Share

bab 3

Penulis: Yunda Arsya
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-10 08:01:02

"Kenapa jadi seperti ini?" ucap Arka pada dirinya sendiri di depan cermin.

Ia merasa sangat geram dengan apa yang sudah dilakukan istrinya. Dia tidak terima dengan ucapan Luna.

Hatinya sedang tidak baik-baik sekarang. Melihat arloji di tangannya membuat Arka bergegas ke luar untuk sarapan lalu berangkat kerja.

Tak ada apapun di meja makan. Lagi dan lagi, hal itu membuat Arka murka.

"Luna!" teriak Arka.

Tidak ada sahutan dari sang istri. Arka mencarinya sampai ke depan. Tidak ada siapa-siapa. Sepertinya Luna sudah pergi, batin Arka.

Setelah itu ia beranjak ke dapur, di sana ada Bik Nah, asistennya.

"Kopi, Pak?" tawar Bik Nah.

"Tahu kemana pergi nya Ibu?" tanya Arka.

"Tidak, Pak. Ibu tidak bilang apa-apa."

"Ibu tidak masak?"

Asistennya itu menggeleng keras. Setelah itu Arka pergi ke kamar dengan wajah penuh kesal. Pagi ini semua kacau gegara Luna. Tidak ada sarapan, sikap cuek yang Luna tunjukkan, semua itu membuat Arka benar-benar diluputi rasa marah.

Ia hendak menelpon istrinya tetapi ia urungkan. Gengsi? Jelas.

***

Di dalam mobil Luna menelfon seseorang dan mengajak untuk bertemu perihal pekerjaan. Iya, Luna memantapkan diri untuk menjadi wanita karir kembali seperti awal dulu sebelum dia menikah dengan Arka.

Dengan bekerja hatinya akan jauh lebih baik karena pikirannya bisa teralihkan.

Sebenarnya dia ingin pergi ke rumah Ibu, tetapi niat itu dia urungkan. Pergi ke rumah orang tua yang ada akan menimbulkan prasangka karena tidak bersama suami.

Sedangkan Luna sendiri setiap kali pergi ke rumah ibunya sendiri atau mertua, dia selalu bersama Arka.

Bulir bening itu jatuh begitu saja di pelupuk mata nya. Sekuat hati dia tahan agar tidak menangis tetapi sangat sulit.

Rasa sakit itu begitu menjalar di hatinya.

"Ok Luna, ini harus jadi tangisan untuk yang terkahir kali. Lo, harus jadi wanita kuat, lelaki bukan cuma Arka saja," ucap Luna pada dirinya sendiri.

Alunan musik melow itu menemani pagi Luna yang diselimuti mendung.

Setelah itu dia menepikan mobilnya di sebuah tempat, tak lama kemudian ia turun.

Taman kota adalah tempat tujuannya. Selama menunggu waktu untuk bertemu seseorang, Luna ingin menghabiskan waktu di taman ini.

Ia mengabaikan rasa perih di perut karena tadi belum sempat sarapan. Magh akut yang dideranya tidak memperbolehkan Luna telat makan.

Tetapi yang namanya hati sedang tidak baik-baik saja, hati yang penuh luka, jangankan untuk makan, untuk tidur saja mata sulit dipejamkan.

Luna tidak ada nafsu makan sedikitpun. Baginya, rasa perih di perut tidak sebanding rasa sakit di hati.

Arka memang memberikan harta, memberikan nafkah lahir yang sangat mencukupi, tetapi semua itu tidak cukup bagi Luna.

Ia butuh dicintai, ia butuh disayangi. Tetapi ia sadar, hati tidak bisa dipaksakan. Ia tidak bisa memaksa Arka untuk mencintainya. Hati Arka bukan untuknya.

***

HP Arka bergetar menandakan ada panggilan masuk.

"Hallo..."

"Iya, dimana?" tanya Arka saat orang yang menelponnya mengajak bertemu.

**

Tak lama kemudian Arka sudah sampai ke tempat yang dituju. Dia mengedarkan pandangan mencari seseorang.

