Share

Ketika Istri Sudah Mati Rasa
Ketika Istri Sudah Mati Rasa
Author: Alexa Alvaren

Bab 1

"Apa? Kamu mau ikut ke acara ulang tahun perusahaan! Jangan mengada-ada. Nggak sadar apa, badan mu berlemak di mana-mana. Yang ia aku malu! Sudahlah! urus saja rumah dan jaga Anggia!" cerocos Ryan tanpa memikirkan perasaanku kala itu, dengan wajah kesal diiringi senyum cemooh.

Ya, setelah melahirkan Anggia anakku, aku lebih memilih memberi Anggia ASI dari pada minum susu formula. Inilah yang membuat nafsu makanku tak bisa terkontrol, akibatnya berat badanku naik diikuti perubahan bentuk tubuhku yang langsing menjadi sebesar karung beras.

Aku harus fokus merawat, memberi asi dan membesarkan anak kami Anggia dengan tanganku sendiri. Bahkan untuk memasak dan membersihkan rumah besar ini pun kulakukan sendiri disela-sela Anggia tertidur. Dengan alasan masakan dari tangan istri lebih nikmat, karena dimasak dengan cinta. Kata-kata mutiara itu yang membuatku terbuai dan mau melakukan semua ini sendiri. Bodohnya aku!.

Padahal, bukannya aku nggak sanggup membayar baby sister satu atau dua orang untuk menjaga anakku, namun keinginan Mas Ryan yang ingin anaknya diasuh dan dididik olehku sendiri tanpa campur tangan baby sister. Aku yang dasarnya istri yang penurut merasa senang diberi kepercayaan besar seperti itu, meski kutahu akan terasa sangat merepotkan. Bodohnya aku kala itu, yang begitu mencintainya dan membuatnya berlindung dari harta kekayaan orang tuaku.

Rupanya itu semua hanya alasan dan rencana busuknya saja, agar aku tetap berada di rumah dan ia dengan leluasa bertindak semaunya dengan uang dan aset perusahaan yang dibangun orangtuaku dengan susah payah. la hanya meneruskan saja tanpa harus bekerja keras memutar otak bagaimana perusahaan bisa maju dan berjalan terus. Ia lakukan itu agar bisa leluasa bermain dengan kenikmatan dan kemewahan yang kuberi untuknya.

Untungnya, aku tak pernah melepas

pengawasanku terhadap perusahaan begitu saja. Sesuai amanat papaku dahulu.

"Bagaimanapun dan apapun alasannya jangan terlalu mudah percaya begitu saja, meski ia adalah pasanganmu." Ternyata, ucapan almarhum Papa ku terbukti.

Dengan bantuan orang dalam yang masih menjadi tangan kananku, akhirnya aku harus menelan pil pahit saat mendapat kabar tentang perselingkuhannya. Sesaat lalu duniaku terasa runtuh mendengarnya. Lutut ku bergetar dan air mata keluar deras dari kedua netra yang membulat saat mendapatkan kiriman Vidio suamiku duduk mesra dengan seorang wanita yang tidak terlihat jelas wajahnya karena dihalangi pot bunga besar, di cafe yang digunakan sebagai pajangan semata. Air mataku lolos begitu saja membasahi pipi yang memang belum sempat tersentuh make up.

Bisa saja aku bertanya pada orang kepercayaan ku itu, siapa wanita simpanan suamiku. Tapi kala itu aku kalut dan syok. Hingga aku lupa menanyakannya.

Sakit hatiku kala itu jangan ditanya. Dunia ku seakan berhenti berputar, cinta yang ku jaga dan dia yang ku puja berubah menjadi rasa benci yang membuncah. Laki-laki bergelar suami itu berhasil meluluh lantakkan semuanya. Terlalu dalam luka ini, luka tak berdarah tetapi meradang parah.

Pantas saja, dua bulan belakangan ini suamiku sangat berubah. Tak ada kecupan mesra atau ucapan manis yang keluar dari bibirnya saat berangkat kerja maupun disaat bangun pagi, seperti dulu. Tatapan yang dulu teduh kini bagai belati yang siap menghujam ke arahku setiap waktu. Bahkan kini, selalu cemoohan dan umpatan kasar yang membuat indera pendengaran ku panas dan sesak dihati.

