Ananda Edward, seorang pria muda nan tampan dengan rambut bercat silver mencolok dan memiliki kerutan di keningnya yang membuatnya terlihat tak ramah. Sebagai putra sulung, ia mewarisi harta kekayaan mendiang ibunya. Ia dipenjara karena melakukan keonaran di suatu bar yang membuat ayahnya, Ishan Edward, murka padanya. Nanda akan dibebaskan dengan beberapa syarat, salah satunya adalah bekerja di perusahaan lain sebagai karyawan biasa dengan memakai nama Ananda Iskandar. Suatu hari, Nanda diikutkan dalam proyek launching toko butik Royal Soul, bersama salah satu manager handal bernama Ariel Kujo, seorang gadis muda, cantik, cerdas dan multitalent. Dengan kelebihan dan kelembutannya, ia mampu menyentuh hati Nanda yang tak percaya akan cinta. Namun, cinta itu ternyata bertepuk sebelah tangan karena sang pujaan hati belum benar-benar bisa melepaskan diri dari cinta masa lalunya, seorang pria hedon berhati lembut yang gemar tidur bersama gadis-gadis cantik. Lalu, bagaimana perjuangan Nanda untuk membawa Ariel ke pelukannya?
Lihat lebih banyakMungkin aku memang pria yang tidak memiliki perasaan, tidak memiliki cinta… dan itu terjadi setelah kematiannya… ibuku…
Aku pernah mendengar bahwa ibu adalah cinta pertama seorang laki-laki, sepertinya itu benar karena aku merasa ibuku adalah cinta satu-satunya yang aku miliki di dunia ini. Aku selalu ingin melakukan hal-hal yang membuatnya bangga dan senang jika melihatku. Apapun sulitnya itu… pasti akan kulakukan… hanya untuk melihatnya bisa tersenyum padaku.
Aku mencintai ibuku segala-galanya. Cara dia menjagaku, mengurusku, mengajariku… bahkan saat ia memarahi dan membentakku sekalipun, cara ia tersenyum ketika bangga padaku dan mengacak-ngacak rambutku ketika aku melakukan kebodohan… rasa cintaku malah terus bertambah.
Ah… dia sudah tiada, aku tidak akan pernah merasakan cinta lagi. Tidak ada harapan dan cita-cita lagi untuk membuatnya bangga. Semuanya sirna… dan kini hidupku tidak memiliki arah dan tujuan… tidak ada lagi yang bisa aku lakukan.
Kurasa… tidak ada lagi wanita yang bisa membuatku kagum atau hanya sekedar menyukainya… selain ibuku…
***
Namanya Nanda, pria berambut jabrik dengan cat berwarna silver, memasuki bar sambil mendengus marah. Wajahnya terlihat sangat menakutkan, seakan-akan ia hendak membunuh seseorang. Tak peduli siapa pun yang ada di depannya, ia pasti menyambarnya. Kursi, meja, semuanya ia sambar sambil melemparnya dengan kasar, bahkan mungkin seorang jompo sekalipun yang lewat di depannya ia mungkin tak segan-segan mendorongnya. Semua orang-orang di bar dibuat terkaget-kaget oleh keonaran yang ia lakukan. Sebenarnya, apakah yang sedang terjadi pada anak muda berambut jabrik itu.
Akhirnya, Nanda terhenti di suatu ruangan yang dikenal dengan ruang VIP di bar itu. Ia menatap geram pintu masuk yang tertutup rapat. Ia mengambil kuda-kuda untuk menendang pintu itu.
Brakk!
Dan pintu itu langsung melayang setelah mendapatkan tendangan keras dari Nanda. Tampak di dalam ruang seorang gadis berambut panjang dengan cat blonde nan bergelombang bersama pria berambut Mohawk dengan tattoo yang penuh di lengannya sedang bermesraan. Apakah hubungan kedua orang yang jelas-jelas terlihat seperti sepasang kekasih itu dengan Nanda?
Pria berambut Mohawk terlihat kaget akan kedatangan pria berambut jabrik secara tiba-tiba, apalagi pria itu mengganggu kesenangannya bersama gadis pujaannya. Sedangkan, gadis blonde itu terlihat pucat melihat kedatangan Nanda. Tampaknya ada sesuatu antara gadis itu dengan Nanda.
