Share

Bab 2

Penulis: Alexa Alvaren
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-11 07:58:02

---

Hati yang Luka Tak Membuatku Lupa Cara Berpikir

Senyum sinis mengembang di wajahku. Sakit hati memang membakar, tapi tak membuat pikiranku tumpul. Justru dari luka itu, sebuah ide gila melintas di kepalaku seperti kilat—tajam, menyilaukan, dan mematikan.

Aku memastikan napas pria brengs*k di depanku masih teratur, terlelap dalam mimpi busuknya. Dengan hati-hati, kuselipkan tangan ke dalam saku baju tidurku, mengeluarkan ponsel. Dalam hitungan detik, aku mengkloning isi ponselnya. Menyalin semua—kontak, aplikasi, hingga kode verifikasi yang masuk. Sempurna.

Lega. Aku berhasil sebelum pengkhianat itu membuka mata. Kuletakkan kembali ponselnya, pelan, lalu keluar dari kamar tamu seperti pencuri yang baru saja menyelesaikan misi penting. Kututup pintu perlahan, lalu melangkah ke kamarku, menemukan Anggia, anakku, masih terlelap.

Mataku terasa panas. Tubuh mungil itu begitu tenang, begitu polos—tak tahu bahwa ayah yang seharusnya menjadi cinta pertamanya justru menjelma jadi sosok paling keji. Dunia terlalu kejam padanya. Pada kami.

Aku menarik napas panjang, menelan rasa sakit dan amarah yang hampir menumpuk di dada.

**

Namaku Alexa Wardana. Dan menikah dengan Ryan Gunawan adalah kesalahan terbaik dalam hidupku. Dulu dia karyawan biasa di perusahaan keluargaku. Kini, dia monster berkedok suami.

Dulu dia romantis, kini ucapan manis pun seperti barang langka. Bahkan sejak tubuhku berubah setelah melahirkan, seolah aku ini makhluk menjijikkan. Satu minggu terakhir, suara anaknya pun tak pernah ditanyakan.

Pagi ini, matahari menyelinap dari sela gorden. Aku sudah mandi, Anggia pun demikian. Sementara Ryan? Masih di kamar tamu—tempatnya sekarang sejak kami tak lagi berbagi ranjang.

Setelah menyusui Anggia yang manis dan kembali menidurkannya, aku keluar menuju dapur. Membuat sarapan untuk diriku sendiri dan secangkir teh untuk suami yang entah masih layak kusebut begitu. Bukan karena peduli, tapi karena aku tahu... pertunjukan ini belum selesai.

Saat aku tengah menikmati roti bakarku, teriakan khasnya menggema dari kamar tamu.

"Alexa! Kenapa tidak kau bangunkan aku, hah?! Aku ada janji penting pagi ini! Dasar istri tak berguna!"

Aku tak menjawab. Sudah terlalu kebal untuk bereaksi. Suapanku tetap berjalan santai, satu gigitan, satu teguk. Tak ada yang berubah.

"Kau budeg, ya?!"

"Maaf, Mas. Aku juga baru bangun," kataku datar, sambil menahan tawa dalam hati.

Ia hendak membalas, namun ponselnya berdering berkali-kali. Seketika raut wajahnya berubah. Dari garang jadi lembek. Matanya tak lagi ke arahku, tapi ke layar ponsel.

Aku melirik sekilas, lalu tersenyum kecil.

"Sudah pasti dari pelacur kesayangannya," gumamku dalam hati.

Ia pergi begitu saja. Teh yang kuletakkan tetap utuh, seperti rasa cintanya yang sejak lama telah basi. Begitu suara mobilnya menghilang di kejauhan, aku mengeluarkan ponselku.

Kubuka aplikasi W******p hasil kloningan.

"Mas, kok lama sih. Katanya mau jemput aku."

"Iya sayang, Mas udah mau jalan. Tunggu ya."

"Aku udah dandan cantik nih. Kita sarapan di tempat biasa ya. See you!"

Jijik. Mual. Tapi juga... puas. Aku membuka lebih banyak chat. Dan di sanalah kebenaran menyembur seperti lava.

Tak hanya karena tubuhku yang berubah, atau karena hartaku yang menggiurkan—tapi karena cinta yang selama ini kupupuk, ternyata hanya jadi alas kaki bagi dua pengkhianat: suamiku dan sahabatku sendiri, Sintya. Sekretaris pribadi yang juga selingkuhan pribadinya. Mereka merancang kudeta. Di perusahaan dan di hatiku.

