Home / Rumah Tangga / Ketika Istriku Balik Melawan / Bab 2 Keluar Tanpa Suara

Share

Bab 2 Keluar Tanpa Suara

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2024-12-10 11:06:56

Maya berusaha menahan air matanya saat kembali ke ruang pesta. Senyum tipis terpasang di wajah. Mencoba menyembunyikan badai yang sedang berkecamuk di hatinya. Tetapi setiap tawa dan percakapan Bima dan Nina yang dia dengar, masih menggema jelas di dalam kepala Maya.

Di sudut ruangan, Sulastri sibuk mengobrol dengan tamu-tamu lainnya, sementara Harjono berdiri di tengah ruangan, menerima ucapan selamat dari para tamu. Maya mendekat ke meja minuman, mengambil segelas air, dan mencoba menenangkan diri.

Dari kejauhan, Maya melihat Bima masuk ke ruangan bersama Nina. Mereka tampak akrab, berbicara dengan ekspresi santai. Seolah tidak ada yang salah dengan kedekatan mereka. Nina bahkan tertawa sambil memegang lengan Bima.

Maya meneguk airnya dengan cepat, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. Mendadak kepalanya pusing dan penglihatannya mulai kabur.

“Maya?” Suara Sulastri terdengar sedikit nyaring. “Kenapa kamu berdiri saja di sana? Cepat bawa minuman untuk tamu-tamu di meja utama,” perintah ibu mertua itu.

Maya meletakkan gelasnya ke meja dengan cukup keras. Dia muak, namun tidak bisa melawan. Meski setengah hati, nyatanya Maya tetap berangkat memenuhi permintaan ibu mertuanya itu.

"Ah, ini menantu Harjono, ya?" tanya salah satu tamu, seorang pria paruh baya dengan setelan jas mahal sambil tersenyum kecil. "Beruntung sekali ya, menikah dengan anak pertama keluarga Santoso,"

Maya menahan napas, hanya membalas dengan senyuman hambar. Namun, di dalam hati, komentar itu menusuk lebih dalam dari yang dia duga. Apakah semua orang hanya melihat dirinya sebagai seseorang yang beruntung mendapatkan Bima? Sementara dialah yang menggadaikan harta warisan almarhum kedua orang tuanya demi membiayai kesuksesan Bima. Tanpa siapapun tahu.

"Maya," panggil Bima. "Ke sini sebentar,"

Maya menoleh, melihat Bima berdiri di dekat Nina yang masih tersenyum santai. Jantung Maya berdetak cepat, tapi dia memaksakan diri untuk mendekat.

“Kenalkan, ini Nina,” kata Bima sambil menoleh ke arah wanita di sampingnya. “Teman lama waktu di kampus dulu,”

Nina mengulurkan tangan dengan senyum manis. "Oh, jadi ini Maya? Senang akhirnya bisa bertemu. Bima sering cerita tentang kamu,"

Maya menatap tangan Nina, lalu perlahan menjabatnya. “Senang bertemu denganmu juga,” jawab Maya pelan. “Bima cerita banyak tentangku?”

“Oh, tentu saja,” Nina tertawa kecil, melirik ke arah Bima. “Dia bilang kamu istri yang baik,”

Maya hanya tersenyum tipis. “Bukankah semua istri harus baik?”

Nina melanjutkan pembicaraan, seolah-olah tidak ada hal yang salah. “Kamu tahu, Bima dulu sangat populer di kampus,” ujar Nina sambil tertawa kecil. “Banyak yang iri padaku karena kami dulu sangat dekat,”

Maya merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. “Benarkah?” Suaranya terdengar lebih datar dari yang dia harapkan.

“Ah, tapi itu dulu,” Nina menjawab cepat, melambai seolah-olah itu bukan hal besar. Meski jelas ada raut kecewa di wajahnya. “Sekarang aku hanya kagum melihat dia sudah punya keluarga yang bahagia,”

Maya melirik ke arah Bima, yang hanya tersenyum tipis tanpa memberi tanggapan. Semakin Maya amati, jarak Bima dan Nina semakin dekat. Seakan Ninalah pendamping Bima.