"Hei, apa yang kau lakukan?!" seru pria berambut Mohawk bernama Bazz itu ke arah Nanda.
Nanda tidak menjawab, ia malah mendekati kedua orang itu dengan wajah sangar yang menggeram penuh emosi. Nanda menarik bagian depan baju Bazz lalu meninju wajah pria itu dengan penuh kekuatan. Bazz pun terpental jauh.
"HIAAAAAAAAAAA!" teriak menjerit sang gadis yang ternyata bernama Maya.
"Kau diam saja di situ!" bentak Nanda ke arah Maya sambil menunjuk gadis itu, "jangan kemana-mana, aku belum selesai dengan pacar gelapmu itu, tunggu bagianmu!" Ia lalu mendekat ke arah Bazz dan menghajarnya habis-habisan. Maya yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menangis menjerit-jerit melihat Bazz seperti akan dibunuh oleh Nanda.
Malang sekali nasib Bazz. Sebenarnya, ia sendiri tidak mengenal Nanda.
Setelah puas menghajar Bazz yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa, Nanda mendekati Maya dan menarik lengannya dengan kasar.
"Ikut aku!" perintah Nanda pada Maya.
"Tidak mau!" teriak Maya berusaha meronta, "aku tidak mau… hiks."
"Aku bilang ikut!" bentak Nanda, "kau belum aku beri pelajaran, ya!"
"Tidak mau!" teriak Maya, "kita putus, aku tidak mau lagi berhubungan denganmu! Kau gila! Sadis… kau tidak punya perasaaan! Kau bukan manusia tapi kau monster, setan!"
BUAKK
Nanda meninju wajah cantik Maya dan Maya yang lemah tentu saja terlempar.
"Huh… kau bilang aku tidak punya perasaan?" ucap Nanda dengan seringai tajamnya, "lalu… kenapa dulu kau mengejar-ngejarku, hah? Sudah tahu aku tidak punya perasaan eh… tetap ngotot mau jadi pacarku," Nanda lalu tertawa seperti kesetanan, "kau pikir… aku bersedia mau jadi pacarmu karena aku benar-benar menyukaimu?" Nanda membuang ludahnya ke samping, "sudah bagus aku bersedia jadi pacarmu, asal tahu saja… aku mau jadi pacarmu karena aku bosan melihat kau terus mengejar-ngejarku, dasar perempuan jalang!" teriaknya mengumpat.
Maya lalu menangis, menangis sejadi-jadinya. Selama ini Nanda memang kasar tapi ini pertama kalinya Nanda melakukan kekerasan yang sesungguhnya. Awalnya, ia hanya menganggap Nanda adalah tantangan baginya karena Maya terkenal sebagai gadis yang mampu membuat pria manapun pasti tergila-gila padanya. Ternyata… ini di luar perkiraannya, Nanda benar-benar pria yang sangat mengerikan.
Tidak lama kemudian polisi datang. Sepertinya manager Bar itu memanggil polisi sejak keonaran yang Nanda lakukan di bawah tadi. Dua orang polisi menahan kedua tangan Nanda.
"Hei… kalian mau apa? Lepaskan aku!" sergah Nanda pada polisi-polisi itu namun polisi-polisi itu tetap menyeret Nanda.
"Hei, kubilang lepaskan! Kalian tidak punya telinga, ya? Aku belum selesai dengan murahan itu!"
***
Nanda kini berada di balik jeruji besi. Dimana lagi kalau bukan di penjara. Ia duduk melantai dengan kedua lutut tertekuk sambil mendengus marah. Rupanya, ia belum puas telah menghajar sepasang kekasih yang telah membuatnya kalap. Kalap bukan karena cemburu melihat pacar sendiri menjalin hubungan dan bermesraan dengan pria lain tapi karena Nanda merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh Maya, pacar Nanda. Yah yah yah… dengan kejadian barusan hubungan Nanda dan Maya bisa dinyatakan telah putus tapi sepertinya Nanda masih ingin menghajar mantan pacarnya itu.
