Bagi Luna, biarlah ini menjadi rahasia dia. Cukup Oliv sebagai temannya yang mengetahuinya.
Alasan Luna tidak memberi tahu suaminya karena selama ini Arka tidak pernah terbuka kepadanya. Dulu pernah dia mau bercerita tetapi Arka sama sekali tak menanggapinya setelah itu Luna tidak mau bercerita kemana perginya uang yang sudah suaminya berikan."Kemana, Sayang?" ucap Arka semakin mendekati istrinya. Dia meraih kedua tangan Luna.Darah Luna berdesir, tidak biasanya Arka bersikap seperti ini. Apa yang akan Arka lakukan, Luna bagaikan terhipnotis ketika Arka mengecup keningnya dengan mesra."Apa-apaan sih!" ketus Luna sembari mendorong tubuh Arka.Semenjak kejadian malam itu, Luna sama sekali tidak mau disentuh oleh suaminya.Dulu Luna sangat menginginkan momen ini, momen dimana Arka datang kepadanya sembari memberi sebuah kecupan atau pelukan tetapi sekarang Luna merasa risih."Aku kangen sama kamu," ucap Arka.Luna hanya melengos tak mau menanggapi celoteh suaminya. Bagi Luna Arka bukannya kangen melainkan dia butuh, butuh Luna untuk bisa melayaninya."Luna!""Apa lagi? Makanan sudah ada, aku masih ada keperluan," jawab Luna."Kamu mau kemana?" tanya Arka."Bukan urusanmu. Ingat apa yang kamu bilang, kita menikah karena ibumu jadi ketika ibumu tidak ada, kita itu hanya orang lain," jawab Luna sambil terus melangkah pergi.Nyeri, itu yang dirasakan Arka saat ini. Dia tak menyangka Luna akan bersikap sejauh ini.💔💔💔Di tengah terik matahari yang semakin menyengat, Luna melajukan kendaraannya menuju sebuah tempat.Tempat yang saat ini membuatnya merasa sangat nyaman dan dihargai keberadaanya.Setelah sampai pada tempat yang dituju, Luna langsung memarkirkan mobilnya dan melangkah ke dalam mencari seseorang. Tepat disebuah ruangan khusus, Luna melangkahkan kakinya, hanya ada satu anak yang kemarin malam selalu menyebut namanya."Ibu, aku kangen," ucap seorang anak kecil kepada Luna saat ia sudah berada di sisi anak kecil itu."Iya, Sayang, Ibu disini. Kamu cepat sembuh ya?" ucap Luna sembari membelai lembut kepala bocah itu."Ibu temani aku, ya? Aku butuh Ibu," ucapnya dengan nada lemah. Terlihat sekali wajah pucat bocah itu."Ibu akan disini, kamu harus cepat sembuh biar bisa bermain lagi. Tidur ya?""Ibu jangan pulang."Luna mengangguk mendengar permintaan bocah itu. Terasa sesak mengingat bocah yang berada di hadapannya adalah anak yang tidak diharapkan oleh orang tuanya.Sedikit banyak Luna mengetahui seluk beluk anak kecil di depannya. Dulu dia ditemukan tanpa sehelai benang pun disini."Bu, ada yang mencari." Ucapan salah satu Mbak yang memanggilnya membuat lamunan Luna buyar seketika. Setelah memastikan kondisi bocah di depannya membaik dan panas nya sudah turun, Luna beranjak pergi.Selama berjalan menuju depan dan menemui orang yang mencarinya, Luna berpikir, lebih baik malam ini ia tidak pulang saja. Sesuai janjinya kepada anak kecil itu yang akan menemaninya dan tidak akan meninggalkannya."Sayang!"Luna terkejut bukan main. Kenapa Arka ada disini dan mengetahui keberadaannya?Melihat Luna yang diam mematung dan tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, Arka pun mendekati istrinya."Aku mengikutimu," ucap Arka seolah mengerti apa yang berada dalam pikiran Luna."Tadi ku kira kamu akan menemui lelaki kemarin.."PLAK! Satu tamparan mendarat dengan keras di pipi Arka. Lelaki itu terlonjak kaget sembari memegangi bekas tamparan dari istrinya.Untung saja di ruangan ini tidak ada siapapun, hanya mereka berdua."Kamu kira aku wanita apa? Aku bukan wanita rendahan yang setiap pergi untuk menemui lelaki. Aku bukan kamu yang pamit kerja tetapi janjian dengan perempuan lain!" Walau tidak keras, Luna menekankan kalimat itu."Maaf.""Tidak ada