“Senang bertemu denganmu, Maya. Kita pasti harus ngobrol lebih banyak nanti,” tukas Nina. Meminta izin untuk bergabung kembali dengan tamu lain.

“Kenapa kamu tidak pernah cerita soal Nina?” tanyanya pelan, matanya menatap Bima dengan penuh tanya.

Bima mengangkat bahu, memasang ekspresi santai yang hanya membuat Maya semakin kesal. “Dia cuma teman lama,”

“Tapi kenapa kamu terlihat begitu akrab dengannya?” Suara Maya sedikit bergetar.

Bima mendesah, lalu menatap Maya dengan ekspresi lelah. “Kamu terlalu sensitif. Tidak semua hal harus jadi masalah,”

Maya berbalik, meninggalkan Bima tanpa menunggu jawaban. Dia berjalan menuju kamar kecil, berusaha keras menjaga air matanya agar tidak jatuh di depan orang lain.

***

Pagi itu Maya melangkah keluar dari mobil dengan sebuah bingkisan di tangan. Isinya adalah teh impor favorit Sulastri yang Maya pesan khusus dari luar negeri. Dia tahu hubungannya dengan ibu mertuanya itu selalu dipenuhi ketegangan, tetapi dia berpikir mungkin dia belum cukup berusaha.

Saat dia masuk ke teras depan, suara tawa dari ruang keluarga terdengar. Maya berhenti sejenak, mengatur napasnya sebelum melangkah masuk.

"Ibu," sapa Maya dengan senyum lembut, sambil mendekati Sulastri yang sedang duduk di sofa dengan Vina. "Aku bawa ini untuk Ibu. Ibu pernah bilang suka teh dari Jepang,"

Sulastri melirik bingkisan itu dengan alis terangkat, lalu mengambilnya tanpa senyum. “Teh, ya?” gumamnya sambil membuka kotak. Sulastri memandangi isinya sebentar, lalu meletakkannya di meja tanpa banyak komentar.

"Terima kasih, Maya," jawab Sulastri, tapi nadanya datar.

“Kak Maya perhatian sekali, ya, Bu,” seru Vina.

Namun, Sulastri hanya tersenyum kecil. "Tapi, ya... perhatian saja tidak cukup, kan?" kata Sulastri. Melirik Maya dengan lirikan menyindir. "Sudah lima tahun menikah, seharusnya dia sudah tahu apa yang paling penting bagi keluarga ini,"

Maya merasa wajahnya memanas. Tapi dia memaksakan untuk tetap tersenyum. Dia tahu maksud Sulastri—masalah anak. Topik itu lagi.

Belum sempat Maya menjawab, suara ketukan di pintu menggema di ruangan itu. Seorang pembantu segera membuka pintu.

"Selamat pagi, Tante Sulastri!" Nina masuk dengan membawa dua kotak besar di tangannya. Aroma harum masakan langsung memenuhi ruangan.

"Oh, Nina! Masuk, sayang," Sulastri langsung berdiri, wajahnya berubah cerah seketika. Ia berjalan mendekati Nina, membantu membawa salah satu kotak.

Maya hanya bisa berdiri diam di tempat, menyaksikan bagaimana Sulastri menyambut Nina dengan hangat.

“Aduh, apa ini? Harum sekali,” tanya Sulastri sambil membuka salah satu kotak.

“Aku yakin Tante sekeluarga pasti suka!” jawab Nina sambil tersenyum manis. “Aku ingat dulu waktu sering main ke sini, Tante suka sekali opor ayam buatanku. Jadi, kupikir, kenapa tidak masak untuk keluarga besar saja?”

“Kamu memang selalu tahu cara membuat orang senang!” Sulastri tertawa, menepuk bahu Nina. “Tidak seperti ... ya, tidak semua orang sepeka ini,” 

Kalimat itu tidak diarahkan langsung pada Maya, tetapi jelas siapa yang dimaksud. Maya merasakan sesak di dadanya. Namun dia berusaha untuk tetap tersenyum.

