Share

5 Pria Asing

Author: p.hara
last update Last Updated: 2023-04-14 18:48:32

"Iya, sekalian belajar ... menggantikan posisiku."

Deg.

Tubuhku menegang, setelah mendengar ucapan istriku. Luna berucap sangat pelan, tapi masih bisa tertangkap oleh telingaku yang memang duduk di sampingnya.

Maksudnya apa berkata absurd seperti itu? Apa Luna ingin meninggalkanku?

Bukankah kami baru saja berbaikan. Sekarang istriku kenapa lagi?

Wajah Tiara juga berubah tidak jauh berbeda sepertiku. Sedangkan Luna hanya tersenyum dan lanjut menikmati makanannya, tanpa terganggu sama sekali.

Sementara aku tak berani bersuara karena takut akan berakhir dengan pertengkaran, apalagi di depan Tiara yang notabenenya orang lain.

Kenapa istriku jadi penuh misteri. Aku sangat merindukan Luna yang dulu.

"Kok pada tegang?" Luna menatapku dan Tiara secara bergantian. "Aku cuma bergurau, jangan dimasukkan hati, hehe," sambungnya lagi dengan kekehan kecil.

Tiara tersenyum hambar, sediki dipaksakan. Mungkin tersinggung dengan candaan Luna. Tapi, aku merasa sedikit lega, setidaknya ... istriku hanya bercanda. Ya Luna hanya bercanda, kami sudah berbaikan bukan?

Walaupun istriku masih terkesan dingin dan irit bicara, setidaknya Luna mulai mengerti dan mendengar penjelasanku tadi.

Tapi, kenapa selera humor istriku aneh begitu. Dan senyum miliknya seperti menyimpan misteri. Kenapa Luna hobi sekali membuatku merasa takut begini.

Ah, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal-hal yang membuatku pusing. Aku harus mempersiapkan diri dengan baik untuk presentasi saat meeting nanti siang.

****

Dalam mobil, aku dan Tiara hanya membisu. Tidak seperti biasanya, yang asik bercerita banyak hal saat kami dalam perjalanan.

Apa ini ada hubungannya dengan perkataan Luna tadi.

"Ra, maaf ya! Kalau perkataan Luna tadi menyinggungmu. Tadi, Luna hanya bercanda, jangan dimasukin hati," ujarku menyesalkan sikap Luna.

"Iya, nggak papa, Dipt. Aku cuma ngerasa Luna nggak suka aku tinggal di rumah kalian. Apa aku pulang aja, daripada nanti kalian bertengkar. Maaf ya Dipt, aku sudah merepotkan." Tiara menatapku dengan rasa bersalah.

Aku yang tadi lega, kini mendadak begitu menyayangkan sikap istriku.

"Ya ampun, Ra. Kamu itu sahabatku. Aku nggak ngerasa direpotin sama sekali. Ini nggak seberapa dari apa yang kamu lakukan untuk aku selama ini. Udah kamu jangan pulang sebelum papa sama mama kamu pulang! Soal itu biar aku yang bilang sama Luna nanti."

"Makasih ya,Dipt. Semoga Luna nggak membenci aku lagi dan bersikap seperti beberapa hari yang lalu, waktu kamu keluar bersama Riko."

Hah, apa Luna kembali macam-macam pada Tiara kalau aku sedang tidak ada. Benar-benar.

"Bersikap seperti apa? Memangnya apa yang Luna lakukan pada kamu?" tanyaku panik.

"Eum ... aduh gimana ya, Dipt? Aku nggak mau kalau kalian berantem cuma gara-gara aku."

"Udah nggak usah khawatirkan itu. Sekarang kamu bilang sama aku Luna ngapain kamu?"

"Waktu itu Luna ... Luna menyuruhku untuk cepat-cepat pergi dari rumah kalian dan menuduhku ingin merebut kamu darinya. Kamu tahu 'kan Dipt, aku gimana, aku nggak ada niatan buruk sama sekali. Aku hanya nggak betah tinggal di rumah kalau nggak ada mama sama papa, apalagi cuma sama pembantu. Aku mau tinggal sama kamu karena kamu udah seperti keluargaku. Maaf ya, Dipt! Gara-gara sikap aku yang kekanakan, istrimu jadi nggak nyaman dan membenciku hik-hik."

Tiara menjatuhkan kepalanya di pundakku yang sedang menyetir. Rasa bersalah dan kasihan membuatku tidak tega untuk menolaknya.

Aku tidak percaya Luna sekejam itu, istriku adalah orang yang tidak tegaan sama orang lain. Luna juga wanita yang lembut dan baik.

Tapi, melihat kesedihan Tiara dan sikap yang Luna tunjukan selama ini, bukan tidak mungkin istriku telah berubah.

Denganku saja dia sudah berani membangkang, apalagi dengan Tiara. Sepertinya aku harus lebih tegas kali ini, istriku bukan lagi Luna yang dulu. Dia sudah keterlaluan.

"Maafin aku, Ra. Aku belum bisa mendidik Luna dengan baik. Aku nggak nyangka dia berani seperti itu sama kamu. Udah jangan nangis lagi, biar nanti aku yang bilang sama Luna!"

