Share

bab 4

Author: Yunda Arsya
last update Last Updated: 2022-04-10 08:01:21

Bagi Luna, biarlah ini menjadi rahasia dia. Cukup Oliv sebagai temannya yang mengetahuinya.

Alasan Luna tidak memberi tahu suaminya karena selama ini Arka tidak pernah terbuka kepadanya. Dulu pernah dia mau bercerita tetapi Arka sama sekali tak menanggapinya setelah itu Luna tidak mau bercerita kemana perginya uang yang sudah suaminya berikan.

"Kemana, Sayang?" ucap Arka semakin mendekati istrinya. Dia meraih kedua tangan Luna.

Darah Luna berdesir, tidak biasanya Arka bersikap seperti ini. Apa yang akan Arka lakukan, Luna bagaikan terhipnotis ketika Arka mengecup keningnya dengan mesra.

"Apa-apaan sih!" ketus Luna sembari mendorong tubuh Arka.

Semenjak kejadian malam itu, Luna sama sekali tidak mau disentuh oleh suaminya.

Dulu Luna sangat menginginkan momen ini, momen dimana Arka datang kepadanya sembari memberi sebuah kecupan atau pelukan tetapi sekarang Luna merasa risih.

"Aku kangen sama kamu," ucap Arka.

Luna hanya melengos tak mau menanggapi celoteh suaminya. Bagi Luna Arka bukannya kangen melainkan dia butuh, butuh Luna untuk bisa melayaninya.

"Luna!"

"Apa lagi? Makanan sudah ada, aku masih ada keperluan," jawab Luna.

"Kamu mau kemana?" tanya Arka.

"Bukan urusanmu. Ingat apa yang kamu bilang, kita menikah karena ibumu jadi ketika ibumu tidak ada, kita itu hanya orang lain," jawab Luna sambil terus melangkah pergi.

Nyeri, itu yang dirasakan Arka saat ini. Dia tak menyangka Luna akan bersikap sejauh ini.

***

Di tengah terik matahari yang semakin menyengat, Luna melajukan kendaraannya menuju sebuah tempat.

Tempat yang saat ini membuatnya merasa sangat nyaman dan dihargai keberadaanya.

Setelah sampai pada tempat yang dituju, Luna langsung memarkirkan mobilnya dan melangkah ke dalam mencari seseorang. Tepat disebuah ruangan khusus, Luna melangkahkan kakinya, hanya ada satu anak yang kemarin malam selalu menyebut namanya.

"Ibu, aku kangen," ucap seorang anak kecil kepada Luna saat ia sudah berada di sisi anak kecil itu.

"Iya, Sayang, Ibu disini. Kamu cepat sembuh ya?" ucap Luna sembari membelai lembut kepala bocah itu.

"Ibu temani aku, ya? Aku butuh Ibu," ucapnya dengan nada lemah. Terlihat sekali wajah pucat bocah itu.

"Ibu akan disini, kamu harus cepat sembuh biar bisa bermain lagi. Tidur ya?"

"Ibu jangan pulang."

Luna mengangguk mendengar permintaan bocah itu. Terasa sesak mengingat bocah yang berada di hadapannya adalah anak yang tidak diharapkan oleh orang tuanya.

Sedikit banyak Luna mengetahui seluk beluk anak kecil di depannya. Dulu dia ditemukan tanpa sehelai benang pun disini.

"Bu, ada yang mencari." Ucapan salah satu Mbak yang memanggilnya membuat lamunan Luna buyar seketika. Setelah memastikan kondisi bocah di depannya membaik dan panas nya sudah turun, Luna beranjak pergi.

Selama berjalan menuju depan dan menemui orang yang mencarinya, Luna berpikir, lebih baik malam ini ia tidak pulang saja. Sesuai janjinya kepada anak kecil itu yang akan menemaninya dan tidak akan meninggalkannya.

"Sayang!"

Luna terkejut bukan main. Kenapa Arka ada disini dan mengetahui keberadaannya?

Melihat Luna yang diam mematung dan tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, Arka pun mendekati istrinya.

