Share

Bab 7. Gila Bersih?

Di lain tempat dalam perjalanan pulang, Noah memikirkan apa yang dikatakan Bella selama masuk dan duduk di kursi mobil. Dia tidak menghiraukan apalagi menjawab pertanyaan sekretarisnya. Leo kebingungan apa yang terjadi dengan tuan mudanya padahal belum lama dia pergi dan Noah berada di bar ruang privat yang sudah dia sediakan, tapi Noah keluar sambil mendengys kesal dan terdiam setelahnya.

"Apa menurutmu aku gila kehormatan?"

Mendengar pertanyaan Noah yang tiba-tiba, Leo menoleh sambil memikirkan maksud dari tuan mudanya.

"Bukan Anda yang gila hormat, Tuan. Tapi mereka yang merasa harus menghormati Anda karena Anda layak mendapatkannya," jelas Leo.

"Apa hal itu penting?"

Leo mengerutkan dahi, pertanyaan Noah semakin membuatnya kebingungan dari mana Noah mendapatkan deretan pertanyaan itu, padahal dia baru saja bersenang-senang dengan para wanita.

"Untuk Anda yang sukses, itu harus Tuan." Leo berusaha mengimbangi pertanyaan Noah.

"Apa Kau menyukai hal itu?" tanya Noah lagi.

Leo terdiam, dia tidak bisa mengatakannya meski dia memang tidak menyukai hal seperti itu dengan berlebihan seperti apa yang sering dia lihat terhadap Noah.

Noah juga ikut terdiam, dia mengerti jawaban Leo dan membenarkan ucapan Bella tentang tidak mudah untuk menghentikan mereka yang berburu perhatiannya hingga melakukan hal seperti penghormatan dan penyambutan berlebihan.

"Untuk seterusnya aku tidak ingin ada yang berbaris menyambut aku di kantor," tegas Noah.

Leo terkejut mendengarnya, dia hanya mengangguk tanpa berbalik mempertanyakan penegasan Noah yang tiba-tiba tidak menyukai penyambutan rutin yang dilakukan orang-orang di kantor dan bawahannya yang lain.

Meaki penasaran perubahan Noah terdengar membuatnya ingin tahu alasan Noah menghentikan kegiatan sakral penyambutan dan penghormatan kepadanya tiba-tiba.

Noah juga ingat perkataan Bella tentang seorang pria yang gila kebersihan jauh lebih baik dari pria yang bermain di sebuah bar dengan deretan para wanita membuatnya semakin berpikir keras hingga dia melihat sebuah kotoran debu di tepi mobil membuatnya mengerutkan dahi dan berbicara.

"Untuk selanjutnya aku tidak mau ada debu sedikitpun di dalam mobil pribadiku," tegas Noah lagi.

Leo tidak percaya banyak hal yang terjadi di alami oleh Noah hingga membuat dia belum sempat mencari tahu tentang hal yang membuat Tuan mudanya berubah dalam waktu singkat.

Bukan hanya itu saja, setelah sampai di rumah. Noah memerintahkan beberapa pelayan untuk membersihkan rumah dan halaman terutama kamar agar tidak ada debu sedikitpun yang terlihat. Malah, Noah juag membicarakan tentang mengubah dekorasi rumah agar tidak terlihat ramai dengan pajangan dan vas bunga beserta barang antik terlihat.

Noah hanya menegaskan mulai saat ini mereka harus mengutamakan kebersihan tanpa membuat dia terganggu. Dia tersenyum tipis, saran dari seorang wanita untuk menjadi penggila kebersihan lebih baik dibanding menjadi pria yang memiliki banyak selera bergonta-ganti wanita.

"Aku tidak mau ada kekurangan apapun dan besok semua harus sesuai kataku," penegasan Noah dibalas anggukan Leo.

Leo yang mendengarnya, merasa sesak. Dia harus lembur malam itu dan memperhatikan para pelayan dan anak buahnya bekerja keras.

"Kapan aku punya waktu dengan seorang wanita. Jika setiap kali berusaha malah mendapat lemburan setiap hari," gumam Leo berbalik hendak bicara.

"Hari ini kalian bekerja sama melakukan perintah Tuan, besok istirahat bergiliran."

