Share

Ketika Istri Sudah Mati Rasa
Ketika Istri Sudah Mati Rasa
Author: Alexa Alvaren

Bab 1

Author: Alexa Alvaren
last update Last Updated: 2023-08-11 04:53:27

Bab 1 – Versi Sudut Pandang Orang Pertama

"Apa! Kamu mau ikut ke acara ulang tahun perusahaan? Jangan mengada-ada, Lexa. Nggak sadar diri banget, badanmu berlemak di mana-mana. Aku malu! Sudahlah, urus saja rumah dan jaga Keyla!" bentak Ryan, wajahnya kesal, dan bibirnya menyunggingkan senyum cemooh yang menusuk hati.

Aku diam terpaku. Kata-katanya menamparku lebih keras dari tamparan fisik mana pun. "Namanya juga habis melahirkan, Mas. Lagipula, kamu sendiri yang nggak izinkan aku ikut senam atau olahraga," suaraku berusaha tenang, meski dada sesak menahan luka.

"Sudah! Nggak usah dibahas lagi. Kamu di rumah saja, urus anak," ujarnya ketus, lalu berlalu begitu saja.

Setelah melahirkan Keyla, aku memilih memberikan ASI ketimbang susu formula. Nafsu makanku jadi sulit dikendalikan. Tubuhku berubah. Dulu ramping, kini membesar seperti karung beras. Tapi aku tak menyesalinya, karena semua itu demi anakku.

Aku sendiri yang memasak, membersihkan rumah besar ini, dan mengurus Keyla siang malam. Katanya, masakan dari tangan istri lebih enak karena dimasak dengan cinta. Aku percaya. Bodohnya, aku percaya. Aku kira itu bentuk cinta, ternyata hanya jerat halus agar aku tetap terkurung di rumah, sementara dia bebas bersenang-senang di luar.

Kupikir aku cukup berarti karena dipercaya mengasuh anak tanpa bantuan baby sitter. Padahal, itu hanya akal-akalan Ryan agar dia leluasa menguasai perusahaan keluargaku. Perusahaan yang dibangun papaku dengan keringat dan air mata.

Untungnya, aku tidak sepenuhnya melepaskan pengawasan atas perusahaan. Amanat Papa selalu terngiang di telinga:

"Bagaimanapun, jangan terlalu mudah percaya. Bahkan jika itu pasanganmu sendiri."

Dan benar saja. Ucapan Papa terbukti. Melalui orang dalam yang masih loyal padaku, aku mendapat kabar yang membuat dunia seakan runtuh.

Sebuah video—suamiku duduk mesra dengan wanita yang tak jelas wajahnya, terhalang pot bunga besar di café. Lututku lemas. Air mata deras mengalir. Aku terlalu syok untuk sekadar bertanya siapa wanita itu.

Aku hancur. Cinta yang kujaga, janji yang kupegang, semua sia-sia. Suamiku, lelaki yang kuangkat derajatnya, membalas dengan tikaman paling menyakitkan.

Pantas saja, dua bulan ini kamu berubah, Mas.

Tak ada lagi kecupan atau sapaan lembut saat pagi. Tatapan hangat itu berubah jadi dingin dan menusuk. Kata-katamu kini hanya berisi cemoohan dan hinaan.

Tapi aku tidak akan diam. Aku akan cari tahu siapa perempuan itu. Aku akan membalas. Bukan dengan amarah atau kekerasan, tapi dengan kecerdikan. Aku akan buat kalian menyesal. Sampai menangis darah.

---

Kini aku berdiri menatap tubuh suamiku yang tertidur di kamar tamu. Sudah hampir empat minggu dia memilih tidur di sana. Alasan klasik: tak betah tidur serumah dengan perempuan berlemak seperti aku.

Tadi malam, aku hanya ingin buang air kecil. Tapi rasa penasaranku menguat. Aku mengintip ke kamar tamu. Ternyata dia sudah pulang, entah sejak kapan.

Sudah tak ada lagi obrolan antara kami. Kami seperti orang asing di bawah satu atap.

Air mataku kembali jatuh saat mengingat video kemarin. Aku usap cepat, takut Ryan bangun dan melihatku lemah.