kalimat kah selain maaf?"Hening, Arka terdiam begitupun juga Luna."Pulanglah, Mas. Malam ini aku akan tidur disini," ucap Luna."Kenapa?" tanya Arka."Aku ada perlu," ketus Luna."Aku akan menginap disini juga," ucap Arka."Apa perlu mu disini?" tanya Luna tak mengerti."Karena istriku disini maka aku wajib menjaganya. Aku harus selalu berada di sampingnya." Jawaban Arka membuat Luna bertanya-tanya. Ada apa dengan suaminya ini, kenapa sekarang berubah?Sedangkan Arka, semenjak perenungan tadi malam, hatinya bergejolak. Dia memang mulai mencintai Luna. Ia ingin memperbaiki hubungan dengan Luna."Aku disini bukan sekedar bermain, aku ada perlu. Sudahlah, kamu cuma buang-buang waktuku saja," ketus Luna sembari beranjak pergi.Arka semakin tertantang dengan sikap Luna. Di ikuti kemana langkah istrinya."Kamu kenapa ngikuti aku?" tanya Luna saat menyadari keberadaan Arka di belakangnya."Mau memastikan kamu aman-aman saja," ucap Arka sembari tersenyum."Aneh."💔💔💔"Ibu menginap disini kan?" tanya bocah kecil itu yang diketahui bernama Ilham."Iya, tetapi Ibu besok harus sudah kembali. Kamu cepat sembuh, ok." Ilham mengangguk. Tersirat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya."Dia siapa, Bu?" tanya Ilham yang menyadari keberadaan Arka."Aku suaminya Ibu Luna," jawab Arka mendekati Ilham dan berdiri di samping Luna."Oh suaminya.""Iya, nama kamu siapa?" tanya Arka."Ilham, Om.""Ilham, anak manis, cepat sembuh ya? Nanti Om ajak jalan-jalan kalau sudah sembuh," ucap Arka dan berhasil membuat mata Ilham berbinar.Selama ini dia tidak pernah pergi kemanapun, waktunya selalu habis untuk belajar dan mengaji."Benarkah?" tanya Ilham. Arka mengangguk."Terimakasih, Om. Om dan Ibu orang baik, semoga selalu mendapat keberkahan ya?""Aamiin.""Ya sudah, kamu tidur, Om sama Ibu mau istirahat dulu," ucap Arka.💔💔💔"Dekat sini dong duduknya," ucap Arka.Sedangkan Luna masih tetap diam. Dia tidak mau terjebak ke lobang yang sama. Siapa tahu Arka saat ini hanya berpura-pura baik kepadanya.Karena tidak ada jawaban dari sang istri, Arka kembali mendekati sembari menyenderkan kepalanya di bahu sang istri."Aku mau tidur. Besok pagi sudah harus balik kan?" ucap Luna."Iya.""Ini kepalanya di pindah. Aku capek," ucap Luna. Jujur, saat ini ia tengah gugup karena baru kali ini Arka bersikap seperti ini. Selama menikah pasti Luna dulu yang mendekati sang suami, tapi kini semua berbalik."Mau aku peluk? Hawanya dingin nih," ucap Arka sambil mendekati istrinya.Detak jantung Luna semakin tidak menentu. Ia tidak bersuara dan mencoba pura-pura tidur dengan memejamkan kedua matanya.Arka yang melihat kelakuan istrinya tertawa geli. Ia tahu kalau Luna saat ini belum tidur."Sayaang..."Luna diam saja. Masih dengan posisi semula."Dingin," ucap Arka sengaja.Karena tidak ada jawaban dari istrinya, Arka pun merasa jengah. Di baringkan tubuhnya di samping sang istri lalu memiringkan tubuhnya dan menghadap istrinya, tak lupa tangannya di lingkarkan ke perut istrinya, tanda ia ingin sekali seperti malam pengantin baru dulu.Sedangkan Luna masih dengan perasaan tak menentu. Dia merasa gugup walau hal ini bukan pertama kalinya ia dipeluk sang suami.Kejadian itu tak berlangsung lama karena mendadak ponsel Arka berdering."Apa? Sekarang kamu dimana?" tanya Arka yang mendadak panik."Baiklah, kamu tunggu aku sampai datang, aku segera kesana," ucap Arka kemudian.Setelah itu ia bergegas dan bersiap pergi. Tak peduli ini sudah malam sepertinya telepon itu sangat penting."Mau pulang?" tanya Luna yang tidak Arka sadari sudah duduk di atas ranjang."Iya, Putri lagi terkena masalah. Aku harus segera menolongnya," ucap Arka dan langsung berlalu begitu saja.Sebenarnya Luna ingin sekali bertanya lebih jauh tetapi belum sempat mulutnya berucap Arka keburu hilang dari pandangan.Ingin sekali kuat tetapi terlalu sakit. Luna kira Arka sudah berubah dan bisa membuka hatinya tetapi kenyataan ini sungguh pahit. Arka tetap tidak bisa pergi dari masa lalu.Berpisah adalah jalan satu-satunya karena puncak dari mencintai adalah keikhlasan. Ia harus ikhlas Arka bersama orang terkasih.💔💔💔"Putri!" panggil Arka. Saat ini ia tengah berada di lokasi
