Di dalam mobil....
Suasana hening sesaat. Arka yang masih diliputi amarah dan Luna yang masih pada diamnya."Aku tidak suka kamu dekat dengan pria lain," ucap Arka."Dia sahabatku. Aku tidak punya hubungan kusus dengannya, berbeda dengan kamu," ketus Luna."Sama saja. Aku tidak suka," jawab Arka sambil tetap fokus pada kemudinya."Terserah. Aku nggak merasa ngerugiin kamu," jawab Luna.Setelah itu tidak ada ucapan yang terlontar. Luna masih membisu dan Arka bingung dengan hatinya. Kenapa dia bisa bersikap seperti ini pada Luna?"Kenapa pergi tidak pamit?" tanya Arka memecah keheningan beberapa saat.Luna yang ditanya masih enggan menjawab, baginya itu hal yang tidak perlu dijawab."Jawab Luna!" intonasi suara Arka semakin ditinggikan."Kita jalani hidup kita masing-masing," jawab Luna."Maksudnya?" tanya Arka tidak mengerti."Ceraikan aku.""Tidak.""Kamu sudah ada wanita itu, apa kamu akan mengurungku dalam penderitaan?" tanya Luna sambil menatap suaminya.Arka tidak menjawab, dia lajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hati nya masih diliputi keraguan.Ia tidak ingin menceraikan Luna karena masih berat dengan sang Ibu, tetapi dia tidak bisa memaksakan hatinya untuk bisa mencintai Luna karena hatinya sudah tertawan oleh wanita lain."Aku tidak tahu pernikahan seperti apa yang sudah ku jalani ini," ucap Luna dan Arka masih tetap membisu."Suamiku menikahiku tetap hati dan jiwanya sedang bersama perempuan lain. Apa aku tidak boleh bahagia?""Maaf." Hanya itu ucapan yang keluar dari mulut Arka.Tak lama kemudian mobil sudah sampai di rumah. Arka berniat hari ini dia tidak akan pergi ke kantor.Ntah ada apa dengan hatinya, semenjak Luna berubah dia seperti tidak tenang."Aku lapar," ucap Arka saat mereka mulai masuk ke dalam rumah."Apa aku harus memasak untuk mu setelah apa yang kamu perbuat?" tanya Luna."Kamu istriku."Luna tak menjawab, dia langkahkan kaki nya menuju dapur dan mengolah makanan untuk suaminya.Sedangkan Arka sendiri bingung dengan hatinya. Kenapa dia merasa galau saat Luna tidak peduli kepadanya? Kenapa dia merasa sakit dengan sikap cuek Luna?Apakah cinta sudah mulai hadir di hatinya tanpa Arka sadari?***"Tugas utama seorang istri itu menyiapkan semua keperluan suami, bukan malah pergi dan janjian sama pria lain," ucap Arka saat Luna tengah meladeninya makan.Mendengar ucapan menohok dari sang suami, kepala Luna terasa mendidih."Kamu mengatakan tugas seorang istri seolah-olah kamu adalah suami yang paling baik di dunia ini," jawab Luna tidak kalah sinis."Selama ini apa yang kamu mau sudah ku penuhi, apa itu kurang?""Kamu memang memenuhi secara materi, Mas. Tetapi aku tidak cuma membutuhkan itu saja. Aku butuh kamu, aku butuh waktu kamu, aku butuh kasih sayang belum bisa kamu penuhi," jawab Luna dengan derai air mata.Sudah mencoba tegar tetapi tetap saja tidak bisa. Luna tidak bisa mengontrol emosinya."Uang itu bisa membeli kebahagiaan. Seharusnya kamu beruntung sebagai istri kamu mendapatkan apa yang orang lain belum tentu dapatkan," jawab Arka sambil tetap menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya.Terasa nikmat, ntah karena kelaparan atau karena ada Luna di sisinya. Ah, kenapa dengan perasaan ini. Arka