Di nakas, ponsel pintarnya tergeletak. Aku tahu aku tak boleh. Tapi rasa penasaran dan sakit hati ini mengalahkan segalanya. Aku ambil ponselnya perlahan dan keluar kamar.

Dengan mudah aku membuka kunci layarnya. Aku yang membuatkan PIN-nya dulu.

Layar depannya... bukan lagi foto pernikahan kami. Kini hanya foto dirinya berdiri gagah di depan mobil Fortuner milikku. Aku mendengus.

"Aku urus nanti soal ini," gumamku lirih.

Aplikasi W******p jadi sasaran. Dan di sana, nama yang tak asing langsung muncul di paling atas: Syntia Darling.

Jantungku berdegup tak karuan. Nafasku sesak. Tapi aku harus cepat.

Ryan menggeliat sebentar di tempat tidur, membuatku hampir panik. Tapi dia kembali tenang, memeluk guling dan membelakangiku.

Hatiku bergemuruh. Suamiku, yang kuangkat derajatnya, ternyata bermain api di belakangku. perempuan itu… perempuan yang dulu kuangkat dari kemiskinan, yang kuanggap saudara. ternyata.......

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
yg punya perusahaan kamu tapi suami mu lebih berkuasa dan selingkuh lagl. itu otak sebagai istri masih waras. kebanyakan bacot kau nyet
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 35

    Di ruang kerja. "Aku bingung, Raz. Semakin kesini Ryan dan Sintya sepertinya semakin nekad saja. Kemaren, ia hampir mengajak paksa Kayla ikut dengannya. Untungnya, Baby Sister bisa lepas darinya dan segera membawa Keyla pulang." Aduku pada Razka yang sejak tadi Razka terlihat menarik napas. Semakin sering bersama Alexa semakin membuatnya semakin ingin memiliki wanita itu. 'Apa ini sudah waktunya?' batin Razka yang sangat ingin melindungi wanita dihadapannya ini. "Razka, kau mendengarku kan?" tanyaku dengan kening mengkerut. "Alexa, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, ini serius," ucap lelaki itu dengan mimik berbeda. Baru kali ini aku seakan melihat sisi lain dari Razka. Lelaki itu kini membuka kacamata yang menjadi ciri khasnya selama ini. rambut klimis ia gusar dengan jarinya, aku seakan melihat sosok berbeda dihadapanku kini. "Kau..." Aku terpana dengan pemandangan dihadapanku. Aku seakan tak mengenal pria yang masih duduk di balik meja kerjaku ini. Suara ketuka

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 34

    Aku dan Razka hanya bisa saling pandang. Pikiran dan pertanyaan seakan memenuhi otak dan pikiranku. "Benar dugaanku, mereka pasti punya rencana lain diluar sana. Kau harus waspada, Alexa," ucap Razka menatap kedua netraku tanpa berkedip. Entah kenapa, ada rasa yang tak ku mengerti saat ini. Ada desiran lain yang muncul saat kedua netra kami beradu pandang. Aku dan Razka memutuskan kembali pulang. Razka mengantarkanku sampai ke pintu rumah. Ia pergi setelah memastikan aku masuk ke dalam hunian. Menuju ke kamar anak semata wayang ku, adalah hal utama yang kulakukan bila selesai berkutat diluar rumah. Melihatnya tertidur pulas, membuat rasa lelah dan letih ku hilang seketika. "Bagaimana keadaan Keyla Harini, Sus?" tanyaku pada Baby sister anakku yang terbangun ketika ku membuka pintu kamar Keyla. "Hari ini agak rewel bu. Apalagi tadi saat saya bawa ke taman, nggak sengaja bertemu

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 33

    Ponselku berdering saat aku fokus melihat ke layar laptop yang memutar rekaman.'Alexa?' gumamku melihat ke layar ponsel, yang menampilkan namanya.Suara wanita itu terdengar memburu dan tercekat, membuat aku semakin penasaran ada apa dengannya disana."Alexa, kau kenapa?""Razka, kau tahu siapa yang barusan aku lihat?" Aku mengerutkan kening dengan rasa penasaran yang membuncah."Kau aneh! Mana mungkin aku tahu, sementara aku disini dan kau disana," jawabku menggaruk pelipis yang sebenarnya tidak gatal."Ryan...," "Ryan..., suamimu. Kau tidak bermimpi kan Alexa. Kau tahukan dia sedang dalam penjara. Kau tidak mengigaukan? Atau kau rindu padanya?" jawabku mencoba membuat lelucon yang tak lucu sama sekali."Razka! Aku serius. Rindu? Rasa ini sudah mati untuknya. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, dia didalam mobil bersama gundiknya itu. Kau pikir aku akan bercanda dalam hal seperti ini?" cercanya dengan nada emosi.Aku yang sedang duduk, kini bangkit dengan kening berkerut."K