Luna yang ditanya hanya bisa diam, ia bingung harus menjawab apa. Jangan sampai satu kesalahan kecil yang terlontar dari mulutnya membuat penyakit Ibu mertuanya kambuh lagi."Nak, kok diam?" tanya Ibu mertuanya lagi."Ah, itu.. Luna...""Ibu, sejak kapan Ibu di sini?" tanya Arka yang menyadari kehadiran ibunya. Dia melangkahkan kakinya mendekat pada dua orang perempuan di hadapannya."Baru saja. Ini Luna kenapa bawa koper segala?" tanya ibunya pada Arka."Kita mau liburan tetapi karena Ibu di sini, kita tunda saja ya, Sayang," ucap Arka sembari merangkul pundak istrinya.Luna sebenarnya rada risih tetapi ia tidak bisa berbuat banyak, ia tidak mau Ibu mertua mengetahui kemelut dalam rumahnya, belum saat beliau mengetahui."Jadi Ibu ganggu liburan kalian?" tanyanya lagi."Tidak. Liburan bisa kita tunda kapan saja. Ayo, Ibu masuk dulu. Sayang, kopernya bawa ke dalam ya?" ucap Arka bersikap semanis mungkin di hadapan ibunya.Ntah itu memang sikap manis yang keluar dari hati atau karena te
"Masakan istrimu tidak pernah mengecewakan ya, Arka," ucap ibunya membuka percakapan saat mereka tengah menikmati sarapan pagi.Luna yang mendengar pujian dari mertuanya tersipu malu. Sudah hal yang tidak asing bagi Luna saat Ibu mertua selalu memuji dirinya."Itu kelebihan Luna, Bu," jawab Arka sembari mengunyah makanan lalu sekilas menatap wajah istrinya."Hari ini kamu kerja?""Enggak. Kami akan buatkan cucu untuk Ibu."Luna tersedak saat mendengar ucapan Arka. Tak hanya Luna, ibunya juga terlonjak kaget. Tidak biasanya Arka berbicara seperti ini, biasanya ia enggan mengatakan hal-hal yang berbau vulgar."Sayang, minum dulu," ucap Arka sembari menyodorkan gelas pada Luna."Makan itu hati-hati," omel Arka dan Luna hanya diam saja. Jujur, hatinya masih belum bisa mencerna ucapan Arka."Ibu tahu, kalian lagi cinta-cinta nya. Ibu seperti obat nyamuk saja," ucap ibunya Arka memasang muka sedih."Ibu ngomong apa sih? Udah, nggak usah bahas itu, cepat habiskan sarapannya," tukas Luna.Sel
"Kamu di sini, emang siapa yang sakit?" tanya Abi."Bibiku.""Bibi siapa? Memangnya kamu punya bibi?" tanya Abi tak mengerti, sebab selama ia mengenal Luna, yang ia tahu Luna tak memiliki Bibi. Ibu maupun ayahnya adalah anak bungsu semua, jadi otomatis Luna hanya memiliki budhe."Bibi dari suamiku.""Kamu sudah menikah?" tanya Abi memastikan. Luna pun mengangguk membenarkan ucapan Abi."Kalah cepat aku." Ucapan Abi sontak membuat Luna menatapnya, tak terkecuali Arka yang diam-diam ikut mendengarkan obrolan istrinya."Kok kalah cepat?" tanya Luna polos."Kalau masih single sudah ku ajak nikah," ucapnya sambil tertawa. Tawa untuk menyembunyikan kekecewaannya."Ngawur. Kamu kan sudah ada Lea," jawab Luna."Udah lama putus.""Kenapa?""Karena kamu.""Gombal," ucap Luna sambil tersenyum. Ia tahu saat ini Abi tengah menggodanya."Aku masih ada tugas, nanti kita ngobrol lagi. No HP kamu masih sama kan?" tanya Abi."Sudah ganti," jawab Luna."Kok ganti?""Kepo banget sih!" Mereka berdua lanta
