Ariel merasa heran, tidak biasanya Hideyoshi memanggilnya seorang diri, biasanya pasti bukan hanya Ariel saja yang ia panggil karena semua pekerjaan mereka adalah kerja tim. Sepertinya ada sesuatu hal penting yang mau ia katakana pada Ariel.
Tok tok tok…
Ariel mengetuk pintu sebelum ia membuka pintu ruangan atasannya .
"Silahkan duduk, Ariel!" Hideyoshi langsung mempersilahkan Ariel duduk begitu Ariel masuk ke dalam ruangannya. Dengan tenang Ariel duduk di depan Hideyoshi, pria itu tampak sedang membaca suatu berkas, entah berkas apa itu.
"Ariel… apa kau ingat toko butik Royal Soul yang berada di balai kota?" tiba-tiba Hideyoshi bertanya.
Royal Soul? Itu kan butik tua yang kebangkrutannya tinggal menunggu waktu? Pikir Ariel. "Ya… aku tahu…" sahutnya kemudian, "butik yang sudah lama terbengkalai itu, kan?"
"Ya, tepat sekali," kata Hideyoshi, "awalnya aku ingin membiarkan saja butik itu bangkrut tapi…" Hideyoshi lalu menatap Ariel serius, "aku ingin mempertahankan butik itu dan aku akan menyerahkan proyek itu padamu, Ariel…"
Ariel menatap aneh Hideyoshi. Apa dia tidak salah dengar? Atasannya itu ingin mempertahankan Royal Soul?
"Hideyoshi-San…" ujar Ariel, "menurutku… Royal Soul itu, walaupun dipertahankan… tidak akan menghasilkan untung yang banyak, di sekitar sana terlalu banyak saingan yang bukan main-main. Lagi pula, minat orang-orang akan pakaian-pakaian klasik sangat minim, hanya orang-orang tertentu dan mencari desainer yang sudi bekerja merancang pakaian untuk butik itu juga sulit. Jadi, kurasa hanya akan mendatangkan ru-"
"Karena itu aku menyerahkan proyek ini padamu, Ariel…" Hideyoshi memotong ucapan Ariel, "aku percaya… kau pasti bisa melakukannya."
Ariel menatap tidak percaya Hideyoshi. Yang benar saja! Proyek ini seperti proyek yang sengaja dibuat-buat saja. Jelas-jelas butik itu tidak lama lagi hancur.
"Boleh kutahu alasan Hideyoshi-San ingin mempertahankan butik itu?" tanya Ariel.
Hideyoshi lalu memutar kursinya untuk membelakangi Ariel. "Dulu butik itu kudirikan untuk ibuku, bulan depan ibuku berulang tahun dan aku ingin kau merampung proyek itu sebelum ibuku berulang tahun. Aku ingin launching kembali butik itu tepat di hari itu…"
Ariel mengangkat sebelah alisnya. Kalau memang itu alasannya mengapa tidak dilakukan dari tahun-tahun yang lalu, malah ingin mempertahankannya di saat mendekati kehancuran. Ariel benar-benar tidak habis pikir dengan atasannya itu.
Hideyoshi kembali menghadap ke arah Ariel. "Tenang saja, Ariel… proyek ini tidak begitu besar… dan juga… kau tidak akan sendirian."
"Oh jadi, aku tidak sendirian?"
"Ya… kau akan mempunyai partner."
"Siapa? Apa Ryan? Ken? Oh… Elena, kan? Label milik Elena yang paling sesuai dengan gaya busana di sana…"
"Bukan mereka bertiga, bukan juga Alvin, Wulan, Shandy atau pun lainnya. Tapi, seorang karyawan baru… Ananda Iskandar."
Ariel mengernyit. Karyawan baru? Adakah? Ia tidak tahu kalau ada karyawan baru di kantornya.
"Shandy, tolong panggilkan Ananda Iskandar ke ruanganku!" kata Hideyoshi pada sekretarisnya melalui telfon.
"Kau pasti belum mengenal karyawan baru kita, dia adalah Ananda Iskandar, sebenarnya dia tidak mengerti apa-apa, mungkin dia hanya akan mengikutimu dan lebih banyak melihat-lihat selama kau menjalankan proyek ini."
Ariel benar-benar tidak mengerti maksud Hideyoshi.
"Bersikap baiklah pada partnermu itu, Ariel… walaupun mungkin dia akan sedikit mempersulitmu…"
Tok tok tok…
Seseorang lalu masuk ke ruangan Hideyoshi. "Apa anda memanggilku?" tanya pria yang kini berdiri di belakang Ariel. Ariel sama sekali tidak mengenali suaranya.