"Ananda Edward?" seorang petugas memanggil Nanda, petugas itu membukakan jeruji penjara untuk Nanda. "Ada yang ingin menemuimu," katanya.
"Siapa?" tanya Nanda rada malas.
"Ishan Edward, ayahmu."
Nanda langsung merasa lega. Akhirnya ayahnya akan membantu Nanda keluar dari tempat membosankan itu. Segera Nanda berdiri dan bergegas untuk menemui ayahnya, ia pun berjalan mengikuti petugas itu. Ketika sampai di suatu ruangan untuk menjenguk para kriminal, ia melihat ayahnya duduk di depan meja, Ishan terlihat memejamkan matanya dengan tangan terlipat di perutnya.
"Ayah!" seru Nanda begitu memasuki ruangan dan langsung mendatangi ayahnya. "Syukurlah ayah cepat datang, aku sudah tidak sabar lagi ingin keluar dari tempat ini, tempat ini sangat membosankan…"
Tiba-tiba Ishan berdiri, menarik bagian depan baju Nanda dan…
BUAKK
Tinjuan yang pasti sangat keras mendarat dengan mulus di wajah Nanda, Nanda langsung terjatuh.
"Kenapa ayah memukulku?!" teriak Nanda. Ishan kembali mendekati Nanda dan…
BUAKK
Tendangan yang tak kalah kerasnya mendarat di perut Nanda.
"Kau bertanya kenapa ayah memukulmu? Ho… pertanyaan yang sangat bagus, dengan senang hati ayah akan menjawabnya!" bentak Ishan ke arah Nanda, "pertama… kau membuat onar di Bar, kedua… kau memukul seorang pria yang ternyata tidak mengenalmu… ketiga… aku benar-benar tidak menyangka kau bisa memukul seorang perempuan! Siapa yang mengajarimu, hah?!"
"Si jalang itu pantas mendapatkannya!"
DUAKK
Kembali Ishan menendang Nanda tanpa belas kasih.
"Selama ini ayah tahu kau memang kasar tapi… ayah benar-benar tidak menyangka kau bisa memukul seorang perempuan… ayah benar-benar kecewa, kau benar-benar sudah sukses jadi bajingan, Nanda…" Ishan menatap Nanda penuh kekecewaan, "jangan harap ayah akan membantumu keluar dari sini!" teriaknya lalu berbalik meninggalkan Nanda.
Nanda mendengus. Pikirnya, ayahnya datang untuk membawanya keluar dari penjara tapi ternyata tidak seperti dengan apa yang dipikirkannya, ayahnya datang tapi hanya untuk memberinya pelajaran.
"Cih…"
***
Lagi! Ishan menuangkan minuman alkoholnya ke gelasnya kemudian meneguknya dengan sekali tegukan. Pria blasteran jepang seumuran dengan Ishan, berambut coklat sebahu dengan kemeja hijau bernama Keiji, hanya terus menatap sahabatnya yang jelas terlihat sedang mengalami stress, tidak biasanya sahabatnya yang sering terlihat konyol itu malah terlihat gundah.
"Apa ini tentang putramu lagi?" Keiji memulai percakapan.
Ishan menuangkan kembali minumannya ke gelas. "Jangan sebut dia putraku… aku ingin menghapusnya dari kartu keluarga," lalu ia meneguk minumannya.
Keiji terperangah dengan ucapan Ishan. Ingin menghapus Nanda dari kartu keluarga? Berarti putra Ishan telah melakukan hal diluar batas, memang Ishan selalu kecewa dengan tingkah laku Nanda yang sulit diatur tapi sebelumnya Ishan tidak pernah mengatakan ingin menghapus Nanda sebagai putranya.
"Jangan bicara begitu…" ujar Keiji, "bagaimana pun… Nanda adalah putra satu-satumu, kau jangan lupa kalau Nanda itu anak kebanggaan Maria…" ia memperingatkan Ishan.
Ishan malah tertawa tapi terasa getir. "Maria pasti akan menangis terisak-isak jika melihat anak laki-lakinya sekarang…" ia lalu menuangkan lagi minumannya ke gelasnya, kali ini benar-benar penuh, "aku tidak tahu sebenarnya apa yang salah… anak itu dulunya baik, baik sekali malah tapi… sewaktu Maria meninggal… anak itu jadi pendiam… kupikir dia akan kembali seiring waktu… tahu-tahunya… dia sudah jadi berandalan…" ia meneguk tuaknya.