Pagi hari Luna masih terasa lemas, ia tidak beranjak dari tempat tidur selepas sholat subuh tadi. Kepalanya masih pusing dan terasa berat.Beberapa pesan WA belum ada yang ia balas, bahkan pesan WA dari Oliv pun tak juga ia baca. Menatap layar ponsel membuatnya bertambah pusing."Kita ke rumah sakit, ya?" tawar Arka yang melihat wajah istrinya bagaikan mayat hidup karena terlampau pucat.Sambil menggeleng Luna berucap," Nggak usah.""Kalau kamu beneran sakit sudah seharusnya cepat diobati, kalau kamu hamil kamu harus mendapatkan asupan gizi dan juga minum vitamin.""Sudah ku bilang, aku tidak hamil. Aku hanya kecapean saja," jawab Luna."Terserahlah, tapi kamu harus dibawa ke Dokter."Luna tak bisa banyak protes, dituruti apa yang suaminya katakan."Aku khawatir sama kamu. Aku kan sudah berjanji akan menjagamu dan membahagiakan mu," ucap Arka sambil membawa tangan Luna ke dalam genggamannya."Ya sudah, aku bersiap dulu," ucap Luna dan beranjak mempersiapkan diri.Arka melihat istriny
Tak butuh waktu lama bagi Arka untuk bisa sampai ke tempat yang dituju. Sebuah rumah sakit besar yang di dalamnya terdapat orang-orang yang dicintainya. Bibi dan juga istrinya.Tadi ia sempat mendapat telepon kalau Luna terlibat kecelakaan beruntun. Mobil yang ditumpanginya ringsek. Beruntung Luna tidak mengalami luka yang serius.Dengan langkah cepat ia menuju ke ruangan dimana istrinya berada."Arka!" seru seseorang, Arka menoleh."Mau jenguk Ibu?" tanya orang itu yang tak lain adalah Dara, sepupunya."Enggak. Luna kecelakaan," ucap Arka. Raut wajahnya masih terlihat kepanikan karena ia belum bertemu istrinya."Lalu bagaimana keadaan Luna?" tanya Dara lagi. Arka menggeleng keras, "aku masih mau melihatnya."Setelah itu ia berlalu dari hadapan Dara. Di pikirannya saat ini adalah bagaimana Luna sekarang. Sedangkan Dara, ia mensejajarkan langkahnya bersama Arka. Wajahnya juga menunjukan raut kekhawatiran.Saat tiba di ruangan Luna berada, ia mendapati Dokter muda yang beberapa waktu
Karena keadaan Luna sudah membaik, sore ini ia diperbolehkan untuk pulang.Sedangkan Arka semenjak kepergiannya tadi sampai sekarang belum juga menunjukkan batang hidungnya.Luna hanya bisa menghela nafas panjang. Ia bingung, kalau memang Arka menginginkan ia pulang ke rumahnya, sudah pasti saat ini dia membantu Luna untuk mempersiapkan kepulangannya. Luna berniat pulang ke rumah ibunya menggunakan taksi. Tidak mungkin juga ia pergi ke rumah suaminya, kalau Arka menginginkan ia balik sudah tentu saat ini ia berada di sini dan membantu Luna.Dengan langkah tertatih Luna keluar, ia membawa barang-barang nya sendiri. Tidak seberapa tetapi cukup membuatnya kewalahan karena kondisinya yang belum pulih sempurna."Kenapa tidak mengabariku kalau kamu sudah boleh pulang?" ucap Arka yang tiba-tiba saja datang ketika melihat Luna keluar dari ruangannya."Tidak kepikiran," ucap Luna beralasan.Tanpa pikir panjang, Arka langsung membopong tubuh Luna menuju ke parkiran. Sempat memberontak tetapi A
"Ibu!" pekik Luna saat melihat mertuanya memegangi dada. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri sang mertua.Tak terkecuali Arka, dia cepat-cepat mendatangi ibunya."Bawa ke rumah sakit!" ucap Luna panik.Dengan sigap, Arka membopong tubuh ibunya yang sudah ambruk menuju ke dalam mobil. Semua yang berada di dalam rumah menjadi panik melihat kondisi ibunya Arka."Semua gara-gara kamu!" bentak Dara pada adiknya, Alfi.Alfi hanya diam menunduk, saat ini ia begitu ketakutan."Apa kamu tidak bisa menjaga ucapan? Kamu itu sudah besar, seharusnya kamu tahu mana yang boleh diucapkan dan mana yang tidak boleh!" ucap Dara geram. Sedangkan ibunya hanya diam, ia masih nampak shock."Kalau sampai ada apa-apa dengan Budhe dan juga pernikahan Arka, maka kamu adalah orang pertama yang akan disalahkan oleh keluarga ini!" tegas Dara lalu membawa ibunya ke kamar.Alfi hanya diam mematung, ia merasa salah. Merutuki diri juga tiada guna, semuanya sudah terjadi. Hanya karena rasa empatinya pada P