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 32

    POV RazkaAku menghempaskan tubuh disofa ruang tamu. Tubuhku terasa lelah dan pikiranku sangat kacau."Bagaimana bisa aku kecolongan untuk yang kedua kali. Mana keduanya proyek besar. Seperti aku sudah harus mulai bertindak.akin dibiarkan para tikus-tikus itu makin merajalela ingin menghancurkan perusahaan Alexa," lirih Razka dengan tangan kanan mengepal.Pak Wijaya yang mengetahui anaknya pulang, yang ia lihat dari CCTV ponselnya. Menyusul Razka keruang tamu."Kamu sudah pulang? Ada apa? Kenapa akhir-akhir ini Papa lihat kamu pulang larut dan begitu kacau," tegur Wijaya yang keluar dari ruang kerjanya.Aku yang baru bersandar dipunggung sofa menoleh."Eh, Papa. Iya, aku baru pulang. Akhir-akhir ini perusahaan ada masalah. Aku kecolongan, membiarkan tikus-tikus itu leluasa bergerak di sekitar Alexa, Pa. Bahkan, kami harus kehilangan dua proyek besar," ungkapku menggusar kepala yang terasa pusing.Wijaya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala. Menepuk bahu sang anak, seolah mengat

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 31

    POV Author Ryan bisa bernapas lega, saat Sintya datang bersama Santoso. Lelaki tua yang dikabarkan Sintya yang akan menjadi penanggung jawab dan penjamin kebebasannya dari jeruji besi. Ryan yakin, pasti ada persyaratan yang diajukan Santoso pada Sintya. Tapi untuk saat ini, baginya kebebasan dirinya adalah yang paling utama. Beberapa lama di dalam jeruji besi, sungguh membuatnya tersiksa. Belum lagi adanya tahanan yang sok merasa berkuasa karena paling lama menghuni sel tahanan tersebut. Tapi yang pasti, Santoso ada hubungan dekat dengan salah satu orang terpandang yang bisa membuat dirinya terbebas. Walau hanya tahanan kota, setidaknya, ia bisa menghirup udara segar dan terlepas dari hotel prodeo. "Terima kasih, atas bantuan anda Pak Santoso," ucap Ryan mengulurkan tangan. Tapi sayang, lelaki itu tak bergeming. Hanya tersenyum dengan bibir tertarik sebelah, membuat Ryan harus menahan malu dan amarah. "Kau tahukan, tak ada yang gratis di dunia ini!" Sarkas lelaki berperut bunci

  • Ketika Istri Sudah Mati Rasa   Bab 30

    Razka dan Aku kembali ke kantor dengan wajah ketat. Keduanya berperang dengan pikiran masing-masing. Hingga pintu lift terbuka dan langkah kaki terdengar di koridor, melewati kubikel-kubikel, dimana para karyawan sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Aku yang biasanya menyapa beberapa dari mereka, kini milih menatap ke depan tanpa menoleh. Jujur, pikiran kalut dan ruwet saat ini. Ayunan kaki kupercepat, agar segera sampai di ruanganku. Razka asistenku pun tak pernah jauh, ia selalu setia mengiringi langkahku di belakang.Pintu kaca kudorong, segera menuju sofa dan menghempaskan tubuhku di sofa kulit berlapis bisa empuk itu. Melepas penat dan letih, yang tak cuma mendera tubuh namun juga pikiran.Tak ada ukiran senyum diwajah ku dan lelaki itu, kami yang baru pulang dari tempat pertemuan, dimana proyek kerjasama diajukan dan pengumuman perusahaan mana saja yang mendapatkan proyek untuk kerjasama dengan perusahaan mereka.Untuk yang kedua kalinya mengalami kegagalan mendapat proyek be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status