Karena yang dicari tidak ketemu, akhirnya dia merogoh kantong celananya dan mengambil benda pipih itu, setelahnya dia menghubungi seseorang yang mengajak ketemu di taman kota.

"Aku sudah sampai, kamu dimana?" tanya Arka.

"Ok, jangan lama-lama. Aku menunggumu," ucap Arka sebelum dia mematikan ponselnya.

Arka lalu duduk di kursi, tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat yang saat ini di duduki oleh Luna.

Mereka sama-sama belum melihat satu sama lain jadi tidak menyadari kalau saat ini mereka sudah dekat. Arka yang sibuk dengan ponselnya dan Luna yang sibuk dangan pikirannya.

"Hai, maaf ya harus nunggu lama," ucap seorang perempuan yang datang menghampiri Arka.

"Iya, tidak apa," jawab Arka sambil tersenyum. Tampak dari raut wajahnya ada kebahagiaan. Setalah itu ia mempersilahkan wanita itu untuk duduk.

"Aku sudah putuskan, aku menolak pinangan pria itu. Kamu saja mau memperjuangkan cinta kita, masa dengan mudah aku menyerah."

Hangat menjalar di hati Arka saat mendengar penuturan wanita di sampingnya. Dia merasa lega karena kekasihnya dulu, masih memilih dia.

Walaupun belum ada kepastian untuk menikahi wanita yang dia cintai, setidaknya Arka merasa lega karena Putri lebih memilihnya.

Tetapi tidak dengan wanita yang tak jauh darinya, Luna. Dia yang mendengar obrolan orang di sampingnya menoleh karena merasa mengenali suara itu.

Benar, Luna mengetahui Arka berada tak jauh darinya dan sedang duduk bersama seorang wanita. Wanita yang beberapa hari lalu dia lihat bersama suaminya dan saat ini juga sedang bersama Arka. Rasa sesak itu menyeruak.

Secepat kilat dia beranjak dari tempat duduknya dan berniat untuk pergi. Dia tidak mau semakin sakit hati melihat mereka berdua.

"Luna ya?" ucap seseorang dan berhasil membuat Luna tak melanjutkan langkahnya.

"Aldo!" ucap Luna. Dia nampak shock dengan lelaki yang saat ini berada di depannya.

"Hei, apa kabar?" ucap Aldo.

"Kabar baik. Kamu sendiri bagaimana?" tanya Luna. Dia nampak senang dengan kehadiran Aldo, teman semasa sekolah dulu.

Teman yang selalu ada buat Luna. Tapi semenjak dia menikah, mereka berdua tidak pernah berhubungan lagi.

Luna ingin menjaga hati suaminya dan tidak ingin berhubungan dengan lelaki manapun walau itu sahabatnya sendiri.

Tapi kali ini mereka berdua dipertemukan di tempat yang tidak pas karena adanya Arka yang tidak jauh dari mereka.

"Duduk dulu, Lun!" ajak Aldo.

Luna mengikuti perintah Aldo. Dia duduk di samping pemuda itu.

"Kamu bagaikan ditelan bumi. Semenjak menikah kamu sama sekali tidak bisa dihubungi. Nomor kamu ganti?" tanya Aldo.

"Iya, maaf ya?"

"Tak apa. Aku kangen banget tahu sama kamu." Ucapan Aldo sekita membuat Luna tertawa, hal yang beberapa hari ini tidak dia lakukan karena patah hati.

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Aldo yang melihat Luna masih tertawa.

"Kamu lebay. Masa kangen sama istri orang," jawab Luna.

"Walaupun istri orang tetapi kamu itu sahabatku." Ucapan Aldo memang benar. Ia sahabatnya jadi hal yang sangat wajar kalau Aldo merasa rindu kepadanya.

"Terserahlah. Hak kamu juga mau rindu sama siapa," jawab Luna.

Sedangkan Arka yang mendengar merasa hatinya panas. Dia menyadari kehadiran Luna saat seseorang memanggil istrinya. Arka pura-pura tidak melihat, dia ingin tahu bagaimana Luna ketika di belakangnya.

