Share

Bab 8

POV HABIB…

Kini aku sudah sendiri dan bisa bebas mencari pengganti Sheila, tetapi permasalahannya aku masih sering mencari Sheila karena tidak terbiasa hidup sendiri. Tidak ada lagi yang membuatkan aku sarapan, tidak ada lagi yang membuatkan ku bekal, tidak ada lagi yang membersihkan rumah, tidak ada lagi yang mencucikan bajuku dan tidak ada lagi yang menemani tidurku. Kini aku hanya bisa menikmati kehidupanku penuh kesendirian.

"Permisi, saya boleh duduk disini mas. Soalnya tempat duduk yang lain sudah penuh," sapa seorang wanita cantik berambut cokelat yang membuyarkan lamunanku.

"Eh, iya silahkan Mbak," sahutku mempersilahkan nya duduk.

Wanita itu terus menatapku sambil tersenyum, aku mencoba melihat diriku apa mungkin ada sesuatu yang aneh? Akan tetapi tidak ada sedikitpun yang aneh dari diriku. Aku mencoba memberanikan diri untuk menegurnya, rasanya aku sangat risih dan menjadi salah tingkah jika diperhatikan seperti itu.

"Mbak kenapa liatin aku seperti itu ya? Apa ada yang aneh denganku?"

"Eh, maaf Mas kalau saya buat Masnya jadi risih. Soalnya saya belum pernah liat cowok setampan Mas," sahutnya cengengesan.

Aku hanya tertawa kecil menanggapi ucapannya, ia sangat jujur dan lucu menurutku. Tidak butuh waktu lama kami menjadi akrab, dan entah mengapa aku menjadi nyaman dengannya. Kami saling bertukar nomor ponsel dan juga alamat rumah.

"Mbak kerja dimana kalau boleh tau?" tanyaku sedikit penasaran.

"Saya masih sekolah Mas, baru mau lulus SMA tahun ini."

Aku sangat terkejut mendengarnya, bagaimana bisa aku dekat dengan bocah belasan tahun itu, sementara umurku sudah menginjak kepala tiga.

"Jadi umurmu belum ada dua puluh tahun?"

"Hehehe, umurku masih delapan belas tahun Mas," sahutnya malu-malu.

Mendengar ucapannya aku tertawa kecil, dan entah mengapa aku malah semakin tertantang untuk mendekatinya. Baru kali ini aku dekat dengan wanita yang umurnya jauh dibawahku, apa lagi sekarang aku sudah menyandang status duda. Aku menatap arloji yang melingkar di pergelangan tanganku, jam sudah menunjukan pukul dua tepat, jam makan siang ku sudah habis dan aku harus bergegas kembali ke kantor.

"Maaf nih saya duluan ya, jam makan siang saya sudah habis. Nanti aku hubungi kamu Dek," ucapku pada gadis belia itu.

"Iya Mas," sahutnya sembari tersenyum tipis. Senyumannya benar-benar manis sampai membuat jantungku berdegup kencang.

Dengan cepat aku melangkah pergi sambil melambaikan tangan ke arah gadis itu, karena tidak memperhatikan jalan sampai-sampai aku menabrak seseorang yang mau masuk ke dalam cafe tersebut.

"Maaf Mbak saya gak sengaja," ucapku pada seseorang yang ku tabrak, saat aku melihat wajahnya betapa terkejutnya aku seseorang itu adalah Sheila. Ia berpenampilan sangat berbeda dari biasanya, sangat cantik dan menawan tidak seperti dulu saat masih bersamaku. Padahal baru tadi malam dia pergi dari rumahku, bisa-bisanya sekarang penampilannya sudah berubah total.

"Sheila?"

"Siapa ya?" ucapnya seolah tidak mengenalku, ia langsung berlalu pergi meninggalkan ku dan menghampiri seorang pria yang tidak ku kenal. Aku mematung menatap pemandangan yang membuat hatiku terbakar, dengan murka aku menghampiri mereka dan langsung menggebrak meja. Aku tidak lagi memperdulikan orang-orang disekitarku, kini aku hanya ingin mendapat penjelasan dari Sheila.

"Dia siapa Shel? Secepat itu kamu melupakan ku dan mendapat penggantiku!" Aku berteriak sekeras mungkin, tetapi Sheila malah berlalu pergi sambil menggandeng lengan pria asing tersebut.

"Ayo Bang kita pergi, ada orang gila disini." Aku sangat murka mendengar ucapan Sheila yang sangat menyakitkan hati, dengan cepat kutarik tangannya dari genggaman pria tersebut.

"Shel, kamu gak bisa giniin aku! Aku gak terima kalau kamu secepat ini mendapat penggantiku, bahkan surat cerai kita juga belum diurus kamu sudah kegatelan dengan pria lain!"

"Maaf ya Mas, jangan kasar sama perempuan dong," sela pria asing yang bersama Sheila.

"Kamu gak usah ikut campur!" Aku menunjuknya seolah tidak suka, ya memang aku tidak suka melihat mantan istriku dekat dengan pria lain.

Sheila mendorong tubuhku hingga tersungkur di lantai, aku tidak pernah tahu mengapa ia bisa sekuat itu melawanku. Apa karena selama ini aku selalu membiarkan nya mengerjakan semua hal sendiri, hingga ia menjadi sangat kuat.

"Secepatnya aku bakalan urus surat cerai kita, dan aku peringati jangan pernah ikut campur urusanku. Kalau kita bertemu anggap aja kita gak kenal!" seru Sheila tajam dan menusuk. Ia pergi berlalu begitu saja meninggalkanku, aku benar-benar terlihat sangat menyedihkan kala itu. Gadis yang baru aku kenal tadi langsung membantuku saat Sheila sudah pergi, ia menawarkan untuk mengantarkan ku pulang, tetapi aku menolak. Kini aku hanya ingin sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status