"Ya," sahut Hideyoshi, "Ariel… perkenalkan, ini partnermu… Ananda Iskandar."
Ariel berdiri lalu menoleh ke belakang dan sosok pria berambut silver mencolok dengan alis yang mengerut, memiliki tubuh yang tinggi tampak di hadapannya.
"Nanda… perkenalkan ini Ariel, partnermu…"
Ariel menatap pria itu, pria itu juga menatapnya dan tatapannya sangat menyeramkan. Bahkan, membungkukkan badannya di saat perkenalan mereka sepertinya enggan pria itu lakukan. Jujur, perasaan Ariel sangat tidak enak melihat pria bernama Nanda itu. Tapi…
"Sepertinya aku pernah melihatmu…"
"Ya… kau benar Ariel, kau memang pernah melihat Nanda," kata Hideyoshi, "dia juga hadir di kediaman Yamamoto-Sama tidak lama ini. Kau ingat?"
"Ah, ya... aku ingat!" seru Ariel, "yang bersama Keiji-San, kan?"
"Iya… dia anak dari sahabat Keiji-San…"
Hideyoshi lalu berjalan ke samping Nanda dan memegang punggungnya. Menurut Ariel, untuk ukuran seorang karyawan baru biasa, Hideyoshi sepertinya memperlakukan Nanda lebih istimewa atau hanya perasaannya saja.
"Nanda… kau akan kulibatkan ke dalam proyek bersama Ariel. Ariel adalah pekerja terbaik di sini, kau bisa belajar banyak darinya," kata Hideyoshi ke Nanda, "mudah-mudahan kalian bisa bekerja sama."
"Baiklah…" sahut Nanda.
"Kembalilah Nanda… aku sudah selesai denganmu, selanjutnya Ariel yang akan memberitahumu, kau ikuti arahannya saja."
Dan Nanda pun keluar dari ruangan Hideyoshi..
"Ariel…" Hideyoshi memanggil Ariel, "Nanda itu mempunyai karakter pendiam dan temperamental jadi kau harus bersabar dan lebih lunak pada anak muda itu," katanya, "oh ya… anak itu juga tidak memiliki pengalaman sama sekali, jadi maklum saja kalau dia tidak bisa banyak membantu."
"Tidak apa-apa… aku bisa mengarahkannya nanti," ucap Ariel.
Hideyoshi mengangguk.
***
"Nanda, kenapa Hideyoshi-San memanggilmu?" tanya kiki ketika Nanda sudah kembali ke tempatnya.
"Bukan apa-apa…" sahut Nanda.
Nanda lalu merenung, memikirkan proyek yang Hideyoshi katakan tadi. Nanda bertanya-tanya dalam hati, kenapa Hideyoshi malah memintanya untuk ikut ke dalam proyek bersama Nona Ariel? Padahal, Nanda merasa ia hanya karyawan baru dan tidak penting. Bukannya ada banyak orang hebat di sana dan kenapa atasannya itu malah memintanya yang jelas-jelas tidak mengerti apa-apa mengenai pekerjaan itu. Apa maksudnya?
"Nanda…" seseorang memanggil Nanda. Nanda sedikit menengadah dan Nona Ariel sudah berdiri di luar sekat ruangannya. "Kalau kau sudah tidak ada kerjaan segeralah ke ruanganku, aku harus bicara dulu denganmu," lalu Ariel berbalik dan pergi.
"Tidak?!" seru Kevin berlebihan, "apa tadi aku tidak salah dengar? Nona Ariel… tadi mengajak Nanda ke ruangannya? Unbelievable! Kenapa bukan aku saja?"
"Sudah, jangan lebay deh…" ujar Kiki yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
"Tidak bisa kupercaya! Aku sudah lama kerja di sini! Kenapa? Kenapa malah Nanda yang baru seminggu di sini malah bisa berbicara dengan Nona Ariel?! Dimana keadilan?!"
Daripada Nanda emosi mendengar ocehan Kevin, lebih baik ia memilih beranjak dari sana.
"Hei, Nanda kamu mau kemana?" seru Kevin menanyai Nanda.
"Ke ruangan Nona Ariel!" sahut Nanda menyeru biar Kevin semakin stress.
"TIDAAAAAAAAAAAAAKK!"
Kini Nanda berada di depan pintu ruangan Ariel. Sebelum membukanya ia mengetok pintu terlebih dahulu.