“Kamu memang calon istri idaman, Nina,” celetuk Sulastri lagi. “Sayang sekali kamu belum menikah,”

“Siapa tahu ada yang berjodoh,” timpal Vina, melirik ke arah Sulastri yang tersenyum penuh arti.

Maya tahu dia tidak bisa lagi tinggal di ruangan itu. Dengan alasan ingin ke dapur untuk mengambil air, dia keluar tanpa suara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 121 Neraka

    Bima yang baru saja keluar dari ruang meeting, mengangkat telepon dari ibunya. “Halo, Ma…”“Bim, Mama cuma mau tanya, kamu baik-baik saja, kan?” tanya Sulastri. Suaranya terdengar pelan, penuh perhatian. Di ujung sana, dia duduk di ruang tengah sambil memperhatikan Abi dan Angel bermain dari kejauhan.Bima menarik napas dalam. Dia menatap jendela kantor yang memperlihatkan langit siang yang terik. “Aku baik, Ma. Hanya butuh waktu saja untuk menerima semuanya,”Sulastri diam sejenak. “ Vina tadi sempat bicara. Dia mempertanyakan soal Abi. Tentang statusnya, dan kenapa masih ada di sini,”Bima terdiam. Hatinya berdenyut tak nyaman.“Aku tahu ini bukan hal yang mudah,” lanjut Sulastri. “Tapi Mama cuma mau memastikan kamu siap menghadapi semuanya, Bim. Termasuk pertanyaan orang-orang. Abi memang bukan darahmu, tapi dia tetap anak yang butuh kasih sayang. Yang dia tahu kamu adalah—”“Aku tahu,” potong Bima cepat. “Terima kasih sudah menjaga Abi, Ma. Tapi untuk sekarang, kurasa dia lebih am

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 120 Penuh Kebanggaan

    Bima melangkah masuk ke ruang kerjanya di kantor yang sempat kosong selama beberapa hari. Beberapa staf menyambutnya dengan senyum kaku, tidak berani bertanya.“Selamat pagi, Pak Bima,” sapa para staf. Meski banyak diantara mereka yang cukup penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.Raka yang sedang sibuk di depan layar komputernya, mendongak terkejut ketika melihat Bima lewat di hadapannya sebelum melangkah masuk ke ruang kerja dengan tenang.“Mas Bima?” panggil Raka. Berdiri dari kursinya. “Kamu sudah masuk lagi?”Bima mengangguk kecil. “Terlalu banyak yang harus dibereskan di kantor,”Raka maju beberapa langkah, masih dengan ekspresi bingung. “Tapi … bagaimana kabar Nina?” bisiknya.Bima tersenyum tipis. “Kamu tahu dia sedang tidak bersamaku, kan?”Raka menatap kakaknya lama, sebelum akhirnya mengangguk ragu. “Kalau begitu, aku siap membantu apapun yang kamu butuhkan,”Bima menepuk bahu Raka pelan. “Kamu sudah membantu banyak,” timpalnya. “Bagaimana Abi? Apa dia mencariku?”“Di

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 119 Bukan Salahmu

    Rumah besar itu sunyi, seolah kehilangan napas setelah semua kekacauan yang berlangsung tadi. Abi sudah tertidur di kamarnya, setelah susah payah Sulastri mencoba untuk mengalihkan fokusnya pada Nina.Bima duduk di ujung sofa, membungkuk. Wajahnya tertutup kedua tangan. Napasnya berat, seolah menahan beban yang sudah terlalu lama menghimpit dadanya. Setelah memastikan Abi benar-benar terlelap, Sulastri kembali ke ruang tengah dan menatap Bima yang kini tampak begitu rapuh.“Sekarang kamu sendirian di rumah ini, Bim,” tukas Sulastri. “Apa rencanamu selanjutnya?”Bima mengangkat wajahnya perlahan. “Ma, aku belum bisa. Aku belum sanggup menjaga Abi, setelah semua yang terjadi. Setelah mengetahui kebenarannya,” Suaranya parau. “Kumohon… bawa Abi… bawa Abi tinggal bersama Mama untuk sementara waktu, sampai—”“Kamu yakin?” sambar Sulastri. Bima mengangguk perlahan. Nyaris seperti orang yang sedang menahan tangis. “Aku hanya takut dia menjadi korban dari semua kekacauan dan kebohongan ini.