Akhirnya Ishan sudah mencapai batasnya. Ia mabuk, mabuk berat hingga tak kuasa berdiri sendiri dan terpaksa Keiji membantunya berdiri.
"Maria!" teriak Ishan begitu Keiji membopongnya berjalan, "apa kau lihat putramu? Dia sudah berhasil… tapi berhasil jadi preman! Anak kebanggaanmu itu! ahli waris semua kekayaanmu! Maria! Anak itu jadi kurang ajar!" tiba-tiba Ishan menangis dan Keiji terkaget-kaget dengan sahabatnya itu. Menangis? Ini pertama kalinya ia melihat sahabatnya menangis.
"Maria! Apa salahku? Kenapa anak laki-laki kita… putra satu-satunya… bisa keterlaluan seperti itu… dia berandalan… apa salahku? Siang-malam aku bekerja untuknya… memberikannya pendidikan terbaik agar kelak ia bisa menjadi pemimpin di perusahaanmu, Maria… kenapa anak itu malah… malah…. HUAAAAAAAAAA."
"Sudah sudah, ya… cup… cup…" kata Keiji jahil sambil mengelus-elus kepala Ishan.
"HUUUUAAAAAAAAAAAAAA!"
.
TBC
Ishan berjalan dengan dagu terangkat menuju Instalasi Gawat Darurat bagian trauma. Tidur selama empat jam dan mandi pagi membuat wajah pria berusia mendekati setengah abad itu terlihat sangatfresh. Beberapa perawat dan dokter magang yang sempat berpapasan dengannya membungkukkan badan dengan segang ke arahnya, tentu saja karena Ishan termasuk dokter senior di sana.Kepala Ishan celingak-celinguk begitu berada di dalam ruangan. Di meja batu hanya ada tiga perawat dan dua orang dokter yang telah lama magang. Kesal sekali Ishan karena pagi itu ia tidak melihat seorang dokter ahli pun yang menjaga di ruangan tersebut, setidaknya harus ada satu dokter ahli yangstandbydi sana.Ishan lalu berjalan-jalan mengitari ruangan itu untuk melihat-lihat pasien yang sementara dirawat oleh dokter yang baru magang di hari pertamanya. Pagi ini tidak begitu banyak pasien, mungkin itu alasan dokter ahli yang seharusnya jaga pagi itu memilih
Sudah hampir sejam Gerry duduk menyandar di kepala ranjang, di suatu kamar hotel, tanpa memakai pakaian dan hanya selimut yang menutupi bawahannya. Ia tidak sendirian, di sampingnya ada seorang wanita berambut blonde, panjang nan bergelombang, tanpa balutan busana, masih tertidur tengkurap dengan sangat nyenyak, punggung mulusnya terekspos karena selimut hanya menutupi bawahnya hingga sepinggang, wanita yang telah menghabiskan malam bersamanya.Gerry terlihat sedang melamun, wajahnya terlihat murung ke depan. Beberapa kali terdengar pria itu mendesah kecewa. Bukan karena wanita yang kini berada di sampingnya tidak memberikannya kepuasan, sebaliknya mereka berdua telah melakukan pertempuran yang begitu hebat dan liar. Namun, kebahagiaan itu bukanlah didapat dari kepuasaan sex, keduanya adalah hal yang berbeda. Intinya, pria itu tidak berbahagia, satu-satunya yang dapat membuatnya benar-benar merasakan kebahagiaan adalah bersama dengan gadis yang ia cintai yaitu, Ariel.