"Aku mengikutimu," ucap Arka seolah mengerti apa yang berada dalam pikiran Luna.

"Tadi ku kira kamu akan menemui lelaki kemarin.."

PLAK! Satu tamparan mendarat dengan keras di pipi Arka. Lelaki itu terlonjak kaget sembari memegangi bekas tamparan dari istrinya.

Untung saja di ruangan ini tidak ada siapapun, hanya mereka berdua.

"Kamu kira aku wanita apa? Aku bukan wanita rendahan yang setiap pergi untuk menemui lelaki. Aku bukan kamu yang pamit kerja tetapi janjian dengan perempuan lain!" Walau tidak keras, Luna menekankan kalimat itu.

"Maaf."

"Tidak ada kalimat kah selain maaf?"

Hening, Arka terdiam begitupun juga Luna.

"Pulanglah, Mas. Malam ini aku akan tidur disini," ucap Luna.

"Kenapa?" tanya Arka.

"Aku ada perlu," ketus Luna.

"Aku akan menginap disini juga," ucap Arka.

"Apa perlu mu disini?" tanya Luna tak mengerti.

"Karena istriku disini maka aku wajib menjaganya. Aku harus selalu berada di sampingnya." Jawaban Arka membuat Luna bertanya-tanya. Ada apa dengan suaminya ini, kenapa sekarang berubah?

Sedangkan Arka, semenjak perenungan tadi malam, hatinya bergejolak. Dia memang mulai mencintai Luna. Ia ingin memperbaiki hubungan dengan Luna.

"Aku disini bukan sekedar bermain, aku ada perlu. Sudahlah, kamu cuma buang-buang waktuku saja," ketus Luna sembari beranjak pergi.

Arka semakin tertantang dengan sikap Luna. Di ikuti kemana langkah istrinya.

"Kamu kenapa ngikuti aku?" tanya Luna saat menyadari keberadaan Arka di belakangnya.

"Mau memastikan kamu aman-aman saja," ucap Arka sembari tersenyum.

"Aneh."

***

"Ibu menginap disini kan?" tanya bocah kecil itu yang diketahui bernama Ilham.

"Iya, tetapi Ibu besok harus sudah kembali. Kamu cepat sembuh, ok." Ilham mengangguk. Tersirat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.

"Dia siapa, Bu?" tanya Ilham yang menyadari keberadaan Arka.

"Aku suaminya Ibu Luna," jawab Arka mendekati Ilham dan berdiri di samping Luna.

"Oh suaminya."

"Iya, nama kamu siapa?" tanya Arka.

"Ilham, Om."

"Ilham, anak manis, cepat sembuh ya? Nanti Om ajak jalan-jalan kalau sudah sembuh," ucap Arka dan berhasil membuat mata Ilham berbinar.

Selama ini dia tidak pernah pergi kemanapun, waktunya selalu habis untuk belajar dan mengaji.

"Benarkah?" tanya Ilham. Arka mengangguk.

"Terimakasih, Om. Om dan Ibu orang baik, semoga selalu mendapat keberkahan ya?"

"Aamiin."

"Ya sudah, kamu tidur, Om sama Ibu mau istirahat dulu," ucap Arka.

***

"Dekat sini dong duduknya," ucap Arka.

Sedangkan Luna masih tetap diam. Dia tidak mau terjebak ke lobang yang sama. Siapa tahu Arka saat ini hanya berpura-pura baik kepadanya.

Karena tidak ada jawaban dari sang istri, Arka kembali mendekati sembari menyenderkan kepalanya di bahu sang istri.

"Aku mau tidur. Besok pagi sudah harus balik kan?" ucap Luna.

"Iya."

"Ini kepalanya di pindah. Aku capek," ucap Luna. Jujur, saat ini ia tengah gugup karena baru kali ini Arka bersikap seperti ini. Selama menikah pasti Luna dulu yang mendekati sang suami, tapi kini semua berbalik.

"Mau aku peluk? Hawanya dingin nih," ucap Arka sambil mendekati istrinya.

Detak jantung Luna semakin tidak menentu. Ia tidak bersuara dan mencoba pura-pura tidur dengan memejamkan kedua matanya.