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 118 Yang Tersisa

    Bima berdiri di ujung tangga. Tatapannya terbelah dua—antara ibunya yang berdiri dengan tubuh bergetar karena marah, dan Nina yang berdiri kaku di dekat pintu. Matanya merah tapi rahangnya mengeras."Ada apa ini?" tanya Bima, matanya langsung menajam ke arah ibunya. "Ma, kenapa Mama teriak-teriak seperti ini?"Sulastri mengangkat wajah. “Bima... Mama tidak bisa diam lagi. Mama tidak bisa terus berpura-pura semua baik-baik saja,” Dia melangkah pelan mendekati anaknya, lalu menunjuk Nina. “Perempuan ini sudah menghancurkan hidupmu. Dia berselingkuh. Sama laki-laki itu—Femil!”Bima mengernyit, matanya bergeser ke Nina. "Apa?" gumamnya nyaris tidak terdengar.Nina buru-buru melangkah naik dua anak tangga. Mendekat pada Bima, mencoba meraih tangannya. “Sayang, jangan dengarkan Ibu! Dia salah! Dia hanya mau memecah kita!”Sulastri menepis tangan Nina sebelum sempat menyentuh putranya. “Kamu jangan sentuh anakku lagi!” bentaknya. “Femil sudah ditangkap karena mencoba membunuh Maya! Dan sebel

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 117 Bermain Kotor

    Pagi yang biasanya tenang di kantor Bima berubah tegang saat dua orang polisi berpakaian sipil datang dan langsung menuju ruangannya. Para pegawai saling bertukar pandang, bertanya-tanya dalam diam. Bima yang sedang duduk di balik meja, menatap tamunya dengan alis terangkat. Meski tetap menyambut dengan tenang.“Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sopan.Salah satu polisi menunjukkan lencananya. “Kami dari satuan investigasi tindak kriminal ekonomi. Kami ingin meminta waktu Bapak sebentar untuk memberikan keterangan. Terkait kasus saudara Femil Arzeta,”Bima sempat terdiam, wajahnya mengeras. “Silakan duduk. Keterangan seperti apa yang Anda butuhkan?”Polisi itu mengeluarkan map dari tas dan meletakkannya di atas meja. “Femil menyebut nama Anda dan istri Anda, Nina, dalam pengakuannya. Dia mengatakan bahwa selama beberapa waktu terakhir, aktivitasnya—termasuk transaksi finansial—berkaitan dengan istri Anda. Bahkan ada dugaan bahwa dana milik Anda disalahgunakan untuk kepentingan priba

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 116 Selalu Ada

    Maya menoleh, melihat Reza berdiri di antara dirinya dan Femil yang kini terkapar di tanah. Wajah Reza merah padam, matanya menatap Femil dengan marah.Femil meringis, mencoba bangkit. Tapi Reza sigap menginjak lengannya, mencegahnya mengambil kembali pisaunya.“Kau pikir bisa lolos setelah mencoba membunuh Maya?” bentak Reza.Femil menyeringai, meski napasnya tersengal. “Aku tidak akan pernah berhenti,”Reza mengepalkan tinju, tapi Maya buru-buru menarik lengannya. “Jangan, Reza. Kita harus melaporkannya ke polisi,”Mata Reza masih penuh amarah, tapi dia mengangguk. Dia meraih ponselnya, bersiap menghubungi pihak berwenang.Tepat ketika Reza hendak menelepon polisi, Femil tiba-tiba bergerak cepat. Dengan kekuatan yang tak terduga, dia meraih pisaunya kembali dari tanah dan menyerang Reza.“Reza, awas!” teriak Maya panik.Reza sempat menoleh, tapi Femil sudah lebih dulu melayangkan pisaunya ke arah dada Reza.Reza menghindar ke samping, tapi pisau itu tetap berhasil menggores lenganny