Karena menahan rasa marah, Arka pun menghampiri Luna.

"Pulang!" tegas Arka.

Luna terlonjak kaget dengan kedatangan suaminya. Ia tidak mengira kalau Arka akan datang menghampiri mengingat saat ini sedang bersama wanita terkasih.

"Pulang bareng aku biar mobil kamu di sini, nanti aku suruh orang bawa ke rumah," ucap Arka sambil menarik tangan Luna.

Karena Luna tidak mau orang tahu masalahnya terhadap suami, Luna pun mengikuti langkah suaminya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu si luna tegas dikit pasti suaminya g akan mrendahkannya. tapi si luna gampang baper krn hatinya murahan. belum ada anak utk apa bertahan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 107

    Karena merasa tidak mengenal dan merasa asing terhadap laki-laki itu, ibunya Oliv pun enggan membuka pintu.Ia takut jika orang itu berniat jahat terhadap keluarganya, sebab yang dirinya tahu kalau para penjahat tersebut masih tersisa satu orang yang belum tertangkap."Buka pintunya!" Suara laki-laki tersebut terdengar sangat jelas sambil terus menggedor pintu."Cepat buka!" teriak laki-laki itu kembali.Sedangkan ibunya Oliv masih tertahan di dalam. Lantas Ia pun segera menelpon bu RT untuk membawa beberapa warga ke sini karena dirasa jika orang yang bertamu ke rumahnya saat ini bukanlah orang baik-baik.Berulang kali panggilan itu terhubung tetapi sama sekali tidak diangkat oleh bu RT.Pikiran ibunya Oliv saat ini sudah buntu. Dirinya tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi.Kepada polisi rasanya juga percuma saja, karena Dirinya belum bisa memastikan apakah orang yang berada di luar itu memang punya jahat atau tidak.Setidaknya kalau dirinya memanggil RT, RT bisa menyele

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 106

    Setelah beberapa hari dari peristiwa itu, kehidupan Arka dan juga Luna mulai membaik.Mereka tidak lagi ketakutan untuk menyongsong hari. Ada banyak rencana-rencana indah yang telah mereka buat setelah hari ini. Tentunya mereka memastikan dulu kalau perusahaan dalam keadaan bagus dari segi keuangan dan yang lain.Beruntung sekali perusahaan Arka tidak jadi bangkrut, dan itu semua berkat bantuan dari istrinya."Ibu katanya mau menginap di sini malam ini, Mas," ucap Luna saat melayani suaminya makan.Arka terlihat sangat lahap sekali setelah beberapa waktu dirinya tidak bisa bernafas lega setelah rentetan peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan."Sama Dio juga?""Ya. Katanya ada sesuatu yang ingin dia bicarakan sama kita. Mungkin tentang masalah pernikahan Dio," jawab Luna yang hanya menduga-duga saja.Sebab selama ini ibunya jarang sekali menginap Kalau tidak ada sesuatu yang penting, ataupun saat dirinya sedang sakit.Itu saja bisa dihitung dengan jari. Bahkan saat Arka masuk rumah

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 105

    "Singkirkan tubuh kotormu dari kakiku! Rasanya aku sudah tidak sudi lagi dekat-dekat dengan kalian," ucap Arka dengan sangat Ketus."Aku mohon, Jangan sakiti keluargaku karena mereka tidak tahu perbuatanku. Jangan apa-apa kan mereka, cukup aku saja yang kamu hukum. Jangan kedua orang tuaku," ucap Eva yang masih belum mau beranjak dan tetap memegang kaki Arka."Sembahlah Tuhanmu! Kau tidak perlu bersujud seperti ini kepadamu.""Ka! Kita adalah sahabat. Tolong jangan tega sama aku," ucap Eva dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Arka."Sahabat? Lalu kamu mengatakan Aku tega sama kamu. Sekarang aku tanya sama kamu, di sini yang tega itu kamu atau aku. Kamu sendiri yang merusak kepercayaanku sebagai seorang sahabat. Kamu yang pura-pura baik di depanku tetapi menusukku dari belakang. Jangan mengira aku tidak tahu kebusukanmu selama ini. Dan apa yang telah kamu lakukan kepada keluarga kecilku! Jadi tidak usah merasa sok tersakiti Sedangkan kamu sendiri adalah penjahat sesungguhnya!" b