sendiri juga bingung dengan perasaannya.Dia mencintai wanita lain tetapi dia merasa sakit ketika melihat istrinya berbincang dengan pria lain. Egois memang, tetapi itulah kenyataan. Kenyataan yang Arka sendiri bingung untuk mencerna."Aku harus pergi," ucap Luna setelahnya. Dia merasa jengah dengan apa yang sudah suaminya katakan. Diam jauh lebih baik dan melangkah pergi.Memang uang bisa membeli semuanya, tetapi tidak bisa membeli kasih sayang. Nyatanya sampai saat ini Luna merasa kesepian padahal sudah bergelimang harta."Kemana?""Buka urusanmu. Kamu menemui wanita itu saja aku diam saja," jawab Luna sambil tetap melangkah pergi.Sudah jam sepuluh, pasti teman yang ia telepon tadi sudah menunggu.Arka merasa kalah telak dengan ucapan istrinya. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun sambil menatap kepergian sampai menghilang dari pandangannya.***Di sebuah restoran..."Aku mau kembali bekerja," ucap Luna kepada wanita di hadapannya."Kamu yakin? Suami mu itu adalah pemilik perusahaan yang sedang bekerjasama dengan kantor ini," ucap wanita itu yang telah diketahui bernama Irma."Lalu hubungannya apa?" tanya Luna tak mengerti."Kamu bagaimana sih? Apa suamimu mengizinkan kamu bekerja dengan perusahaan lain, secara garis besar kamu adalah seorang istri bos. Apapun yang kamu mau pasti terpenuhi lalu untuk apa kamu bekerja?" tanya wanita itu tak mengerti."Aku tidak ada kegiatan," jawab Luna.Wanita itu menghela nafas panjang. Bingung dengan jalan pikir wanita di hadapannya, dia ingin sekali memberi pekerjaan tetapi takut kalau sampai suaminya tahu dan marah malah akan mencabut saham di perusahaanya."Bagaimana?" tanya Luna."Maaf, kali ini aku tidak bisa membantu." Akhirnya kata yang terlontar dari mulut wanita itu.Luna tak menjawab, dia merasa kecewa. Orang yang dirasa bisa membantunya sekarang tidak bisa berbuat apa-apa.Setelah berbasa-basi sebentar, akhirnya Luna pamit.***Arka mengabaikan telepon dari putri yang sudah berulang kali. Entah kenapa moodnya kepada wanita itu mendadak hilang.Disaat mobil yang dikendarai Luna memasuki pekarangan, Arka yang mendengar langsung cepat-cepat datang menghampiri."Mulai hari ini tanpa seizin ku, kamu tidak boleh pergi kemana-mana," ucap Arka dengan lugas."Baiklah, tapi dengan satu sarat," ucap Luna menggantungkan ucapannya."Apa?""Tinggalkan wanita itu."Arka melongo mendengar jawaban Luna. Untuk meninggalkan Putri rasanya teramat berat tetapi dia tidak bisa kehilangan Luna.Karena tidak kunjung dapat jawaban Luna langsung melenggang masuk.Baginya, percuma saja bicara dengan Arka, dia tidak akan mau meninggalkan wanita itu.***Malam ini yang biasanya ada celoteh Luna mendadak kamar menjadi sepi. Luna lebih banyak diam dan cenderung menatap layar HP."Hallo." Luna mengangkat panggilan di HP nya."Iya, besok saya kesana," ucap Luna"Sendiri, mungkin agak siang ya?" ucap Luna saat orang yang menelpon menanyakan waktu kedatangannya."Iya." Panggilan pun di akhiri."Dari siapa?" tanya Arka mendadak kepo dengan percakapan sang istri."Teman," jawab Luna cuek. Ia lebih memilih merebahkan tubuhnya karena dilanda lelah seharian. Bukan lelah fisik tetapi lelah batin.Ia ingin dicintai, ia ingin disayangi seperti