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 115 Ikut Campur

    Raka tampak semakin gelisah. Sejenak dia mengelus tengkuk, seakan mencoba untuk menata hati sebelum bicara."Maya, aku butuh perlindunganmu," ujar Raka.Maya mengernyit. "Perlindungan?"Raka mengangguk, ekspresinya tegang. "Aku akan mengungkap sebuah rahasia. Rahasia yang bisa membuatku dalam bahaya,"Jantung Maya berdegup lebih cepat. "Apa maksudmu? Rahasia apa?"Raka menatapnya dalam-dalam. Lalu menunduk sesaat seolah sedang mempertimbangkan kata-katanya. "Ini soal Nina… dan sesuatu yang lebih besar dari itu,"Maya bisa merasakan ketakutan dalam suara Raka. Dia bukan pria yang mudah takut. Tetapi kali ini, wajahnya menunjukkan kecemasan."Aku akan memberitahumu semuanya sekarang. Aku tahu sesuatu yang akan mengubah segalanya," lanjut Raka. "Dan aku butuh tempat yang aman. Aku tidak bisa pulang ke rumah. Femil sudah mengancam akan membunuh istri dan anakku jika aku buka mulut,"Maya mengepalkan tangannya di atas meja. “Apa yang kamu tahu?”Raka menarik napas dalam-dalam sebelum menja

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 114 Membuka Percakapan

    Femil berdiri dengan santai. Senyum tipis penuh kemenangan terukir di wajahnya. Sementara Nina menyilangkan tangan di dada, memandang Maya dengan tatapan penuh kebencian.“Pergilah. Jika kau masih sayang nyawamu,” ancam Femil sekali lagi.Maya menatap keduanya dengan tajam sebelum menghembuskan napas panjang. Dia melangkah mundur, lalu berbalik menuju pintu keluar.Saat tangan Maya menyentuh kenop pintu, dia berhenti sejenak dan berkata tanpa menoleh. “Aku akan mendapatkan rumahku kembali, entah bagaimana caranya. Nikmati kemenangan sementara kalian,”Setelah itu, Maya membuka pintu dan melangkah keluar tanpa menoleh lagi.Begitu Maya benar-benar pergi, Nina berbalik dan langsung meraih tubuh Femil. Melingkarkan lengannya di leher pria itu. Senyum kemenangan terukir di wajahnya.“Kita berhasil menyingkirkannya,” pekik Nina, tubuhnya menempel erat pada Femil.Femil terkekeh, tangannya otomatis melingkari pinggang Nina. Menariknya lebih dekat. “Tentu saja. Aku akan melakukan apapun untu

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 113 Mengganggu Nina

    Maya menekan bel. Butuh beberapa saat sebelum pintu terbuka, dan sosok yang muncul di hadapannya adalah seseorang yang sudah tidak asing lagi—Nina.“Maya?” Nina terdengar terkejut, alisnya berkerut. Jelas, dia tidak menyangka Maya akan datang.Maya menatap Nina tanpa gentar. “Aku datang untuk mengambil kembali rumahku,”Nina tertawa sinis, menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu dengan tangan terlipat di dada. “Rumahmu? Rumah ini milik Bima sekarang. Kau tidak punya hak lagi di sini,”Maya menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan amarahnya. “Rumah ini masih atas orang tuaku. Aku tidak pernah menyerahkannya secara legal pada siapa pun. Jadi, aku akan mengambilnya kembali,”Mata Nina membulat. “Kau pikir semudah itu? Bima yang tinggal di sini, aku istrinya, jadi—”“Tidak ada hubungannya,” potong Maya tajam. Nina terdiam, rahangnya menegang. Sejenak ekspresi panik terlihat di wajahnya. Sebelum dia kembali memasang senyum liciknya.“Dengar, Maya. Aku tidak peduli. Yang jelas, rumah ini s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status