Share

8. Gamal Si Kepala Gengster

Klinik tempat Daisah memeriksakan kehamilannya tidak terlalu banyak pasien yang berobat, sehingga tidak terlalu lama di sana, mungkin hanya sekitar 30 menit.

Setelah membelikan Bisma jajanan makanan kecil, Daisah pun kembali menaiki ojek yang sama dengan saat dia berangkat tadi, Mang Burhan, tukang ojek yang memang biasa mangkal tidak jauh dari pintu masuk perumahan mereka tinggal.

Jalan raya menuju ke arah arah rumahnya memang tidak terlalu bagus, masih banyak terdapat lubang-lubang di kanan kiri jalan, bahkan juga banyak terdapat retakan aspal. 

Kurang lebih 300 meter lagi Daisah sampai ke depan komplek perumahan bertepatan dengan sebuah kendaraan jepp dari arah berlawanan dengan kecepatan yang lumayan tinggi untuk ukuran jalan hancur seperti ini. Menyetirnya terkesan ugal-ugalan, sampai Mang Burhan meminggirkan motornya karena ngeri saat mobil tersebut berjalan cepat di jalan yang berukuran kecil.

"Dasar tidak punya otak...!" umpat Mang Burhan, saat mobil itu melintas di samping motor miliknya yang sengaja dia hentikan.

Firasat Daisah menjadi terasa tidak enak. Dia merasa seperti akan ada peristiwa buruk yang akan menimpa keluarganya.

"Astagfirullah aladzim". Beristigfar pelan Daisah, sambil mengusap-usap rambut anaknya Bisma. 

Ojek motor yang dia tumpangi memasuki gerbang perumahan yang Daisah tempati. Sudah terlihat oleh Daisah, asap berwarna hitam pekat dari arah jalan raya, yang sepertinya berasal dari komplek dia tinggal. Saat motor Mang Burhan akan berbelok menuju deretan blok rumahnya.

"Duuaarrr....!!!"

Ledakan hebat dari arah depan mereka. Mang Burhan yang terkaget, reflek mengerem motornya secara mendadak, hingga Daisah dan Bisma sampai terlonjak.

“Ya Allah … apa itu, Mang?”

"Tidak tahu Neng, tapi sepertinya tidak jauh dari rumah Eneng?"

"Astagfirullah aladzim!! Anak saya ada di rumah sendiri, Mang. Cepetan Mang," ujar Daisah panik, dan Mang Burhan kembali menjalankan motor tuanya.

Suara ledakan yang cukup kencang tersebut, membuat warga perumahan dan warga kampung di sekitarnya berhamburan, guna mencari tahu dari mana suara ledakan itu berasal. Terlihat asap yang masih mengepul adalah sebagai penandanya. 

sebagian besar orang-orang dewasa berlari mendekati yang ternyata tepat berada di depan rumah Daisah. Yang langsung berteriak melihat rongsokan sebuah motor masih terlihat terbakar, walaupun api sudah tidak terlalu besar lagi, tetapi asap hitam semakin mengepul tebal.

Beberapa orang menahan Daisah untuk masuk ke rumah, karena dikhawatirkan akan terjadi ledakan susulan. 

"Anak saya Sadewa masih berada di dalam, Pak!" jerit Daisah, panik dan ketakutan. Tetapi warga melarangnya untuk masuk, karena malah akan mencelakakan Daisah. Bisma menangis kencang, memanggil-manggil Sadewa.

Beberapa warga yang lain berinisiatif mencoba memadamkan api dengan menyiramkan air apa saja ke  motor yang terbakar, dan untung saja, rumah yang Daisah tempati tidak ikut terbakar. Hanya rumput dan tanah sebagian terlihat menghitam.

Daisah dengan ditemani oleh beberapa warga segera ke dalam rumah, dia benar-benar khawatir dengan keadaan Sadewa.

Daisah berteriak saat mendapati Sadewa terkapar di lantai. Beberapa warga mencoba untuk membantu memadamkan, dan memastikan kepada Daisah jika putranya Sadewa hanya pingsan.

"Tenang, Mbak, tenang. Putra Mbak tidak apa-apa." Tetapi tetap saja sebagai seorang ibu, rasa khawatir terhadap kondisi putranya tetap ada.

Keadaan mulai kembali normal. Beberapa warga pun sebagian sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Sadewa yang dipindahkan ke atas tempat tidur Daisah, tidak beberapa lama mulai tersadar. Dan langsung mendekap dan memeluk ibunya erat, menangis dengan penuh ketakutan.

"Bu! Ibu... Sadewa takut, Bu." jerit Sadewa, tubuhnya sampai bergetar hebat. 

"Kamu kenapa, Nak. Itu yang terbakar motor siapa? Ayah sudah pulang belum, Nak?" tanya Daisah bertubi-tubi, rasa penasaran menyelimuti hati dan pikirannya. Apa yang sedang terjadi terhadap keluarganya?

"A-ayah dipukuli dan diculik orang, Bu," ucap Sadewa, sambil terus memeluk ibunya. Baju yang dikenakan Daisah sudah basah oleh air mata Sadewa, yang masih terlihat gemetar dan ketakutan.