pasangan suami istri pada umumnya. Bukan cuma dikasih uang dan membelanjakan apa yang dimau.Luna ingin waktu Arka lebih banyak kepadanya, Luna ingin Arka bersikap manis dan perhatian kepadanya tetapi semua itu bagaikan mimpi.Luna tak pernah mendapatkan itu semua, ia hanya diberi materi yang berlimpah tanpa diberi kasih sayang.Kembali ke awal..."Besok mau pergi kemana?" tanya Arka lagi."Bukan urusanmu."Ada nyeri ketiak Luna bersikap seperti ini, biasanya Luna akan banyak bercerita kepadanya, tetapi kali ini Luna berubah. Dia bersikap dingin bagaikan es.Arka sadar apa yang sudah diperbuatnya tetapi sebagai lelaki dia juga tidak bisa memaksa cinta untuk Luna.Arka bingung apa yang harus diperbuatnya, melepas Luna dan menikahi Putri dengan mengorbankan ibunya atau lebih memilih melupakan Putri dan membuka hatinya untuk Luna.***Luna menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum dia pergi.Hari ini dia akan pergi ke yayasan karena tadi malam anak yang memanggilnya dengan sebutan Ibu demam tinggi dan selalu menyebut namanya."Sayang." Panggilan Arka membuat aliran darah Luna terasa membeku, bagaimana tidak, selama ia menikah, baru kali ini Luna mendengar Arka memanggilnya dengan sebutan sayang."Kamu mau kemana?" tanya Arka.Luna mendadak gugup tapi sebisa mungkin ia menetralisir hatinya. Ia tidak boleh terlena dengan sikap Arka.Bukankah hatinya selama ini sudah diisi nama wanita lain? Mana mungkin Arka langsung mencintainya."Aku.." Luna bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin ia bilang mau ke yayasan. Ia tidak mau suaminya tahu kalau selama ini uang yang suaminya berikan telah ia donasikan ke yayasan itu.Bagi Luna, biarlah ini menjadi rahasia dia. Cukup Oliv sebagai temannya yang mengetahuinya.Alasan Luna tidak memberi tahu suaminya karena selama ini Arka tidak pernah terbuka kepadanya. Dulu pernah dia mau bercerita tetapi Arka sama sekali tak menanggapinya setelah itu Luna tidak mau bercerita kemana perginya uang yang sudah suaminya berikan."Kemana, Sayang?" ucap Arka semakin mendekati istrinya. Dia meraih kedua tangan Luna.Darah Luna berdesir, tidak biasanya Arka bersikap seperti ini. Apa yang akan Arka lakukan, Luna bagaikan terhipnotis ketika Arka mengecup keningnya dengan mesra."Apa-apaan sih!" ketus Luna sembari mendorong tubuh Arka.Semenjak kejadian malam itu, Luna sama sekali tidak mau disentuh oleh suaminya.Dulu Luna sangat menginginkan momen ini, momen dimana Arka datang kepadanya sembari memberi sebuah kecupan atau pelukan tetapi sekarang Luna merasa risih."Aku kangen sama kamu," ucap Arka.Luna hanya melengos tak mau menanggapi celoteh suaminya. Bagi Luna Arka bukan
Kejadian itu tak berlangsung lama karena mendadak ponsel Arka berdering."Apa? Sekarang kamu dimana?" tanya Arka yang mendadak panik."Baiklah, kamu tunggu aku sampai datang, aku segera kesana," ucap Arka kemudian.Setelah itu ia bergegas dan bersiap pergi. Tak peduli ini sudah malam sepertinya telepon itu sangat penting."Mau pulang?" tanya Luna yang tidak Arka sadari sudah duduk di atas ranjang."Iya, Putri lagi terkena masalah. Aku harus segera menolongnya," ucap Arka dan langsung berlalu begitu saja.Sebenarnya Luna ingin sekali bertanya lebih jauh tetapi belum sempat mulutnya berucap Arka keburu hilang dari pandangan.Ingin sekali kuat tetapi terlalu sakit. Luna kira Arka sudah berubah dan bisa membuka hatinya tetapi kenyataan ini sungguh pahit. Arka tetap tidak bisa pergi dari masa lalu.Berpisah adalah jalan satu-satunya karena puncak dari mencintai adalah keikhlasan. Ia harus ikhlas Arka bersama orang terkasih.πππ"Putri!" panggil Arka. Saat ini ia tengah berada di lokasi