"Iya, Dipt. Tapi, tolong jangan dimarahin ya!"

Tiara memang sangat baik. Dia bahkan masih membela istriku setelah apa yang dilakukan terhadapnya. Aku sangat beruntung memiliki teman sepertinya.

Rasa risih yang tadi sempat hinggap karena Tiara yang masih bersandar di pundakku kini perlahan hilang berganti rasa bersalah karena mengingat kelakuan Luna yang tidak terpuji. Memalukan.

Andai saja istriku tahu, bahwa Tiara bahkan masih membelanya setelah apa yang Luna lakukan karena alasan cemburu yang bahkan sudah membuatku muak mendengarnya.

Kenapa akhir-akhir ini Luna bersikap egois dan membuatku kecewa?

*****

Di Kantor.

Aku membuka setiap laci untuk mencari berkas yang diperlukan untuk meeting nanti siang.

Namun, setelah mencari ke sana ke mari, berkas itu tidak juga kutemukan. Sial. Kenapa hari ini banyak sekali hal yang merusak moodku.

Tadi Luna, sekarang berkas itu. Nanti apalagi?

Aku mengusap wajah dengan kasar. Rasanya ingin sekali meninju tembok, tapi sekarang bukan saatnya meluapkan amarah. Aku harus berpikir jernih untuk mengetahui di mana berkas itu?

Jika hilang, bisa mati.

Apa mungkin tertinggal di rumah? Mengingat aku sempat membawa pulang untuk menyelesaikan sisanya waktu itu.

Spertinya aku harus pulang untuk mencarinya. Waktunya juga masih lama sampai meeting berlangsung.

*****

Tanpa kusadari, mobil yang kukendarai dengan kecepatan tinggi sudah berbelok memasuki halaman rumah.

Hufft, akhirnya sampai juga.

Tunggu.

Itu mobil siapa?

Siapa yang datang ke rumahku pagi-pagi begini. Mama, itu bukan mobil mama. Apa orangtua Luna?

Saat hendak turun dari mobil, tiba-tiba seorang pria yang tidak kukenal keluar dari rumahku.

Lalu, disusul Luna di belakang. Mereka tampak berbincang di teras, bisa kulihat sesekali Luna sampai tertawa.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Istri Mulai Beku    70 Denaya Murka

    Tidak sesuai ekspektasi, Mimi—sang manager kepercayaan Denaya kembali ke rumah sakit dengan tangan kosong. Bahkan saat di jalan tadi, Mimi sempat khawatir membayangkan bagaimana bosnya akan mengamuk. Mengingat watak Denaya yang emosian dan tidak sabaran, Mimi sudah bisa membayangkan bagaimana hasilnya nanti.Watak yang kurang menyenangkan itu selama ini ditutupi oleh kecantikan, ketenaran dan kehormatan sebagai istri seorang Abinawa selama ini. Dan tentu saja mata Abinawa juga tertutup oleh cinta—sehingga buta dengan akhlak istrinya yang kurang terpuji. Namun, itu sebelum tabir terkuak. Sebelum Baby Shanum datang ke dunia ini dan segala misteri di balik kehadirannya. Sekarang mata Abinawa sudah terbuka lebar, pun hatinya yang tak lagi tersisa rasa cinta, melainkan kebencian yang tidak dapat dijelaskan dengan kata. Buktinya hampir saja Baby Shanum melayang ke sungai di malam yang lalu, andai saja gadis yang dianggapnya malaikat tidak datang menghampiri. Ruhi Ghumaisya. Menurut Ab

  • Ketika Istri Mulai Beku    69 Usapan Tanganmu

    "Bibi sedang apa?" tanya Ruhi pada Bi Yuyu—asisten rumah tangga di rumah Abinawa. "Eh, Non Ruhi, ini Bibi ingin memasak untuk makan siang," jawab wanita paruh baya itu yang tampak cekatan mengeluarkan beberapa bahan makanan yang hendak diolah dari kulkas. Ruhi yang melihat Bi Yuyu tampak sibuk perlahan mendekat untuk membantu. Perkenalan mereka sudah dimulai beberapa saat yang lalu, saat Ruhi beranjak ke dapur untuk membuat susu Baby Shanum. Yang Bi Yuyu ketahui, Ruhi adalah pengasuh Baby Shanum seperti yang dijelaskan gadis itu. Meski Bi Yuyu sempat heran dan berpikir keras, bagaimana majikannya bisa menemukan seorang pengasuh secantik Ruhi.Karena memang tampak dari wajah dan penampilannya kalau Ruhi bukanlah orang susah yang perlu berkerja sebagai pengasuh bayi untuk bertahan hidup. Namun begitu, alasan sesungguhnya hanya Abinawa dan Ruhi yang tahu. Tidak. Abinawalah yang paling tahu penyebab gadis bernama lengkap Ruhi Ghumaisya berada di rumahnya saat ini. "Bibi mau masak apa