Arka yang melihat kelakuan istrinya tertawa geli. Ia tahu kalau Luna saat ini belum tidur.

"Sayaang..."

Luna diam saja. Masih dengan posisi semula.

"Dingin," ucap Arka sengaja.

Karena tidak ada jawaban dari istrinya, Arka pun merasa jengah. Di baringkan tubuhnya di samping sang istri lalu memiringkan tubuhnya dan menghadap istrinya, tak lupa tangannya di lingkarkan ke perut istrinya, tanda ia ingin sekali seperti malam pengantin baru dulu.

Sedangkan Luna masih dengan perasaan tak menentu. Dia merasa gugup walau hal ini bukan pertama kalinya ia dipeluk sang suami.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Marianah
alurnya membingungkan
goodnovel comment avatar
Hany Mahanik
Kok baru pertama dipeluk, mang belum ngapa2in
goodnovel comment avatar
Fahmi
Bukan pertama kalinya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 107

    Karena merasa tidak mengenal dan merasa asing terhadap laki-laki itu, ibunya Oliv pun enggan membuka pintu.Ia takut jika orang itu berniat jahat terhadap keluarganya, sebab yang dirinya tahu kalau para penjahat tersebut masih tersisa satu orang yang belum tertangkap."Buka pintunya!" Suara laki-laki tersebut terdengar sangat jelas sambil terus menggedor pintu."Cepat buka!" teriak laki-laki itu kembali.Sedangkan ibunya Oliv masih tertahan di dalam. Lantas Ia pun segera menelpon bu RT untuk membawa beberapa warga ke sini karena dirasa jika orang yang bertamu ke rumahnya saat ini bukanlah orang baik-baik.Berulang kali panggilan itu terhubung tetapi sama sekali tidak diangkat oleh bu RT.Pikiran ibunya Oliv saat ini sudah buntu. Dirinya tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi.Kepada polisi rasanya juga percuma saja, karena Dirinya belum bisa memastikan apakah orang yang berada di luar itu memang punya jahat atau tidak.Setidaknya kalau dirinya memanggil RT, RT bisa menyele

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 106

    Setelah beberapa hari dari peristiwa itu, kehidupan Arka dan juga Luna mulai membaik.Mereka tidak lagi ketakutan untuk menyongsong hari. Ada banyak rencana-rencana indah yang telah mereka buat setelah hari ini. Tentunya mereka memastikan dulu kalau perusahaan dalam keadaan bagus dari segi keuangan dan yang lain.Beruntung sekali perusahaan Arka tidak jadi bangkrut, dan itu semua berkat bantuan dari istrinya."Ibu katanya mau menginap di sini malam ini, Mas," ucap Luna saat melayani suaminya makan.Arka terlihat sangat lahap sekali setelah beberapa waktu dirinya tidak bisa bernafas lega setelah rentetan peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan."Sama Dio juga?""Ya. Katanya ada sesuatu yang ingin dia bicarakan sama kita. Mungkin tentang masalah pernikahan Dio," jawab Luna yang hanya menduga-duga saja.Sebab selama ini ibunya jarang sekali menginap Kalau tidak ada sesuatu yang penting, ataupun saat dirinya sedang sakit.Itu saja bisa dihitung dengan jari. Bahkan saat Arka masuk rumah

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 105

    "Singkirkan tubuh kotormu dari kakiku! Rasanya aku sudah tidak sudi lagi dekat-dekat dengan kalian," ucap Arka dengan sangat Ketus."Aku mohon, Jangan sakiti keluargaku karena mereka tidak tahu perbuatanku. Jangan apa-apa kan mereka, cukup aku saja yang kamu hukum. Jangan kedua orang tuaku," ucap Eva yang masih belum mau beranjak dan tetap memegang kaki Arka."Sembahlah Tuhanmu! Kau tidak perlu bersujud seperti ini kepadamu.""Ka! Kita adalah sahabat. Tolong jangan tega sama aku," ucap Eva dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Arka."Sahabat? Lalu kamu mengatakan Aku tega sama kamu. Sekarang aku tanya sama kamu, di sini yang tega itu kamu atau aku. Kamu sendiri yang merusak kepercayaanku sebagai seorang sahabat. Kamu yang pura-pura baik di depanku tetapi menusukku dari belakang. Jangan mengira aku tidak tahu kebusukanmu selama ini. Dan apa yang telah kamu lakukan kepada keluarga kecilku! Jadi tidak usah merasa sok tersakiti Sedangkan kamu sendiri adalah penjahat sesungguhnya!" b