"Astagfirullah aladzim," ucap pelan Daisah, kaget mendengar penjelasan Sadewa. Tetapi Daisah belum paham benar, apa maksud dari putranya tersebut. 

"Diculik? Siapa yang nyulik?"

"Sadewa tidak tahu Bu, tadi ada lima orang berwajah seram yang langsung masuk ke rumah kita. Menyiksa ayah. Terus ayah dibawa pergi sama orang-orang jahat itu," jelas Sadewa lagi, sambil mengusap air matanya.

"Sadewa tidak sedang berbohong, kan?" selidiki Daisah pelan. Belum terlalu yakin dengan keterangan Sadewa, tetapi di sisi lain, putranya ini tidak pernah berbohong kepadanya.

"Demi Allah, Dewa nggak bohong, Bu." Sadewa masih dalam pelukan ibunya. Suara isaknya masih terdengar.

"Yang dibakar itu motor ayah, Buk, orang-orang jahat itu yang bakar."

"Astagfirullah aladzim ... suami hamba ada di mana ya Allah?" ucap pilu Daisah, merasakan kerisauan dan kekhawatiran akan nasib suaminya. 

'Jaga dan lindungi suami hamba ya Allah' pelan berucap Daisah dalam rasa sedih dan khawatir.

"Bu?" tanya Sadewa, seperti hendak memberi tahu sesuatu hal yang sedari tadi coba diingat-ingatnya.

"Apa, Nak?" Daisah mendekatkan wajahnya kepada Sadewa.

"Dewa masih ingat wajah orang-orang itu, Bu? Juga nama orang yang dipanggil abang oleh orang-orang jahat itu," jelas Sadewa, menatap polos ke wajah ibunya.

"Siapa namanya,

"Ga-Gamal, Buk ... Iya, ayah juga memanggil nama orang itu Gamal, lalu ayah dipukul hingga terjatuh," ucap Sadewa, mulai menangis kembali.

"Sudah-sudah, jangan menangis sayang, insya Allah, Ayah tidak apa-apa." Hibur Daisah untuk Sadewa, walaupun itu juga harapan dalam hatinya.

Daisah langsung teringat, jika pernah berkomunikasi dengan suaminya yang menceritakan bahwa suaminya itu sedang menyelidiki kasus peredaran narkoba yang banyak melibatkan  orang-orang penting. Dan Abimanyu sangat ingin membongkar kasus itu. Pekerjaannya sebagai seorang Jurnalis yang meliput bidang kriminalitas membuat jiwanya tertantang untuk mengungkapkan semuanya menjadi berita di media massa tempat dia bekerja.

"Hati-hati, Mas, waspada." Hanya itu yang Daisah sampaikan pada suaminya waktu itu. 

"Orang-orang jahat itu bilang, ayah akan dihabisi oleh mereka, makanya Ayah diculik untuk dihabisi. Dihabisi itu apa, Buk?" tanya Sadewa polos.

"I-ibu tidak tahu, Nak. Doa'kan saja semoga tidak terjadi apa-apa terhadap ayahmu." Wajah Daisah benar-benar menggambarkan kekhawatiran tentang nasib suaminya. 

"Iya Bu. Dewa akan berdoa buat ayah." Daisah mengajak Sadewa untuk turun dari tempat tidur.

Sementara beberapa orang masih di depan halaman rumah Daisah, mereka terlihat sibuk membicarakan tentang motor yang terbakar di depan rumah ini, padahal si pemilik motor tidak ada di rumah.

Beberapa saat Daisah keluar rumah untuk menemui sebagian warga yang masih berkerumun tersebut. Di temani oleh Sadewa, sementara Bisma langsung tertidur sejak pulang dari klinik.

"Mbak Isah, bagaimana motor ini bisa terbakar? Sedangkan Mas Abi tidak ada di rumah?"

Iya, Mbak, sepertinya motor ini sengaja dibakar, bau bensin sekali," ucap salah satu dari warga.

"Putra saya ini juga bilang jika motor ayahnya memang sengaja dibakar orang," jelas Daisah.

"Astagfirullah ... jahat sekali para pelakunya."

Berbagai ucapan kutukan kejahatan itu terdengar dari mulut warga, termasuk juga Pak Sofyan, kepala rukun tetangga perumahan ini.

"Suami saya pun ikut dibawa mereka, Pak," keluh Daisah di hadapan warga yang masih berkumpul. 

"Mereka itu siapa, Mbak Isah?" tanya Pak Sofyan lagi.

"Sadewa bilang, Gamal dan anak buahnya.

"Astagfirullah aladzim." Warga-warga itu berucap berbarengan.

"Kenapa, Pak?" tanya Daisah, yang memang tidak pernah mendengar nama Gamal. 

"Mbak memang tidak tahu siapa, Gamal?" tanya Ilham, warga satu komplek hanya beda blok. Daisah menggeleng.

"Gamal itu preman penguasa kota wilayah Barat Mbak, semacam mafia. Mafia yang memiliki banyak anak buah. Sepak terjangnya sudah sangat ditakuti, tetapi anehnya dia seperti tidak tersentuh hukum."

"Ya, Allah ...," ucap pelan Daisah, semakin khawatir dengan keselamatan suaminya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
dea Alhib
ceritanya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status