Perintah Leo sama artinya perintah dari pemilik rumah. Dia berencana untuk mencaritahu alasan dari mama Noah bisa menjadi seperti itu, peduli akan hal kecil walau hanya sekedar debu saja membuat Noah berbicara banyak tidak seperti biasa.

Di kamar Noah menyesal tidak bertanya tentang wanita di bar, sebuah nama juga tidak dia ketahui selain wajah dan cara bicaranya yang pedas.

"Dia berani mengatakan aku tidak normal, hahaha." Noah tertawa sambil merebahkan tubuh di atas ranjang.

Suasana hati Noah rumit, dia terpikirkan setiap ucapan Bella dengan tatapan tajamnya, tangan yang sempat digigit juga Noah lihat hanya tersenyum mengingatnya.

Noah tidak peduli tentang apa yang terjadi di kediamannya, dia hanya mau sesuatu hal yang baru terjadi begitu saja. Terlebih lagi dia memang merasa tidak begitu menyukai banyak orang yang berlomba untuk mendapat perhatiannya terutama dalam hal berbisnis.

Saat bangun di pagi hari, Noah keluar dari kamar dia merasa sekretarisnya melakukan tugas dengan baik. Sudah idak ada pelayan yang menyambut dia di depan pintu kamar seperti biasa, untuk menyapa dan menghormatinya memperhatikan segala. Kebersihan di setiap ruangan juga dia periksa, Noah tersenyum tipis hingga dia sampai di lantai bawah menghampiri ruang makan dengan niat untuk sarapan di pagi hari.

Meski suasana hatinya sedang baik, tapi Noah yang pemilih dalam selera makanannya masih saja tidak senang saat mendapati beberapa makanan yang tidak dapat diterima oleh mulutnya pelayan dan juga juru masak tampak terlihat ketakutan setiap kali Noah terlihat diam saat makan, benar saja pria itu sama sekali tidak melanjutkan sarapannya dan pergi tanpa kata.

Leo berpapasan dengan Noah yang pergi tanpa sarapan. Dia menghampiri meja makan serta bertanya. "Tuan masih menolak makanan buatan rumah?"

Pertanyaan Leo dibalas anggukan pelayan dan koki bersamaan. Leo mengernyit, dia tidak tahu harus dengan cara apa agar Noah bisa rutin makan, terutama sarapan. Padahal malam harinya, dia hanya sedikit mencicipi masakan restaurant meski tidak berselera. Memiliki lidah yang tidak pernah menemukan makanan yang sesuai dengan pengecapnya membuat Noah kesulitan mendapatkan makanan yang tepat hanya sesekali makan untuk mencicipinya tanpa melahapnya dengan baik.

Leo berjalan menghampiri Noah yang sedang memakan kacang kupas dari toples sambil membaca koran hari ini. Dia duduk bersebrangan dengan tuan mudanya.

"Apa Anda masih tidak memaksakan untuk sarapan, Tuan?" tanya Leo.

"Nanti siang pasti akan memakannya."

"Pagi dan siang itu berbeda, Tuan!" protes Leo merasa heran.

"Aku tidak mengatakan itu sama," balas Noah tidak memalingkan perhatiannya dari surat kabar yang sedang dia baca.

"Tapi Anda ...."

"Siapkan mobil, kita ada pertemuan dengan menteri pendidikan kan?" sela Noah.

Leo menarik nafas mencoba untuk tidak terbawa suasana ketika tuan mudanya saat ini mulai mengurangi emosinya setelah dekorasi rumah sesuai seleranya dan juga mengamati kebersihan secara berlebihan membuat dia merasa heran.

"Saya akan melakukannya, Tuan." Leo berdiri dan pergi menyiapkan mobil.

Noah yang sedang berpikir sejenak, dia bwrencana untuk ke tempat Mona. Berharap ada gadis yang sudah membuatnya menjadi diri sendiri tanpa risih dengan mereka.

"Aku akan mencarinya," ucap Noah.

Seketika dia merutuki dirinya sendiri. "Kenapa aku mengatakannya?" Noah berjalan untuk membersihkan diri untuk bersiap pergi, dia harap bisa bertemu dengan wanita itu dan tahu namanya sudah cukup baginya. Dia bersemangat setiap kali mengingat wanita itu bicara tanpa merasa ragu memarahinya. Noah merasa wanita itu cukup menarik baginya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status