Share

bab 6

Bagi Luna, biarlah ini menjadi rahasia dia. Cukup Oliv sebagai temannya yang mengetahuinya.

Alasan Luna tidak memberi tahu suaminya karena selama ini Arka tidak pernah terbuka kepadanya. Dulu pernah dia mau bercerita tetapi Arka sama sekali tak menanggapinya setelah itu Luna tidak mau bercerita kemana perginya uang yang sudah suaminya berikan.

"Kemana, Sayang?" ucap Arka semakin mendekati istrinya. Dia meraih kedua tangan Luna.

Darah Luna berdesir, tidak biasanya Arka bersikap seperti ini. Apa yang akan Arka lakukan, Luna bagaikan terhipnotis ketika Arka mengecup keningnya dengan mesra.

"Apa-apaan sih!" ketus Luna sembari mendorong tubuh Arka.

Semenjak kejadian malam itu, Luna sama sekali tidak mau disentuh oleh suaminya.

Dulu Luna sangat menginginkan momen ini, momen dimana Arka datang kepadanya sembari memberi sebuah kecupan atau pelukan tetapi sekarang Luna merasa risih.

"Aku kangen sama kamu," ucap Arka.

Luna hanya melengos tak mau menanggapi celoteh suaminya. Bagi Luna Arka bukannya kangen melainkan dia butuh, butuh Luna untuk bisa melayaninya.

"Luna!"

"Apa lagi? Makanan sudah ada, aku masih ada keperluan," jawab Luna.

"Kamu mau kemana?" tanya Arka.

"Bukan urusanmu. Ingat apa yang kamu bilang, kita menikah karena ibumu jadi ketika ibumu tidak ada, kita itu hanya orang lain," jawab Luna sambil terus melangkah pergi.

Nyeri, itu yang dirasakan Arka saat ini. Dia tak menyangka Luna akan bersikap sejauh ini.

💔💔💔

Di tengah terik matahari yang semakin menyengat, Luna melajukan kendaraannya menuju sebuah tempat.

Tempat yang saat ini membuatnya merasa sangat nyaman dan dihargai keberadaanya.

Setelah sampai pada tempat yang dituju, Luna langsung memarkirkan mobilnya dan melangkah ke dalam mencari seseorang. Tepat disebuah ruangan khusus, Luna melangkahkan kakinya, hanya ada satu anak yang kemarin malam selalu menyebut namanya.

"Ibu, aku kangen," ucap seorang anak kecil kepada Luna saat ia sudah berada di sisi anak kecil itu.

"Iya, Sayang, Ibu disini. Kamu cepat sembuh ya?" ucap Luna sembari membelai lembut kepala bocah itu.

"Ibu temani aku, ya? Aku butuh Ibu," ucapnya dengan nada lemah. Terlihat sekali wajah pucat bocah itu.

"Ibu akan disini, kamu harus cepat sembuh biar bisa bermain lagi. Tidur ya?"

"Ibu jangan pulang."

Luna mengangguk mendengar permintaan bocah itu. Terasa sesak mengingat bocah yang berada di hadapannya adalah anak yang tidak diharapkan oleh orang tuanya.

Sedikit banyak Luna mengetahui seluk beluk anak kecil di depannya. Dulu dia ditemukan tanpa sehelai benang pun disini.

"Bu, ada yang mencari." Ucapan salah satu Mbak yang memanggilnya membuat lamunan Luna buyar seketika. Setelah memastikan kondisi bocah di depannya membaik dan panas nya sudah turun, Luna beranjak pergi.

Selama berjalan menuju depan dan menemui orang yang mencarinya, Luna berpikir, lebih baik malam ini ia tidak pulang saja. Sesuai janjinya kepada anak kecil itu yang akan menemaninya dan tidak akan meninggalkannya.

"Sayang!"

Luna terkejut bukan main. Kenapa Arka ada disini dan mengetahui keberadaannya?

Melihat Luna yang diam mematung dan tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, Arka pun mendekati istrinya.

"Aku mengikutimu," ucap Arka seolah mengerti apa yang berada dalam pikiran Luna.

"Tadi ku kira kamu akan menemui lelaki kemarin.."

PLAK! Satu tamparan mendarat dengan keras di pipi Arka. Lelaki itu terlonjak kaget sembari memegangi bekas tamparan dari istrinya.

Untung saja di ruangan ini tidak ada siapapun, hanya mereka berdua.

"Kamu kira aku wanita apa? Aku bukan wanita rendahan yang setiap pergi untuk menemui lelaki. Aku bukan kamu yang pamit kerja tetapi janjian dengan perempuan lain!" Walau tidak keras, Luna menekankan kalimat itu.