Luna yang ditanya hanya bisa diam, ia bingung harus menjawab apa. Jangan sampai satu kesalahan kecil yang terlontar dari mulutnya membuat penyakit Ibu mertuanya kambuh lagi."Nak, kok diam?" tanya Ibu mertuanya lagi."Ah, itu.. Luna...""Ibu, sejak kapan Ibu di sini?" tanya Arka yang menyadari kehadiran ibunya. Dia melangkahkan kakinya mendekat pada dua orang perempuan di hadapannya."Baru saja. Ini Luna kenapa bawa koper segala?" tanya ibunya pada Arka."Kita mau liburan tetapi karena Ibu di sini, kita tunda saja ya, Sayang," ucap Arka sembari merangkul pundak istrinya.Luna sebenarnya rada risih tetapi ia tidak bisa berbuat banyak, ia tidak mau Ibu mertua mengetahui kemelut dalam rumahnya, belum saat beliau mengetahui."Jadi Ibu ganggu liburan kalian?" tanyanya lagi."Tidak. Liburan bisa kita tunda kapan saja. Ayo, Ibu masuk dulu. Sayang, kopernya bawa ke dalam ya?" ucap Arka bersikap semanis mungkin di hadapan ibunya.Ntah itu memang sikap manis yang keluar dari hati atau karena te
"Masakan istrimu tidak pernah mengecewakan ya, Arka," ucap ibunya membuka percakapan saat mereka tengah menikmati sarapan pagi.Luna yang mendengar pujian dari mertuanya tersipu malu. Sudah hal yang tidak asing bagi Luna saat Ibu mertua selalu memuji dirinya."Itu kelebihan Luna, Bu," jawab Arka sembari mengunyah makanan lalu sekilas menatap wajah istrinya."Hari ini kamu kerja?""Enggak. Kami akan buatkan cucu untuk Ibu."Luna tersedak saat mendengar ucapan Arka. Tak hanya Luna, ibunya juga terlonjak kaget. Tidak biasanya Arka berbicara seperti ini, biasanya ia enggan mengatakan hal-hal yang berbau vulgar."Sayang, minum dulu," ucap Arka sembari menyodorkan gelas pada Luna."Makan itu hati-hati," omel Arka dan Luna hanya diam saja. Jujur, hatinya masih belum bisa mencerna ucapan Arka."Ibu tahu, kalian lagi cinta-cinta nya. Ibu seperti obat nyamuk saja," ucap ibunya Arka memasang muka sedih."Ibu ngomong apa sih? Udah, nggak usah bahas itu, cepat habiskan sarapannya," tukas Luna.Sel
"Kamu di sini, emang siapa yang sakit?" tanya Abi."Bibiku.""Bibi siapa? Memangnya kamu punya bibi?" tanya Abi tak mengerti, sebab selama ia mengenal Luna, yang ia tahu Luna tak memiliki Bibi. Ibu maupun ayahnya adalah anak bungsu semua, jadi otomatis Luna hanya memiliki budhe."Bibi dari suamiku.""Kamu sudah menikah?" tanya Abi memastikan. Luna pun mengangguk membenarkan ucapan Abi."Kalah cepat aku." Ucapan Abi sontak membuat Luna menatapnya, tak terkecuali Arka yang diam-diam ikut mendengarkan obrolan istrinya."Kok kalah cepat?" tanya Luna polos."Kalau masih single sudah ku ajak nikah," ucapnya sambil tertawa. Tawa untuk menyembunyikan kekecewaannya."Ngawur. Kamu kan sudah ada Lea," jawab Luna."Udah lama putus.""Kenapa?""Karena kamu.""Gombal," ucap Luna sambil tersenyum. Ia tahu saat ini Abi tengah menggodanya."Aku masih ada tugas, nanti kita ngobrol lagi. No HP kamu masih sama kan?" tanya Abi."Sudah ganti," jawab Luna."Kok ganti?""Kepo banget sih!" Mereka berdua lanta