"Masuk…" terdengar suaranya dari balik pintu. Segera Nanda membukanya dan masuk ke dalam ruangan, terlihat Ariel sedang duduk dan sibuk melihat berkas-berkas. "Silahkan masuk, Nanda!" katanya, lalu Nanda berjalan mendekati mejanya. "Duduklah!" dia mempersilahkan Nanda duduk, Nanda pun duduk dengan tenang.
Nanda memperhatikan gadis itu yang begitu serius membaca berkas, menunggu hingga ia memulai pembicaraan.
"Aku baru tahu kalau di sini ada karyawaan baru…" ucap Ariel mengawali pembicaraan tanpa menoleh ke arah Nanda, ia lalu menyimpan berkas-berkas itu ke dalam map dan menyingkirkannya dari meja. Mata besarnya lalu menatap Nanda, diam-diam Nanda terpesona menatap mata hitam milik Ariel yang indah. "Sebenarnya aku tidak tahu alasan mengapa Hideyoshi-San malah memilihmu untuk mendampingiku ke dalam proyek, but… it's okay, itu bukan masalah untukku. Oh ya, aku juga ingin memberitahumu, selama sebulan ini kita akan menjadi partner, aku tidak suka ada rasa canggung dengan partnerku jadi mungkin mulai sekarang kita mencoba mengakrabkan diri."
Nanda menatap tidak mengerti ke arah Ariel. Apa maksud gadis itu ingin berteman dengannya atau bagaimana?
"Kau cukup memanggilku Ariel seperti Hideyoshi-San, tidak usah pakai embel-embel ‘Nona’"
"Baiklah," sahut Nanda.
"Oke…" gumam Ariel, "good…"
"Apa hanya itu?" tanya Nanda.
"Emmm…." Ariel tampak sedang memikirkan sesuatu, "mungkin… sebaiknya selama proyek ini, kau pindah di ruangan ini," ucapnya kemudian.
Nanda mengernyit. Tak mengerti maksud Ariel?
"Aku tidak mau nanti bersusah-susah bolak-balik ke tempatmu hanya untuk memanggilmu, kau pun juga akan susah jika harus bolak-balik ke ruanganku jadi sebaiknya kau pindah ke sini saja untuk sementara, aku tidak keberatan jika berbagi ruangan denganmu apalagi ruangan ini cukup luas untuk dua orang," terang Ariel panjang lebar, "hanya selama proyek ini," ia menekankan kembali.
nanda menimbang-nimbangnya. Pasti sangat tidak nyaman jika berada satu ruangan dengan gadis itu tapi setidaknya ia jadi benar-benar bisa bekerja dan selain itu ia tidak akan mendengar ocehan Kevin yang sering membuat gendang telinganya gatal hingga ingin menonjok wajah seseorang.
"Baiklah jika kau tidak merasa terganggu," ucap Nanda.
Gadis itu mengangguk-ngangguk. "Sebentar kau bisa membawa barang-barangmu ke sini jadi besok begitu datang kau langsung masuk ke ruanganku karena kita akan mulai bergerak besok," ucap Ariel, "sudah, kau bisa kembali ke tempatmu sekarang…"
***
Nanda kini sibuk mengemasi sebagian barang-barangnya ke dalam kotak. Seperti permintaan gadis bernama Ariel, Nanda akan menempati ruangan bersama Ariel untuk sementara. Semua staf yang lain terheran-heran melihat Nanda yang sepertinya akan pindah atau malah dipecat karena ia dari ruangan Hideyoshi.
"Nanda!" Kevin berseru memanggil Nanda, "Kenapa kau malah mengemasi barang-barang… kau mau pindah kemana?"
"…Ke ruangan Ariel." sahut Nanda sambil hendak mengangkat kotak yang berisi barang-barangnya.
"Apa?" Kevin terperangah, "ke ruangan "Ariel" katamu?"
Nanda malas menanggapi kelebayan Kevin, ia mengangkat kotaknya dan langsung meninggalkan tempat itu.
"Hei, Kiki! Apa aku tadi tidak salah dengar? Karyawan baru itu menyebut nama Nona Ariel dengan Ariel?"
"Kau tidak salah dengar, kok…" sahut Kiki yang masih sibuk dengan ponselnya, dia sedang asik berchat ria melalui ponselnya.
"TIDAAAAAAAAAKK."
.
