Share

CHAPTER 6

"Permisi!" Ariel menyeru begitu ia dan Nanda memasuki suatu toko butik bernamakan Royal Soul. Seorang wanita yang seumuran dan tak kalah cantiknya dengan artis cantik Yuni Shara, langsung mendatangi mereka berdua.

"Selamat datang…" sapa wanita itu, "mari, silahkan masuk dulu untuk lihat-lihat…" wanita itu mempersilahkan mereka berdua dengan ramah untuk melihat-lihat pakaian di sana. Wanita itu nampaknya mengira Ariel dan Nanda adalah calon pembeli.

"Oh, bukan…" ujar Ariel, "perkenalkan namaku Ariel, manajer label HnT di Kotowari Fashion dan ini adalah partnerku… namanya Nanda, dia juga salah satu karyawan di Kotowari Fashion."

"Oh…"gumam wanita itu, "perkenalkan aku Yohana, aku pegawai yang mengurus Royal Soul… masuk dulu!" Wanita itu pun mengajak Ariel dan Nanda masuk ke dalam dan duduk di sofa.

"Kupikir toko ini akan dibiarkan saja karena sudah lama sekali toko ini tidak diperhatikan pemiliknya…" wanita itu memulai pembicaraan.

"Ah, tidak," bantah Ariel, "pemilik toko ini yang langsung menugaskanku ke sini… beliau berencana untuk memajukan toko ini kembali."

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu… aku sangat bingung dimana lagi aku akan bekerja jika toko ini ditutup. Aku tidak tahu lagi caranya bagaimana aku bisa menikahkan putraku… aku ini janda…"

Yohana mulai curhat ke Ariel dan menceritakan panjang lebar mengenai awal toko itu mulai tidak dibenahi lagi. Dan benar saja, selama Ariel dan Nanda berada di sana tak satu pun ada pengunjung yang masuk walau hanya sekedar melihat-lihat.

"Tenang saja, Bu Yo…. untuk itulah kami datang ke sini," kata Ariel memberikan harapan ke wanita itu.

"Benarkah?" ujar Yohana penuh harap.

Ariel mengangguk penuh yakin lalu memegang tangan Yohana. "Aku akan berupaya keras untuk mengembalikan Royal Soul…"

"Terima kasih banyak, Nona Ariel!" seru Yohana sambil memeluk Ariel.

"Iya sama-sama…"

Setelah berbincang-bincang panjang lebar dengan Yohana, akhirnya Ariel permisi untuk kembali ke kantor dan segera mengajak Nanda untuk keluar. Mereka berdua berjalan menuju mobil.

"Kau sepertinya sangat yakin bisa memajukan toko itu," ucap Nanda begitu mereka berdua sudah berada di dalam mobil.

"Kenapa tidak?" tanya Ariel sembari memasang sabuk pengamannya.

"Di sekitar sini… begitu banyak butik-butik besar milik desainer ternama. Tidak heran jika toko itu kalah dan akhirnya terbengkalai, pasti sulit sekali menarik perhatian orang-orang untuk melirik toko itu…"

Ariel menoleh ke arah Nanda, tertegun sebentar dengan ucapan Nanda. "Ternyata kau tidak bodoh."

"Semua orang pasti berpikir sepertiku…"

"Ya ya, memang benar… karena itu, Nanda…" Ariel menatap serius Nanda, "ini adalah tantangan untuk kita dan sesampainya di kantor kita akan membicarakannya lagi, oke?"

Mereka pun meluncur ke kantor pusat Kotowari Fashion untuk menyusun rencana selanjutnya yang akan mereka berdua lakukan untuk toko Royal Soul.