Ku-screenshot semua bukti. Dari pesan mesra hingga percakapan tentang manipulasi laporan keuangan. Aku tahu apa yang harus kulakukan.

Kupanggil orang kepercayaan Papa, Om Wijaya. Kutarik kembali hak atas perusahaan yang selama ini diam-diam hampir dirampas.

Dan satu permintaan terakhir sebelum kututup telepon.

“Om, aku butuh dua ART dan satu babysitter. Kirim secepatnya. Aku butuh mereka hari ini.”

“Baik. Kapan kamu mulai bergerak?”

“Tiga minggu lagi. Aku ingin mereka menikmati akhir dari permainan ini... sebelum aku membalikkan papan dan menjatuhkan semua bidak yang mereka banggakan.”

Sore harinya, tiga orang sudah berdiri di depan rumahku. Tepat waktu, seperti rencana yang akan segera kutuntaskan.

Malam itu, aku berdiri di depan cermin, menatap refleksi diriku dengan senyum puas.

“Kau lupa siapa aku, Mas.”

Namun belum sempat aku berbalik, terdengar suara dari arah pintu utama. Suara yang tak asing. Suara yang tak seharusnya kudengar malam itu.

Dan saat kuintip dari balik tirai...

Aku melihatnya.

Bersama Sintya.

Masuk ke rumah ini.

Tanpa mereka tahu...

Aku sudah menunggu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 35

    Di ruang kerja. "Aku bingung, Raz. Semakin kesini Ryan dan Sintya sepertinya semakin nekad saja. Kemaren, ia hampir mengajak paksa Kayla ikut dengannya. Untungnya, Baby Sister bisa lepas darinya dan segera membawa Keyla pulang." Aduku pada Razka yang sejak tadi Razka terlihat menarik napas. Semakin sering bersama Alexa semakin membuatnya semakin ingin memiliki wanita itu. 'Apa ini sudah waktunya?' batin Razka yang sangat ingin melindungi wanita dihadapannya ini. "Razka, kau mendengarku kan?" tanyaku dengan kening mengkerut. "Alexa, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, ini serius," ucap lelaki itu dengan mimik berbeda. Baru kali ini aku seakan melihat sisi lain dari Razka. Lelaki itu kini membuka kacamata yang menjadi ciri khasnya selama ini. rambut klimis ia gusar dengan jarinya, aku seakan melihat sosok berbeda dihadapanku kini. "Kau..." Aku terpana dengan pemandangan dihadapanku. Aku seakan tak mengenal pria yang masih duduk di balik meja kerjaku ini. Suara ketuka

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 34

    Aku dan Razka hanya bisa saling pandang. Pikiran dan pertanyaan seakan memenuhi otak dan pikiranku. "Benar dugaanku, mereka pasti punya rencana lain diluar sana. Kau harus waspada, Alexa," ucap Razka menatap kedua netraku tanpa berkedip. Entah kenapa, ada rasa yang tak ku mengerti saat ini. Ada desiran lain yang muncul saat kedua netra kami beradu pandang. Aku dan Razka memutuskan kembali pulang. Razka mengantarkanku sampai ke pintu rumah. Ia pergi setelah memastikan aku masuk ke dalam hunian. Menuju ke kamar anak semata wayang ku, adalah hal utama yang kulakukan bila selesai berkutat diluar rumah. Melihatnya tertidur pulas, membuat rasa lelah dan letih ku hilang seketika. "Bagaimana keadaan Keyla Harini, Sus?" tanyaku pada Baby sister anakku yang terbangun ketika ku membuka pintu kamar Keyla. "Hari ini agak rewel bu. Apalagi tadi saat saya bawa ke taman, nggak sengaja bertemu