TBC
"Permisi!" Ariel menyeru begitu ia dan Nanda memasuki suatu toko butik bernamakan Royal Soul. Seorang wanita yang seumuran dan tak kalah cantiknya dengan artis cantik Yuni Shara, langsung mendatangi mereka berdua. "Selamat datang…" sapa wanita itu, "mari, silahkan masuk dulu untuk lihat-lihat…" wanita itu mempersilahkan mereka berdua dengan ramah untuk melihat-lihat pakaian di sana. Wanita itu nampaknya mengira Ariel dan Nanda adalah calon pembeli. "Oh, bukan…" ujar Ariel, "perkenalkan namaku Ariel, manajer label HnT di Kotowari Fashion dan ini adalah partnerku… namanya Nanda, dia juga salah satu karyawan di Kotowari Fashion." "Oh…"gumam wanita itu, "perkenalkan aku Yohana, aku pegawai yang mengurus Royal Soul… masuk dulu!" Wanita itu pun mengajak Ariel dan Nanda masuk ke dalam dan duduk di sofa. "Kupikir toko ini akan dibiarkan saja karena sudah lama sekali toko ini tidak diperhatikan pemiliknya…" wanita itu memulai pembicaraan. "Ah, tidak,"
Nanda dan Ariel langsung menuju ke butik milik Ryo. Ariel yang sedang menyetir mobil tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresi kesalnya pada desainer menyebalkan itu, ia tidak membuka mulut selama diperjalanan. Nanda bisa mengira mungkin akan ada pertengkaran yang sengit antara Ariel dan Ryo. Walaupun ia sendiri tidak akrab dengan Ariel tapi Nanda juga jengkel dengan desainer sombong dan sok hebat itu. Nanda berpikir, jika ia menjadi Ariel mungkin ia akan menghajar habis-habisan gadis sombong itu karena membuat orang pusing saja. Akhirnya, mereka sampai di depan bangunan rumah barbie itu. Ariel langsung bergegas, berlari menuju butik begitu turun dari mobil, langsung-langsung ia masuk tanpa permisi lagi sementara Nanda mengikutinya dari belakang. Tampak Ryo sedang sarapan dengan sandwich dan segelas anggur merah dengan santainya. "Asyik sekali kau, santai-santai saja di sini dan meninggalkan kewajibanmu!" labrak Ariel tiba-tiba dan sukses membuat Ryo yang sedang menegu
Nanda melirik jam tangannya, sudah jam sebelas malam lewat. Ia lalu melirik Ariel yang masih sibuk berkutat dengan mesin jahit. Gadis itu benar-benar tak patah semangat rupanya tapi Nanda tetap menunggunya, duduk melantai di dekat pintu dan menyandarkan punggung di dinding. "Huff…. akhirnya, jahitannya selesai…" gumam Ariel sambil memeriksa hasil jahitannya, "besok saja dilanjut…" ia lalu beranjak dari mesin jahit menuju lemari dan menaruh hasil jahitannya. Setelah itu, ia meregangkan kedua tangannya ke atas sambil berbalik ke arah pintu. "Lho, kau masih di sini, Nanda?" Ariel tampak heran menatap Nanda, dia tidak menyadari keberadaannya ternyata. "Ya…" sahut Nanda lalu berdiri. Gadis itu lalu terkikik. "Rupanya kau perhatian juga…" "Aku tidak enak meninggalkanmu sendirian karena aku juga bagian dari proyek ini!" terang Nanda agar gadis itu tidak salah paham. Sejenak Ariel terdiam menatap Nanda sebelum berjalan mendekatinya, sudut bibi
AkhirnyalaunchingRoyal Soultiba saatnya. Beruntung semua pekerjaan Ariel, Nanda dan para penjahit telah rampung. Para desainer terkenal mulai berdatangan dan disambut ramah oleh Ariel. Sedangkan Nanda mengambil tugas di belakang layar bersama Yohana. "Hei, Ariel!" seru desainer yang sangat terkenal berpenampilan eksentrik dengan kacamata persegi yang tebal dan rompi tanpa lengan, ia bernama Justin Oliver. "Aku sangat bersemangat datang di acaramu ini, waktu aku tahu kaulah yang memegang proyek ini, aku yakin pasti kau akan menampilkan karya desainer yang sangat fantastik!" Ariel hanya tertawa meringis menanggapi seruan Justin. Sebenarnya, ia sendiri tidak yakin apakah karyanya sendiri akan benar-benar fantastik. "Silahkan masuk!" ucap Ariel sambil mempersilahkan masuk desainer berpenampilan eksentrik itu. Ya, kadang-kadang beberapa desainer memang suka berpenampilan aneh bin ajaib. Semua tamu sudah berkumpul. Hideyoshi dan ibunya, ba
Seorang gadis cantik yang duduk di depan cermin seorang diri, menyisir pelan ujung-ujung rambut panjangnya yang berwarna coklat karamel dan tergerai indah ke samping, menutupi sebelah dadanya. Mata coklatnya yang seakan-akan menatap ke arah cermin kini membayangkan sosok seorang pria bertubuh tinggi tegap, berambut silver dan memiliki mata musim gugur yang menatap tajam. Irene Wilson, seorang model cantik nan seksi,icondari produk Kotowari Fashion, kini hatinya sedang bermekaran rupanya. Ia tidak bisa melupakan sosok pria tampan yang telah membantunya ketika terjatuh di atascatwalk. Walaupun model-model yang lain menganggap pria itu begitu menakutkan karena kening pria itu tak henti-hentinya mengerut, semuanya menduga bahwa pria itu mungkin memiliki sifat yang kasar. Namun bagi Irene, kerutan di kening pria itu malah membuat sang pria terlihat semakin tampan dan… macho. Matanya terlihat
Nanda memasuki klub malam. Musik morena daridisc jockeymengalun begitu kencang diikuti goyangan heboh para pengunjung yang berjoget ria serta lampu warna-warni yang berkelap-kelip. Berminggu-minggu kerja ternyata membuat Nanda rindu pada dunianya. Nanda mengambil duduk di depan counter bar seorang bartender pria bertubuh tinggi besar, berambut coklat tua bergelombang dan berkulit eksotis. "Hai, Chad…" sapa Nanda ke sang bartender yang sedang beraksi dengan lemparan-lemparan botol berisi beberapa jenis minuman alkoholnya itu. "Hai, Nanda… apa kabar?" balas si bartender bernama Chad, sahabat Nanda sejak Nanda kuliah di luar negeri, tepatnya di Cambridge, Amerika Serikat. Waktu itu, Chad juga sedang menempuh pendidikan khusus untuk menjadi seorang bartender profesional karena kakeknya memiliki banyak koleksi wine yang sudah disimpannya bertahun-tahun lamanya. Sewaktu di Cambridge, apartemen mereka bersebelahan dan karena asal negara mereka sama, mere
"Nanda… kau tidak apa-apa, Nak?" Nanda mendengar suara wanita… suara lembut dan itu adalah suara ibunya. Ini pertama kalinya lagi aku mendengar suara ibunya lagi… "Nanda…" Nanda mengerjap-ngerjapkan matanya. Ternyata tadi ia memimpikan ibunya tapi ini pertama kalinya ia memimpikan ibunya setelah ibunya tiada. Nanda terbangun dan mendapati dirinya kini berada di dalam suatu kamar yang bukan sama sekali kamarnya. Nanda tidak tahu kamar siapa itu, ia langsung bangkit duduk dan… "Aaaaaaahh…" tiba-tiba Nanda merasakan rasa sakit yang terasa menjalar di bagian betis dan mata kakinya saat sedikit menggerakkan kakinya. "Nanda, kau sudah sadar?" Nanda menoleh ke samping. Ariel duduk di kursi samping ranjang tempat Nanda berbaring sekarang, tangannya memegang bungkusan berisi bongkahan es batu. Nanda lalu mengingat kejadian waktu menunggang kuda, ia ingat kalau ia tadi terjatuh rupanya dan… Sialan kuda itu! &nbs
Dua bulan lebih Nanda telah bekerja di Kotowari Fashion. Pelan-pelan ia mulai terbiasa dengan lingkungan kerjanya dan ia jadi berkeinginan untuk bekerja serius, bahkan ia tak segan-segan lagi bertanya pada Kiki. "Kiki, bisa jelaskan ini bagaimana?" tanyanya pada Kiki sambil memperlihatkan beberapa lembaran dokumen. Kiki pun menjelaskan sedetail-detailnya dan Nanda memperhatikan dengan seksama penjelasan Kiki. Nanda mengangguk mengerti akan penjelasan Kiki. Sementara Kiki masih menjelaskan, Nanda menengadah sebentar untuk berpikir lalu kembali menatap ke arah lembaran dokumen namun ia refleks menengadah kembali ke arah yang tadi. Dari jauh terlihat Ariel sedang berjalan bersama Wulan sambil tertawa bersama. Perhatian Nanda kini beralih ke Ariel, ia terus memandang wajah gadis itu, wajah gadis yang kini sedang tertawa lepas. Nanda bahkan enggan melepaskan pandangannya sehingga Kiki kini sedang berbicara sendiri. "Nanda… Nanda?" panggil Kiki yang sadar bahwa Nan