Aku akan diam saja? Tentu tidak. Akan ku buat ia dan selingkuhannya itu menyesal sampai nangis darah. Aku nggak akan bersikap bar-bar pada suami pengkhianatku itu. Akan kucari tau, siapa wanita yang membuatmu melupakan janji suci pernikahan kita. Aku akan bermain cantik membalas dendam sakit hatiku dikhianati.

***

Ku pandangi tubuh tinggi tegap, berbadan elastis dengan rambut klimis yang selalu tersentuh Pomade. Jam tangan bermerk hadiah yang kuberikan saat ulang tahun pernikahan kami yang pertama melingkar di pergelangan tangannya, gaya yang dulu sederhana kini terlihat parlente. Kini suami pengkhianat ku sedang tertidur pulas dikamar tamu. Ya, sudah hampir empat Minggu ia lebih memilih tidur di kamar tamu.

Akhir-akhir ini setiap ucapannya berhasil membuat indera pendengaran ku panas saat mulutnya dengan mudah menghina bobot tubuhku yang dijadikannya alasan nggak betah berlama-lama di rumah. Ya, bayangan Vidio perselingkuhan suamiku kembali melintas di pikiranku.

Ku menghela napas panjang, mengingat kejadian beberapa jam lalu. Setelah buang air kecil jiwa kepoku berontak, ingin mengintip kekamar sebelah apa suamiku itu sudah pulang atau belum.

Aku keluar kamar menuju kamar tamu di sebelah kamarku. Ku buka pelan pintu kamar tamu. Kini lelaki itu sudah teronggok tidur disana. Entah jam berapa ia tiba di rumah. Aku tidak tahu. Suami pengkhianat ku itu leluasa keluar masuk rumah peninggalan orangtuaku yang kini kami tempati karena ia juga memiliki kunci duplikat yang sengaja dibuat. Katanya dulu, agar tidak mengganggu aku tidur saat ia pulang larut malam.

Sudah tak ada lagi saling bicara atau komunikasi seperti dulu, aku dan Mas Ryan bagai orang asing di rumah tangga kami.

Teringat akan Vidio kiriman orang kepercayaan ku kemaren. Tak terasa air mata bening meluncur begitu saja di pipi. Ku usap cepat air bening yang sempat singgah di wajah yang jarang tersentuh make up dan skincare. Bukan nggak sanggup membeli, hanya kadang nggak sempat menyapukannya di wajah karena badan yang terlalu lelah.

Ponsel pintarnya teronggok di atas nakas sebelah ranjang tidurnya. Jujur, aku penasaran isi pesan W******p dan siapa saja yang menghubunginya. Ponsel pintar itu seakan menggodaku untuk terus melihat isi dalamnya.

Ku beranikan diri menyambar ponsel suami pengkhianat ku itu, dengan langkah pelan aku bawa keluar ponselnya. Dengan mudah ku buka kunci layar ponsel, karena memang aku yang dulu membuatkannya.

Layar depan yang dulu adalah potret pernikahan ku dan Mas Ryan. Kini berubah menjadi potret dirinya yang berdiri gagah di depan mobil Fortuner milikku. Aku hanya bisa mendengus kesal.

"Akan ku urus nanti saja yang ini," lirihku.

Aplikasi berlogo hijau sasaran utama ku. Nama tak asing bertengger paling atas di aplikasi W******p dilayar ponsel suamiku bahkan tersematkan. Syntia Darling' nama depan yang cukup familiar dimata dan ingatanku.

Jantungku berdegup kencang. Nafasku sesak. Tapi aku aku harus bertindak cepat sebelum suamiku sadar kalau ponselnya berpindah tangan. Ia terlihat menggeliat, membelakangi ku dan memeluk guling. Dadaku sempat kembang kempis, karena takut kepergok.

Suami tampan yang ku angkat derajatnya ternyata sedang bermain api di belakangku. Parahnya lagi ternyata perempuan selingkuhannya adalah sahabat yang ku angkat derajatnya dari kemiskinan. Kedua manusia sampah itu, seakan lupa siapa aku ini?.

Tanganku mengepal kuat, dadaku terasa bergemuruh, sungguh tidak menyangka suami yang ku puja dan kucinta ternyata berselingkuh dengan sahabatku sendiri. Sahabat yang sudah seperti saudara buatku. Sahabat tempat aku berkeluh kesah. Ternyata.....

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
yg punya perusahaan kamu tapi suami mu lebih berkuasa dan selingkuh lagl. itu otak sebagai istri masih waras. kebanyakan bacot kau nyet
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status