  • Ketika Istri Mulai Beku    68 Permintaan Abinawa

    Tangan Ruhi mulai bergerak perlahan mengusap punggung laki-laki yang sedang menangis dalam dekapannya. Abinawa, ya. Laki-laki asing yang ditemuinya semalam dan sekarang akan berada di bawah atap yang sama dengannya. Pertemuan mereka bahkan belum sampai 24 jam. Namun, entah magnet apa yang menarik kedua untuk menjadi selengket itu."Dia pengkhianat. Kenapa setiap wanita yang kutemui semuanya jahat?" "Siapa bilang? Mamaku sangat setia dengan Papa. Percayalah, Pak, tidak semua wanita itu sama. Mungkin saja, mereka yang kemarin hadir dalam hidup Pak Abi hanya untuk jadi pembelajaran, atau bentuk teguran dari Tuhan atas kesalahan yang Bapak perbuat di masa lalu yang mungkin tidak Bapak sadari," jelas Ruhi dengan pelan. Berharap apa yang disampaikannya sampai ke otak laki-laki itu. Laki-laki yang sedang hancur itu. Entahlah, semalam bertemu dengan Abinawa sudah membuat Ruhi merasa sedikit lebih dewasa dari usianya. Menghadapi orang yang sedang tidak bisa berpikir jernih memang butuh ke

  • Ketika Istri Mulai Beku    67 Pelukan

    Degub jantung Ruhi semakin cepat saat jaraknya dengan Abinawa tinggal beberapa senti saja.Takut? Tentu saja. Namun, melihat raut wajah menyedihkan dan tatapan putus asa dari laki-laki berusia 30 tahun itu mendorong Ruhi untuk berbuat nekat.Ya. Nekat melakukan hal seperti yang biasa dilakukan pada Dipta, papanya. Deg. Seketika Abinawa menegang, saat Ruhi mulai memeluknya. Jarum jam seperti berhenti berdenting. Seolah dunia Abinawa terhenti beberapa saat. Itu gila. Tapi, seperti itulah pemandangannya. Akal sehat Abinawa tidak bisa berfungsi beberapa saat, pun degub jantungnya yang mulai mengencang.Seperti yang terjadi pada Ruhi, namun, gadis itu memilih bersikap tenang. Seiring dengan tangan mungilnya yang mulai bergerak menepuk-nepuk punggung tegap dalam balutan kemeja mahal itu. "Maaf." Gadis itu berucap lirih. Saat itulah kesadaran Abinawa mulai kembali sepenuhnya. Laki-laki itu sampai beberapa kali mengerjapkan matanya. "Maaf, sudah membuat Pak Abi sedih. Aku ... menyesal

  • Ketika Istri Mulai Beku    66 Putuskan Pacarmu

    "Maaf," cicit Ruhi dengan tatapan penuh rasa bersalah pada laki-laki yang masih berdiri di hadapannya. "Tidak masalah untuk kali ini. Tapi, lain kali jangan berniat meminta hal-hal di luar kemampuanku." Abinawa kini sudah duduk di samping Ruhi yang sedang menyusui Baby Shanum. Bayi itu tampak anteng dalam dekapan gadis berusia 21 tahun itu, bahkan mulai tertidur lagi. "Pak, dia mulai tertelap lagi," ujar Ruhi menoleh ke arah Abinawa."Bayi dengan usia segitu memang wajar jika terus tertidur. Selama dia masih tidur dalam keadaan normal dan tidak ada gangguan medis apapun kamu tidak perlu khawatir.""Gangguan seperti apa, Pak, misalnya?""Gangguan kesehatan, seperti penyakit kuning atau infeksi lainnya yang membuat bayi tertidur lebih lama," jelas Abinawa membuat Ruhi diam-diam mengaguminya. Jarang-jarang ada laki-laki yang tahu banyak hal tentang bayi.'Sepertinya Pak Abi memang sudah mempersiapkan dirinya sebaik mungkin untuk menjadi seorang ayah. Kasihan dia. Kenapa istrinya tega

  • Ketika Istri Mulai Beku    65 Perkara Memberi Susu

    Pagi hari.Setelah pamit pada Ruhi, Abinawa segera keluar dari apartemen untuk membeli beberapa keperluan Baby Shanum, seperti diaper, susu, baju ganti serta tissue basah. Karena tidak membawanya dari rumah saat pergi semalam.Tentu saja tidak membawanya, karena kepergian Abinawa semalam dengan membawa Baby Shanum dalam keranjang bayi adalah untuk membunuhnya. Siapa sangka jalan ceritanya telah berubah karena bertemu dengan Ruhi yang baru pulang dari membeli nasi goreng. Berniat membunuh bayi, Abinawa malah berakhir di apartemen seorang gadis. "Sepertinya sudah semua." Abinawa memeriksa isi dari beberapa kresek di tangannya. Setelah mendapatkan semua keperluan Baby Shanum, laki-laki itu segera melajukan mobilnya untuk kembali ke apartemen. Dia melajukan mobilnya sampai mengebut, karena mengetahui di sana Ruhi sudah menunggu kedatangannya sejak tadi. .Setelah menekan bel, dan pintu terbuka dari dalam. Abinawa terkejut melihat Baby Shanum yang menangis kencang dalam gendongan Ruhi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status