Gerry kini duduk di suatu restoran mewah prancis, bersama dengan para pengunjung lain yang tengah menikmati hidangan makan malamnya. Bukan karena di restoran tersebut tidak menyediakan ruangan VIP namun pria itu memang sengaja makan malam bersama pengunjung lain karena ada sesuatu yang ia rencanakan.Gerry tak henti-hentinya melengkungkan senyumnya, jelas sekali bahwa pria itu terlihat sangat senang dan bersemangat. Beberapa kali ia menatap jam tangannya dengan tak sabaran dan menengok ke arah pintu masuk, menantikan kehadiran gadis yang akan ia lamar.Lamar?Yeah, pria itu berniat melamar Ariel malam ini juga walaupun masih belum resmi karena bagaimana pun dia harus menghadapi keluarga Ariel terlebih dulu sebelum menikahinya. Tapi, setidaknya jika Ariel menerimanya, Gerry akan`memiliki keberanian dan semangat yang besar untuk menghadapi keluarga Kujo, terutama kakak ipar Ariel yang kini menjadi kepala keluarga Kujo.Betapa percaya dirinya pria itu
Ini sudah jam pulang kantor namun Ariel masih berada di dalam ruangannya. Gadis itu merenung akan sikap Nanda tadi pagi. Pria itu membuang pandangannya dan berbalik arah ketika melihat Ariel, tidak mungkin pria itu melakukan demikian tanpa alasan. Ariel berusaha mengingat-ingat apakah ia mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyinggung Nanda tapi seingatnya ia sangat jarang berinteraksi dengan pria itu dan seingatnya lagi, beberapa hari yang lalu pun saat ia menyapa Nanda, pria itu masih bersikap normal.Lalu… sebenarnya apa masalahnya? Pikir Ariel.Ariel merasa sedih jika nantinya Nanda tidak lagi peduli padanya, atau yang paling parah malah memusuhinya seperti yang dilakukan Ryan. Ariel sudah menganggap Nanda adalah teman yang baik setelah menjalankan proyek bersama.Dengan lesu Ariel menarik tasnya dan beranjak keluar dari ruangannya. Gedung KotowariFashionsudah sepi rupanya, Ariel terus berjalan menujuliftna
Malam semakin larut namun Nanda masih saja gelisah di ranjangnya. Berkali-kali sudah ia merubah posisinya, sebentar berbalik ke kanan kemudian kembali ke kiri, begitu seterusnya untuk menemukan posisi senyaman mungkin. Nanda lalu bangkit dan duduk, ia sadar bahwa yang membuatnya sulit tidur bukanlah masalah posisinya atau ranjangnya tapi pikirannyalah yang kacau. Bukan hanya karena gosip mengenal Ariel yang telah memiliki kekasih namun sewaktu pulang kerja Nanda sempat melihat Ariel menaiki mobil mewahFerrari599xxx berwarna merah, tipe mobil pelit karena hanya menampung dua orang dan idealnya pemilik mobil itu tentunya seorang pria. Berarti, kemungkinan besar gosip tersebut memang benar.Nanda melirik ke arah laci, tangannya mencoba menjangkaunya untuk mengambil selembar foto di dalam, foto Ariel bersama dirinya. Nanda terus menatap foto tersebut, tiap kali pria itu menatap foto itu hatinya berubah menjadi melankonis."Ariel…" dengan suara l
Rupanya, gosip bahwa Ariel telah memiliki kekasih bukan hanya Nanda saja yang dengar tapi kabar tersebut sudah terdengar oleh karyawan lainnya termasuk Ryan. Sebagai pria yang juga "diam-diam" menyukai Ariel, sama halnya Nanda, Ryan juga merasa terusik. Pikirannya begitu kacau hingga ia tidak bisa berkonsentrasi bekerja, rapat tim label miliknya yang seharusnya dijadwalnya hari ini pun dibatalkan. Terdengar tidak profesional karena ini masalah pribadi namun gosip tersebut benar-benar membuat pria bertattoo itu risau tak karuan.Berada di dalam ruangannya terlalu lama sambil memikirkan Ariel membuat kepala Ryan terasa pusing. Ia pun akhirnya memutuskan untuk beranjak dari ruangannya, mencari angin sebentar, atau mungkin ia harus membasuh wajahnya untuk menyegarkan pikirannya kembali.Sekretaris dan orang kepercayaan Hideyoshi, Sandy dan Novita, tampak tergesa-gesa sambil membawa map putih."Ryan!" panggil Novita berseru ke arah Renji. Gadis bertubuh mungil dan be
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen