga Ducan. Ibunya adalah salah satu pekerja di keluarga Ducan, dan secara kebetulan, dia berhasil kuliah di universitas bergengsi juga karena beasiswa dari keluarga Ducan. Oleh karena itulah, Belva seakan memiliki ikatan tersendiri dengan semua hal yang berkaitan dengan keluarga Ducan.
Belva telah duduk di depan ruang praktek dokter. Mualnya mulai berkurang sejak dia berhasil istirahat siang tadi. Masih terasa tidak nyaman, tapi tidak membuatnya ingin muntah lagi.
Seorang anak kecil tiba-tiba menghampirinya, kemudian menatapnya lekat-lekat sambil tersenyum. “Kakak cantik sekali.”
Belva tersipu mendengarnya. Di matanya, anak kecil itu juga sangat cantik. Memiliki mata bulat dan rambut ikal berwarna pirang yang mengilat terkena pantulan lampu ruangan. Tak lama, seorang wanita berpenampilan anggun menghampiri mereka.
“Wendy, jangan ganggu kakak cantik. Ayo ke sini,”ucap wanita itu.
Belva mendongak dan tersenyum. “It’s oke, dia cantik sekali.”
“Terima kasih,” ucap wanita itu lagi. “Maaf karena dia telah mengganggumu. Selamat sore, Nona. Semoga lekas sembuh.”
Kemudian, anak dan ibu itu berlalu. Belva tersenyum dengan terus memperhatikan keduanya. Lucu sekali. Entah kenapa, Belva menjadi terbayang dengan mata bulat milik anak kecil tadi.
“Nona Belva Halburt!” seru seorang perawat yang baru saja keluar dari ruangan dokter.
Belva langsung berdiri dan bergegas masuk ke dalam ruangan. Jantungnya berdebar kencang. Tiba-tiba dia takut ada penyakit aneh yang tiba-tiba bersarang di dirinya. Mungkinkah pengaruh alkohol yang membuatnya sampai kehilangan akal waktu itu?
Tak lama, pintu ruangan kembali terbuka. Tatapan mata Belva terlihat kosong. Beberapa orang yang sedang duduk di bangku tunggu terlihat memberikan simpatinya. Mungkin, mereka menduga Belva baru saja menerima vonis dokter yang tidak diinginkan.
Well, benar. Semua yang dikatakan dokter memang tidak diinginkan oleh Belva. Sangat tidak masuk akal, tapi juga terdengar masuk akal. Gadis itu berjalan tanpa melihat ke kanan kiri lagi. Tatapannya lurus, menuju pintu keluar rumah sakit.
Bahkan saat di dalam taksi, dia masih memutar ulang perkataan dokter yang menanganinya tadi. Kedua tangan Belva menangkup di wajah, membenamkannya kasar dan kemudian menggeleng cepat.
Sial! Bagaimana bisa berhubungan badan satu kali bisa membuatnya hamil? Terlebih lagi, pria yang melakukannya adalah orang asing yang bahkan namanya saja dia tidak tahu.
Bagaimana ini? Pemeriksaan tespack, dan juga penghitungan siklus haid-nya menunjukkan bahwa dia benar-benar hamil. Sementara mual dan muntah yang dia yakini sebagai tanda masuk angin, ternyata adalah tanda gejala awal kehamilan.
Belva bodoh!
Berkali-kali dia meneriakkan itu dalam hatinya. Jika pagi tadi dia merasa sedikit takut karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, kali ini dia langsung dibawa paksa masuk ke dalam fase depresi. Oh Tuhan, dia benar-benar merasa tidak siap dengan kehamilan ini.
Tiga Tahun Kemudian,Hari ini adalah ulang tahun Vintari, ibunya Ares. Seluruh keluarga diundang oleh Zeus untuk merayakan ulang tahun istrinya tersebut dengan acara makan malam bersama. Ares dan Belva saat ini baru saja keluar dari mobil yang telah terparkir di tempat parkir mansion mewah itu.Charels langsung berlari menuju ke dalam mansion, sementara Chloe berjalan pelan bersama dengan Belva sambil menggenggam erat tangan ibunya tersebut. Ketika masuk ke dalam mansion, Chloe segera diculik oleh Viona untuk bermain bersama. Mereka kejar-kejaran di taman bersama dengan Charles, dan saling tertawa gembira.Zeus dan Ares terlihat sedang membicarakan sesuatu yang tidak diketahui oleh Belva. mungkin tentang urusan pekerjaan di rumah sakit, atau isi berita terkini yang terkadang mereka bahas saat sedang bersama. Sedangkan Belva bersama dengan Vintari membantu para pelayan mansion yang sibuk di dapur,Tidak banyak yang mereka kerjakan sebenarnya, karena semuanya dilakukan oleh pelayan mans
Pernikahan Neil dan Elea dilangsungkan hari ini. Alih-alih mengadakan pesta di indoor, mereka lebih memilih mengadakan pernikahannya di halaman sebuah villa yang dengan cantiknya telah disulap menjadi suasana pernikahan yang seperti pada umumnya. Wedding aisle, deretan kursi di kiri kanannya, dan juga sebuah altar di depan dengan background penuh beraneka macam bunga dengan nuansa putih. Semuanya terlihat sangat cantik dan mewah.Belva dan Ares datang berdua saja. Hari ini Charles lebih memilih untuk ikut pergi piknik bersama dengan kedua neneknya, Zelda dan Vintari. Setelah itu dia akan memilih untuk tidur di mansion Vintari karena besoknya akan berenang dengan Viona—adiknya Ares. Belva dan Ares tidak mempermasalahkannya. Justru mereka melihat sebuah kesempatan untuk bisa menghadiri pernikahan ini dengan lebih fokus pada setiap momen yang ada, dan juga bisa menikmati waktu quality time berdua.Belva berdiri dengan penuh antusias saat acara dimulai. Elea berjalan di wedding aisle deng
Belva berdiri di belakang panggung Fashion Week dengan rasa gelisah dan gugup yang bercampur menjadi satu. Dia tidak henti-hentinya menatap monitor kontrol yang tersedia di sana untuk melihat jalannya acara di panggung. Setiap sorakan dari penonton ketika model yang membawakan hasil rancangannya semakin membahana, akhirnya membantunya untuk mengurangi sedikit demi sedikit rasa gelisahnya itu.Dedikasinya yang dicurahkan untuk dunia pekerjaan yang dicintainya ini membuahkan hasil yang sangat bagus. Sorakan penonton semakin ramai saat nama Belva dipanggil untuk naik ke atas panggung sebagai sang desainer. Langkah kaki yang sedikit gugup, dia menapaki runway dengan senyum mengembang dan lambaian tangan ke arah penonton.Sampai di ujung panggung, dia berhenti dan membungkuk untuk menunjukkan rasa hormat dan terima kasihnya sebelum menerima buket bunga besar dari salah satu model yang mengenakan rancangan bajunya.Beberapa staff kantornya yang ikut dalam acara ini terlihat mengacungkan jed
Siang ini di kantin rumah sakit khusus karyawan, tampaknya Ares tidak bisa menikmati makan siangnya dengan tenang lagi. Dari arah pintu masuk sudah terlihat Tom yang berjalan tergesa-gesa menuju mejanya. Dari raut wajah yang ditunjukkan oleh pria itu, jelas kalau ada sesuatu hal yang ingin dia ceritakan padanya.“Hei, kau dengan sebuah berita hari ini?” tanya Tom penasaran.Ares menatap Tom tanpa berekspresi. Dugaannya benar, pria itu sedang di hadapannya dengan sorot mata penuh informasi yang sebentar lagi pasti akan dia ceritakan padanya. Sering orang merasa heran dengan persahabatan mereka. Ketika seorang yang terlihat cuek dan dingin seperti Ares bisa bersahabat dengan Tom yang super extrovert dan suka beramah tamah dengan siapa saja.Belva pernah mengatakan bahwa itu seperti yin & yang. Sosok seperti Ares memang selalu membutuhkan sosok seperti Tom dalam hidupnya. Ketika awalnya Ares denial tentang hal itu, tapi jika dipikir lagi memang benar. Hidupnya menjadi lebih mudah karena
Lima tahun berlalu. Banyak yang yang telah terjadi pada kehidupan Belva dan Ares. Tentang Charles, putra mereka yang sekarang telah tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sangat sayang pada keluarga. Pun sekarang Ares sedang disiapkan untuk menggantikan Zeus sebagai direktur utama rumah sakit, begitu juga dengan Belva yang akhirnya menempuh impiannya sendiri menjadi seorang Fashion Designer.Malam ini, Belva masih sibuk di ruang kerja pribadinya di penthouse. Dia sengaja membawa pekerjaanya ke rumah agar bisa menyelesaikanya lebih cepat dari tenggat waktu yang telah ditetapkan. Banyak desain baju yang dia ciptakan untuk acara Fashion Week besar yang dilangsungkan dua bulan lagi. Brand miliknya akan dipamerkan di sana, bersanding dengan brand ternama yang jauh lebih senior dari miliknya.Semenjak dia meluncurkan brand miliknya sendiri, angka penjualannya langsung melejit tinggi. Target utamanya yang ditujukan untuk para dewasa muda disambut hangat dan menjadi trend baru di New York. Seler
Ares dan Belva mendapatkan kado pernikahan dari David Ducan—kakek Ares, untuk pergi honeymoon ke Hawaii. Tiket pesawat pulang pergi telah disiapkan. Mereka hanya tinggal berangkat dan bersenang-senang.Sebelum mereka menginjakkan kaki di bandara saat ini, tentu saja ada sedikit perdebatan dengan Belva yang ragu karena harus meninggalkan Charles. Meskipun ada Zelda dan Vintari yang sangat senang untuk membantu menjaga Charles, tapi sebagai seorang ibu pasti ada rasa khawatir saat meninggalkan anaknya.Ares berkali-kali meyakinkan bahwa Charles akan baik-baik saja, begitu juga dengan Zelda dan Vintari. Mereka bahkan sampai membuat jadwal kegiatan agar Belva bisa mengetahui kegiatan apa saja yang akan Charles lakukan bersama dengan mereka.Sampai akhirnya, Belva merasa tenang dan di sinilah mereka saat ini berada. Ruang boarding mulai ramai. Beberapa menit lagi mereka akan masuk melalui garbarata menuju ke pesawat. Ini adalah pertama kalinya Belva akan pergi ke Hawaii.Belva tersenyum sa