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 104

    Andi dan juga Eva saling bertatap muka sebentar. Rasanya mereka berdua ingin segera kabur dari sini, tetapi hal itu tidak mungkin mereka lakukan.Saat ini mereka berdua sudah dikepung. Tidak ada celah bagi mereka untuk pergi dari sini Apalagi pistol tersebut sudah mengarah ke arah mereka, yang artinya jika sampai mereka berani kabur maka yang ada para polisi itu akan menembaknya."Tangkap mereka berdua!" perintah salah satu polisi yang kemungkinan besar adalah atasannya.Baik Andi dan juga Eva sama-sama tidak bisa melawan dan hanya pasrah saat polisi itu memborgol tangannya.Kejadian ini pun juga tak luput dari perhatian warga yang memang kebetulan mereka masih berada di rumah dan belum berangkat ke sawah.Mereka menjadi tontonan orang-orang yang berada di sana. Malu? Sudah tentu.Lalu sesaat kemudian mereka pun dibawa oleh polisi.Sementara di tempat lain Arka mendapatkan kabar jika dua orang sahabatnya itu sudah berhasil ditangkap.Tetapi saat ini Dirinya belum merasa puas Kalau bel

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 103

    "Suara apa itu?" tanya Andi, suami Eva."Mas! Apa jangan-jangan polisi sudah menemukan keberadaan kita?" tanya Eva yang begitu sangat panik karena merasa hidupnya sudah terancam."Kita lewat pintu belakang," ucap Andi yang langsung disetujui oleh Eva.Setelah berhasil keluar dari rumah, lantas Ia pun menoleh ke sana kemari untuk memastikan kalau keadaan aman."Tidak ada polisi. Lalu tadi itu suara apa?" tanya Eva.Dirinya tidak menemukan siapa pun di sana dan keadaan pun juga masih sunyi. "Mungkin tikus atau kucing." Andi menjawab sekenanya saja."Mana kunci mobilnya?" tanya Andi.Eva pun langsung memberikan kunci mobil tersebut kepada suaminya. Lalu setelahnya Mereka pun segera pergi meninggalkan tempat ini.Tetapi tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat kepergiannya dan membuntutinya dari belakang sambil menelpon seseorang.Entah apa tujuan orang tersebut, tetapi yang pasti Andi merasa jika saat ini dirinya memang ada yang mengikuti.Ia pun mengemudikan mobil dengan kecepata

  • Ketika Istri Mulai Berubah   bab 102

    Arka yang baru saja masuk ke ruangan itu pun juga tak kalah kagetnya saat mendengar ungkapan dari Oliv.Laki-laki itu tertahan di sana sambil menatap tajam ke arah Oliv. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. Ia begitu sangat marah terhadap Oliv.Sungguh tidak menyangka jika wanita yang selama ini selalu ditolong oleh istrinya dan katanya dekat berani meminta sesuatu yang tidak pantas diminta."Bicara apa kamu, Liv?" tanya Luna."Tidak ada laki-laki yang nantinya mau sama aku! Wanita kotor dan telah dijamah oleh beberapa laki-laki. Siapa lagi yang mau sama aku? Gak ada, Lun! Nggak ada laki-laki yang mau sama aku!" ucap Oliv."Tetapi tidak harus meminta suamiku kan? Kamu pasti dapat laki-laki yang baik, tetapi bukan mas Arka," ucap Luna dan Oliv menjawab dengan gelengan kepala."Sudah cukup drama ini! Sayang, ayo kita pulang dan kamu biarkan saja temanmu yang tidak tahu diri ini," ketus Arka lalu menarik paksa istrinya."Nak Arka, tolong maafin Oliv ya," ucap wanita paruh baya itu,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status