***

Ariel menjelaskan panjang lebar tentang apa-apa saja yang harus ia dan Nanda lakukan. Sayangnya, Nanda tidak bisa memahami apa yang Ariel jelaskan karena ia memang tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai pekerjaan itu. Ia cuma bisa mendengarkan penjelasan Ariel, ini sangat sulit baginya… benar-benar sulit. Beruntung Ariel sepertinya tipe gadis yang tidak begitu suka mengomel, tidak bersikap bossy atau pun menyebalkan, dan ia bisa memaklumi Nanda yang tidak tahu apa-apa. Nanda cukup beruntung untuk itu.

"Model pakaian di sana cenderung bergaya klasik tapi aku ingin nantinya ada sedikit modifikasi biar terlihat unik dan mewah tapi kesan klasiknya masih ada…" ucap Ariel, "sebenarnya ini cocok sekali kalau Elena yang melakukan proyek ini tapi mau bagaimana lagi… Hideyoshi-San malah memintaku. Jadi, sepertinya aku akan meminjam desainer dari label milik Elena."

Nanda hanya mendengarkan saja apa kata gadis itu. Ariel lalu melihat-lihat profil para desainer beserta karya-karya mereka di suatu buku biodata para desainer yang bekerja di perusahaan ini.

"Um… sepertinya Ryo Dominique cocok…" gumam Ariel lalu ia menutup buku biodata itu. "Baiklah, aku akan menghubungi Elena untuk menanyakan keberadaan Ryo…" kemudian ia mengambil map, "Nanda… aku bisa minta tolong? Tolong fotocopy-kan berkas-berkas di dalam map ini ya, aku ingin mempelajarinya nanti…" pinta Ariel.

Nanda lalu mengambil map itu, keluar dari ruangan dan menuju tempat mesin fotocopy. Di sana ada Kevin rupanya, ia sedang meng-fotocopy juga dan sepertinya lumayan banyak yang ia copy.

"Hai Nanda~" seru Kevin ketika melihat Nanda, "ternyata kau sedang ada proyek dengan Nona Ariel rupanya, beruntungnya… kau jadi punya kesempatan untuk terus menatap kecantikannya…"

Nanda berusaha mengacuhkan ocehan anak itu, menunggunya hingga selesai menggunakan mesin fotocopy. Saat Nanda menunggu, ia melihat ada poster besar yang tidak begitu jauh dari sini. Poster bergambarkan seorang model yang menggunakan pakaian salah satu merek keluaran perusahaan itu. Wajahnya sangat cantik tapi… bukan itu yang menariknya untuk terus memandangnya, lebih tepatnya karena… wajah model itu mengingatkannya akan wajah ibunya… ada kemiripan…

"Wah… ternyata kau nge-fans juga dengan Irene Wilson," Nanda tersentak dengan suara Kevin. "Irene memang model paling cantik di sini… badannya super duper seksi terutama di bagian da-"

"Kau sudah selesai, kan?" potong Nanda sambil menerobos ke arah mesin fotocopy karena ia tahu arah pembicaraan Kevin. Cepat-cepat ia menggunakan mesin fotocopy.

"Daritadi kulihat kau terus melihat poster itu, pasti yang kau lihat itu bagian dadanya, kan? Hayo, ngaku saja!"

Nanda tetap berkutat dengan mesin fotocopy dan berusaha untuk tidak menghiraukan ucapan Kevin. Nanda bersumpah ia ingin sekali merobek mulut mesum Kevin tapi… andai saja tidak ada perjanjian antara dia dan ayahnya maka sudah daritadi ia lakukan.

"Mengaku saja, hayo! Tidak perlu sok jaim! Pasti kau terus melihat dada Irene, kan! Semua pria di sini juga ngiler melihat dada Irene yang seksi, bahkan tiap malam aku selalu menghayal "bermain" bersama Irene di atas ran-"

"Berhenti bicara yang menjijikkan!" bentak Nanda sambil mencengkram bagian depan kemeja Kevin dan melemparkan tatapan menggeram.

"I-iya iya… s-sudah… ti-tidak perlu sampai marah seperti ini, kan? He…" kata Kevin gagap dan menatap Nanda ketakutan, "yang tadi cuma bercanda… pissssss" lanjutnya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, membentuk salam dua jari. Nanda pun melepaskan cengkramanku dan Kevin langsung lari.

"Dasar pengganggu mesum…" umpat Nanda rada kesal lalu ia kembali berkutat dengan mesin fotocopy itu.

"Nanda!" tiba-tiba Ariel memanggil. Nanda menoleh dan gadis itu sudah berdiri tidak jauh dari sana, "ayo kita pergi ke butik Ryo sekarang!"

Hah? tiba-tiba begini…

"Lalu… ini?" tanya Nanda sambil memegang hasil fotocopy-an.

"Segera simpan di mejaku, aku menunggumu di sini," kata Ariel.

Lalu Nanda cepat-cepat ke ruangan Ariel dan menaruh map dan hasil fotocopy-an di meja kemudian kembali menyusul Ariel. Segera mereka berdua menuju ke butik milik Ryo.

Akhirnya, mereka sampai di butik bernama Dolly Cloth milik Ryo Dominique di kawasan elite. Bangunan butiknya tidak begitu besar hanya saja terlihat beda dengan bangunan yang lain di sekitarannya karena bangunannya lebih seperti rumah boneka barbie. Mungkin orang-orang akan banyak mengira kalau bangunan itu adalah toko boneka padahal...

"Permisi…"

Nanda benar-benar merasa berada di dunia boneka begitu masuk ke dalam butik Ryo yang serba berwarna pastel.

"Permisi…."

Nanda melihat ke sekeliling, mencari-cari siapa yang menjaga butik ini. Di depan pintu tadi bertuliskan "OPEN" tapi tidak ada yang menjawab seruan Ariel. Sebenarnya butik ini buka tidak, sih? Pikir Nanda. Agak lama mereka menunggu di dalam butik, Nanda tetap berdiri memandang Ariel yang sedang asyik melihat-lihat koleksi pakaian di butik ini.

"Siapa kau?" Nanda menoleh ke belakang dan sosok gadis berambut cat pink muda dan panjang, mengenakan dress hitam pendek yang ketat tanpa lengan terlihat menggeram ke arahnya, "Kau penyusup di sini, ya?" ia menuduh Nanda.

"Ryo, ini aku!" seru Ariel berlari ke arah gadis berambut pink yang rupanya adalah Ryo Dominique.

Ryo memandang Ariel dengan tatapan… semua yang melihatnya pasti bisa menangkap tatapan –tidak suka- Ryo ke arah Ariel. "Oh… kau Ariel…" gumamnya rada sinis, "sedang apa kau di sini?" ia lalu duduk di sofanya.

"Aku ke sini untuk meminta tolong," sahut Ariel, "aku ingin mengikutkanmu ke dalam proyek…"

"Hah? Proyek?" Ryo terperangah. "Kenapa malah aku? Bukannya kau sendiri punya desainer di labelmu sendiri?"

"Iya, tapi kali ini… aku butuh desainer yang bisa membuat karya yang unik dan berbeda, mewah, lain daripada yang lain dan hanya kau yang bisa…"

Ryo tersenyum dengan angkuhnya, "tentu saja…" ucapnya sambil menggeser poninya ke samping dengan telunjuknya, "aku memang desainer yang hebat dan tidak ada yang sepertiku."

"Makanya karena itu," kata Ariel, "aku ingin mengikutkanmu ke dalam proyek ini karena kau desainer yang hebat dan dapat diandalkan…"

"Yah yah… aku akan ikut ke dalam proyek itu karena cuma aku yang bisa," ucap Ryo penuh keyakinan.

"Terima kasih banyak, Ryo."

***

Sudah hampir tiga minggu berlalu dan kurang lebih seminggu lagi launching

Royal Soul akan dilaksanakan. Selama ini semuanya berjalan dengan lancar, tidak ada masalah atau kesulitan yang menghambat pekerjaan Ariel, ia bisa meng-handle semuanya. Dan Nanda? Dia hanya melihat-lihat dan mengikuti kemana Ariel pergi. Jadi, sebenarnya tanpa Nanda pun Ariel bisa menjalankan proyek seorang diri.

Selasa pagi, sesuai dengan yang telah Ariel jadwalkan, hari ini ia dan Nanda akan melihat-lihat pembuatan sample pakaian atau gaun yang akan dipamerkan di fashion show nanti. Ariel terlihat sangat antusias karena ia menduga Ryo pasti akan membuat pakaian atau gaun yang sangat indah. Ia jadi tak sabar untuk melihat karya desainer itu.

Kini mereka sampai di Royal Soul.

"Selamat pagi, Bu Yohana!" seru Ariel dengan riangnya sambil membuka pintu toko lalu berjalan masuk, Nanda mengikutinya langkah gadis itu di belakang.

Yohana langsung menghampiri Ariel dengan wajah yang cemas, seperti ada sesuatu yang buruk terjadi.

Ariel melihat-lihat di sekeliling, ada perasaan aneh karena Royal Soul sangat sepi. Setidaknya jam-jam segini para penjahit sudah berdatangan, bekerja sambil bergurau.

"Bu Yo, kenapa sepi sekali? Aku bahkan tidak mendengar suara mesin jahit atau apa dari dalam, apa semuanya sudah selesai?" tanya Ariel dengan tampang polosnya.

Yohana terlihat gelisah. Ia meremas cemas ujung bawah kemeja hijaunya, seperti antara ingin menyampaikan sesuatu tapi takut-takut juga mengutarakan.

"Um… ada apa, Bu Yo? Semuanya baik-baik saja, kan?" tanya Ariel yang mulai merasa ada sesuatu yang aneh pada Yohana.

"Sebenarnya…" Yohana terhenti, ia tidak tahu bagaimana memberitahu Ariel bahwa sesuatu terjadi yang bisa dikatakan masalah besar.

"Kenapa, Bu Yo? Gelisah begitu… apa ada masalah?" tanya Ariel sambil menatap Yohana dengan tatapan menyelidik.

"Se… sebenarnya… sample-sample pakaian itu…"

"Ada apa, Bu Yo? Kenapa dengan samplenya?" Ariel sangat penasaran dan perasaan tidak enak mulai merasukinya.

"Sebenarnya… ini sudah terjadi seminggu yang lalu. Tiba-tiba saja Nona Ryo marah-marah dan akhirnya meninggalkan tempat ini, sampai sekarang dia tidak pernah lagi ke sini."

Ariel membatu setelah mendengar ucapan Yohana. Pagi-pagi sudah mendapat terapi shock, namun Ariel tetap berusaha terlihat tenang, berusaha untuk berpikir positif. Cepat-cepat ia menuju ke ruang tempat pakaian-pakaian tersebut diproses untuk memastikan ucapan Yohana. Di ruangan itu tidak ada seorang pun, memang seharusnya ada banyak penjahit yang sibuk di sana. Ia kemudian memeriksa sendiri apakah sample itu dikerjakan atau tidak dan ternyata hanya beberapa saja yang sudah jadi.

"Para penjahit menolak ke sini karena Nona Ryo tidak ada… tanpa Nona Ryo mereka tidak bisa bekerja tanpa arahan…" ujar Yohana.

Ariel mendengus marah. Di saat seminggu lagi hari launching itu digelar, sample yang akan dipamerkan malah belum selesai, ini benar-benar di luar perkiraannya. Ia merasa bodoh sendiri kenapa ia tidak memperhitungkan kejadian seperti ini. Jika ia memperhitungkan segalanya, ia akan sering ke toko untuk memeriksa apakah proses pembuatan pakaian berjalan lancar. Lalu, apa yang akan Ariel lakukan?

"…Aku harus menemui Ryo."

.

TBC

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status