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 33

    Ponselku berdering saat aku fokus melihat ke layar laptop yang memutar rekaman.'Alexa?' gumamku melihat ke layar ponsel, yang menampilkan namanya.Suara wanita itu terdengar memburu dan tercekat, membuat aku semakin penasaran ada apa dengannya disana."Alexa, kau kenapa?""Razka, kau tahu siapa yang barusan aku lihat?" Aku mengerutkan kening dengan rasa penasaran yang membuncah."Kau aneh! Mana mungkin aku tahu, sementara aku disini dan kau disana," jawabku menggaruk pelipis yang sebenarnya tidak gatal."Ryan...," "Ryan..., suamimu. Kau tidak bermimpi kan Alexa. Kau tahukan dia sedang dalam penjara. Kau tidak mengigaukan? Atau kau rindu padanya?" jawabku mencoba membuat lelucon yang tak lucu sama sekali."Razka! Aku serius. Rindu? Rasa ini sudah mati untuknya. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, dia didalam mobil bersama gundiknya itu. Kau pikir aku akan bercanda dalam hal seperti ini?" cercanya dengan nada emosi.Aku yang sedang duduk, kini bangkit dengan kening berkerut."K

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 32

    POV RazkaAku menghempaskan tubuh disofa ruang tamu. Tubuhku terasa lelah dan pikiranku sangat kacau."Bagaimana bisa aku kecolongan untuk yang kedua kali. Mana keduanya proyek besar. Seperti aku sudah harus mulai bertindak.akin dibiarkan para tikus-tikus itu makin merajalela ingin menghancurkan perusahaan Alexa," lirih Razka dengan tangan kanan mengepal.Pak Wijaya yang mengetahui anaknya pulang, yang ia lihat dari CCTV ponselnya. Menyusul Razka keruang tamu."Kamu sudah pulang? Ada apa? Kenapa akhir-akhir ini Papa lihat kamu pulang larut dan begitu kacau," tegur Wijaya yang keluar dari ruang kerjanya.Aku yang baru bersandar dipunggung sofa menoleh."Eh, Papa. Iya, aku baru pulang. Akhir-akhir ini perusahaan ada masalah. Aku kecolongan, membiarkan tikus-tikus itu leluasa bergerak di sekitar Alexa, Pa. Bahkan, kami harus kehilangan dua proyek besar," ungkapku menggusar kepala yang terasa pusing.Wijaya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala. Menepuk bahu sang anak, seolah mengat

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 31

    POV Author Ryan bisa bernapas lega, saat Sintya datang bersama Santoso. Lelaki tua yang dikabarkan Sintya yang akan menjadi penanggung jawab dan penjamin kebebasannya dari jeruji besi. Ryan yakin, pasti ada persyaratan yang diajukan Santoso pada Sintya. Tapi untuk saat ini, baginya kebebasan dirinya adalah yang paling utama. Beberapa lama di dalam jeruji besi, sungguh membuatnya tersiksa. Belum lagi adanya tahanan yang sok merasa berkuasa karena paling lama menghuni sel tahanan tersebut. Tapi yang pasti, Santoso ada hubungan dekat dengan salah satu orang terpandang yang bisa membuat dirinya terbebas. Walau hanya tahanan kota, setidaknya, ia bisa menghirup udara segar dan terlepas dari hotel prodeo. "Terima kasih, atas bantuan anda Pak Santoso," ucap Ryan mengulurkan tangan. Tapi sayang, lelaki itu tak bergeming. Hanya tersenyum dengan bibir tertarik sebelah, membuat Ryan harus menahan malu dan amarah. "Kau tahukan, tak ada yang gratis di dunia ini!" Sarkas lelaki berperut bunci

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 30

    Razka dan Aku kembali ke kantor dengan wajah ketat. Keduanya berperang dengan pikiran masing-masing. Hingga pintu lift terbuka dan langkah kaki terdengar di koridor, melewati kubikel-kubikel, dimana para karyawan sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Aku yang biasanya menyapa beberapa dari mereka, kini milih menatap ke depan tanpa menoleh. Jujur, pikiran kalut dan ruwet saat ini. Ayunan kaki kupercepat, agar segera sampai di ruanganku. Razka asistenku pun tak pernah jauh, ia selalu setia mengiringi langkahku di belakang.Pintu kaca kudorong, segera menuju sofa dan menghempaskan tubuhku di sofa kulit berlapis bisa empuk itu. Melepas penat dan letih, yang tak cuma mendera tubuh namun juga pikiran.Tak ada ukiran senyum diwajah ku dan lelaki itu, kami yang baru pulang dari tempat pertemuan, dimana proyek kerjasama diajukan dan pengumuman perusahaan mana saja yang mendapatkan proyek untuk kerjasama dengan perusahaan mereka.Untuk yang kedua kalinya mengalami kegagalan mendapat proyek be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status