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 104

    Andi dan juga Eva saling bertatap muka sebentar. Rasanya mereka berdua ingin segera kabur dari sini, tetapi hal itu tidak mungkin mereka lakukan.Saat ini mereka berdua sudah dikepung. Tidak ada celah bagi mereka untuk pergi dari sini Apalagi pistol tersebut sudah mengarah ke arah mereka, yang artinya jika sampai mereka berani kabur maka yang ada para polisi itu akan menembaknya."Tangkap mereka berdua!" perintah salah satu polisi yang kemungkinan besar adalah atasannya.Baik Andi dan juga Eva sama-sama tidak bisa melawan dan hanya pasrah saat polisi itu memborgol tangannya.Kejadian ini pun juga tak luput dari perhatian warga yang memang kebetulan mereka masih berada di rumah dan belum berangkat ke sawah.Mereka menjadi tontonan orang-orang yang berada di sana. Malu? Sudah tentu.Lalu sesaat kemudian mereka pun dibawa oleh polisi.Sementara di tempat lain Arka mendapatkan kabar jika dua orang sahabatnya itu sudah berhasil ditangkap.Tetapi saat ini Dirinya belum merasa puas Kalau bel

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 103

    "Suara apa itu?" tanya Andi, suami Eva."Mas! Apa jangan-jangan polisi sudah menemukan keberadaan kita?" tanya Eva yang begitu sangat panik karena merasa hidupnya sudah terancam."Kita lewat pintu belakang," ucap Andi yang langsung disetujui oleh Eva.Setelah berhasil keluar dari rumah, lantas Ia pun menoleh ke sana kemari untuk memastikan kalau keadaan aman."Tidak ada polisi. Lalu tadi itu suara apa?" tanya Eva.Dirinya tidak menemukan siapa pun di sana dan keadaan pun juga masih sunyi. "Mungkin tikus atau kucing." Andi menjawab sekenanya saja."Mana kunci mobilnya?" tanya Andi.Eva pun langsung memberikan kunci mobil tersebut kepada suaminya. Lalu setelahnya Mereka pun segera pergi meninggalkan tempat ini.Tetapi tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat kepergiannya dan membuntutinya dari belakang sambil menelpon seseorang.Entah apa tujuan orang tersebut, tetapi yang pasti Andi merasa jika saat ini dirinya memang ada yang mengikuti.Ia pun mengemudikan mobil dengan kecepata

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 102

    Arka yang baru saja masuk ke ruangan itu pun juga tak kalah kagetnya saat mendengar ungkapan dari Oliv.Laki-laki itu tertahan di sana sambil menatap tajam ke arah Oliv. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. Ia begitu sangat marah terhadap Oliv.Sungguh tidak menyangka jika wanita yang selama ini selalu ditolong oleh istrinya dan katanya dekat berani meminta sesuatu yang tidak pantas diminta."Bicara apa kamu, Liv?" tanya Luna."Tidak ada laki-laki yang nantinya mau sama aku! Wanita kotor dan telah dijamah oleh beberapa laki-laki. Siapa lagi yang mau sama aku? Gak ada, Lun! Nggak ada laki-laki yang mau sama aku!" ucap Oliv."Tetapi tidak harus meminta suamiku kan? Kamu pasti dapat laki-laki yang baik, tetapi bukan mas Arka," ucap Luna dan Oliv menjawab dengan gelengan kepala."Sudah cukup drama ini! Sayang, ayo kita pulang dan kamu biarkan saja temanmu yang tidak tahu diri ini," ketus Arka lalu menarik paksa istrinya."Nak Arka, tolong maafin Oliv ya," ucap wanita paruh baya itu,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status