"Maaf."

"Tidak ada kalimat kah selain maaf?"

Hening, Arka terdiam begitupun juga Luna.

"Pulanglah, Mas. Malam ini aku akan tidur disini," ucap Luna.

"Kenapa?" tanya Arka.

"Aku ada perlu," ketus Luna.

"Aku akan menginap disini juga," ucap Arka.

"Apa perlu mu disini?" tanya Luna tak mengerti.

"Karena istriku disini maka aku wajib menjaganya. Aku harus selalu berada di sampingnya." Jawaban Arka membuat Luna bertanya-tanya. Ada apa dengan suaminya ini, kenapa sekarang berubah?

Sedangkan Arka, semenjak perenungan tadi malam, hatinya bergejolak. Dia memang mulai mencintai Luna. Ia ingin memperbaiki hubungan dengan Luna.

"Aku disini bukan sekedar bermain, aku ada perlu. Sudahlah, kamu cuma buang-buang waktuku saja," ketus Luna sembari beranjak pergi.

Arka semakin tertantang dengan sikap Luna. Di ikuti kemana langkah istrinya.

"Kamu kenapa ngikuti aku?" tanya Luna saat menyadari keberadaan Arka di belakangnya.

"Mau memastikan kamu aman-aman saja," ucap Arka sembari tersenyum.

"Aneh."

💔💔💔

"Ibu menginap disini kan?" tanya bocah kecil itu yang diketahui bernama Ilham.

"Iya, tetapi Ibu besok harus sudah kembali. Kamu cepat sembuh, ok." Ilham mengangguk. Tersirat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.

"Dia siapa, Bu?" tanya Ilham yang menyadari keberadaan Arka.

"Aku suaminya Ibu Luna," jawab Arka mendekati Ilham dan berdiri di samping Luna.

"Oh suaminya."

"Iya, nama kamu siapa?" tanya Arka.

"Ilham, Om."

"Ilham, anak manis, cepat sembuh ya? Nanti Om ajak jalan-jalan kalau sudah sembuh," ucap Arka dan berhasil membuat mata Ilham berbinar.

Selama ini dia tidak pernah pergi kemanapun, waktunya selalu habis untuk belajar dan mengaji.

"Benarkah?" tanya Ilham. Arka mengangguk.

"Terimakasih, Om. Om dan Ibu orang baik, semoga selalu mendapat keberkahan ya?"

"Aamiin."

"Ya sudah, kamu tidur, Om sama Ibu mau istirahat dulu," ucap Arka.

💔💔💔

"Dekat sini dong duduknya," ucap Arka.

Sedangkan Luna masih tetap diam. Dia tidak mau terjebak ke lobang yang sama. Siapa tahu Arka saat ini hanya berpura-pura baik kepadanya.

Karena tidak ada jawaban dari sang istri, Arka kembali mendekati sembari menyenderkan kepalanya di bahu sang istri.

"Aku mau tidur. Besok pagi sudah harus balik kan?" ucap Luna.

"Iya."

"Ini kepalanya di pindah. Aku capek," ucap Luna. Jujur, saat ini ia tengah gugup karena baru kali ini Arka bersikap seperti ini. Selama menikah pasti Luna dulu yang mendekati sang suami, tapi kini semua berbalik.

"Mau aku peluk? Hawanya dingin nih," ucap Arka sambil mendekati istrinya.

Detak jantung Luna semakin tidak menentu. Ia tidak bersuara dan mencoba pura-pura tidur dengan memejamkan kedua matanya.

Arka yang melihat kelakuan istrinya tertawa geli. Ia tahu kalau Luna saat ini belum tidur.

"Sayaang..."

Luna diam saja. Masih dengan posisi semula.

"Dingin," ucap Arka sengaja.

Karena tidak ada jawaban dari istrinya, Arka pun merasa jengah. Di baringkan tubuhnya di samping sang istri lalu memiringkan tubuhnya dan menghadap istrinya, tak lupa tangannya di lingkarkan ke perut istrinya, tanda ia ingin sekali seperti malam pengantin baru dulu.

Sedangkan Luna masih dengan perasaan tak menentu. Dia merasa gugup walau hal ini bukan pertama kalinya ia dipeluk sang suami.

Komen (12)
goodnovel comment avatar
adit solehudin Gunbat
uhk buang"koin itu...di ulang"
goodnovel comment avatar
Rinche Tham
berantakaaaan
goodnovel comment avatar
Endrawati Cikmud
knp alur kok kacau y, ulang mengulang, bingung bc ny, pd hal cerita ny bagus ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status