Pagi hari Luna masih terasa lemas, ia tidak beranjak dari tempat tidur selepas sholat subuh tadi. Kepalanya masih pusing dan terasa berat.Beberapa pesan WA belum ada yang ia balas, bahkan pesan WA dari Oliv pun tak juga ia baca. Menatap layar ponsel membuatnya bertambah pusing."Kita ke rumah sakit, ya?" tawar Arka yang melihat wajah istrinya bagaikan mayat hidup karena terlampau pucat.Sambil menggeleng Luna berucap," Nggak usah.""Kalau kamu beneran sakit sudah seharusnya cepat diobati, kalau kamu hamil kamu harus mendapatkan asupan gizi dan juga minum vitamin.""Sudah ku bilang, aku tidak hamil. Aku hanya kecapean saja," jawab Luna."Terserahlah, tapi kamu harus dibawa ke Dokter."Luna tak bisa banyak protes, dituruti apa yang suaminya katakan."Aku khawatir sama kamu. Aku kan sudah berjanji akan menjagamu dan membahagiakan mu," ucap Arka sambil membawa tangan Luna ke dalam genggamannya."Ya sudah, aku bersiap dulu," ucap Luna dan beranjak mempersiapkan diri.Arka melihat istriny
Tak butuh waktu lama bagi Arka untuk bisa sampai ke tempat yang dituju. Sebuah rumah sakit besar yang di dalamnya terdapat orang-orang yang dicintainya. Bibi dan juga istrinya.Tadi ia sempat mendapat telepon kalau Luna terlibat kecelakaan beruntun. Mobil yang ditumpanginya ringsek. Beruntung Luna tidak mengalami luka yang serius.Dengan langkah cepat ia menuju ke ruangan dimana istrinya berada."Arka!" seru seseorang, Arka menoleh."Mau jenguk Ibu?" tanya orang itu yang tak lain adalah Dara, sepupunya."Enggak. Luna kecelakaan," ucap Arka. Raut wajahnya masih terlihat kepanikan karena ia belum bertemu istrinya."Lalu bagaimana keadaan Luna?" tanya Dara lagi. Arka menggeleng keras, "aku masih mau melihatnya."Setelah itu ia berlalu dari hadapan Dara. Di pikirannya saat ini adalah bagaimana Luna sekarang. Sedangkan Dara, ia mensejajarkan langkahnya bersama Arka. Wajahnya juga menunjukan raut kekhawatiran.Saat tiba di ruangan Luna berada, ia mendapati Dokter muda yang beberapa waktu
Karena keadaan Luna sudah membaik, sore ini ia diperbolehkan untuk pulang.Sedangkan Arka semenjak kepergiannya tadi sampai sekarang belum juga menunjukkan batang hidungnya.Luna hanya bisa menghela nafas panjang. Ia bingung, kalau memang Arka menginginkan ia pulang ke rumahnya, sudah pasti saat ini dia membantu Luna untuk mempersiapkan kepulangannya. Luna berniat pulang ke rumah ibunya menggunakan taksi. Tidak mungkin juga ia pergi ke rumah suaminya, kalau Arka menginginkan ia balik sudah tentu saat ini ia berada di sini dan membantu Luna.Dengan langkah tertatih Luna keluar, ia membawa barang-barang nya sendiri. Tidak seberapa tetapi cukup membuatnya kewalahan karena kondisinya yang belum pulih sempurna."Kenapa tidak mengabariku kalau kamu sudah boleh pulang?" ucap Arka yang tiba-tiba saja datang ketika melihat Luna keluar dari ruangannya."Tidak kepikiran," ucap Luna beralasan.Tanpa pikir panjang, Arka langsung membopong tubuh Luna menuju ke parkiran. Sempat memberontak tetapi A