Bab 55. Alisya Menjemput Rena“Maaf, Mas! Sepertinya sudah terlambat. Aku tak bisa lagi!” gumam Alisya pelan. Begitu pelan, namun mampu membuat Deva bagai tersengat aliran listrik bertegangan tinggi.“Sya?” lirihnya dengan mata membola.“Aku sudah tidak tertarik untuk melanjutkan pernikahan ini. Aku minta maaf! Ibarat kata talak, sebenarnya Mas Deva sudah menjatuhkan talak satu untukku, saat memutuskan kita pisah ranjang waktu itu. Dan maaf sekali, aku tak mau lagi rujuk.”“Aku tidak pernah talak kamu, meskipun itu talak seperempat, Alisya! Aku tidak minta rujuk! Aku hanya meminta kita berbaikan!”“Mas telah memilih pisah ranjang denganku! Bagiku, itu sama saja dengan talak!”“Tidak, Sayang! Tolong jangan begini! Waktu itu aku emosi, sakit sekali hatiku saat melihat kau disentuh oleh Fajar! Tolong mengerti, Sya! Aku mohon!”“Aku tidak bisa mengerti lagi. Aku sudah memberi Mas Deva kesempatan selama ini. Sudah berjuta kali bahkan sampai tak terhitung. Lima tahun bukan waktu singkat.
Bab 56. Tendangan Alisya Menghajar Fajar“Papa ….”Rena spontan memeluk pinggang Fajar. Wajah mungilnya yang tadi begitu riang seketika muram. “Papa, Rena enggak mau ikut Mama pulang! Suruh Mama tinggal bareng kita di sini aja! Ya, Papa! Boleh, kan, Pa, Mama juga tinggal di sini bareng kita?” lirihnya mendongah, menatap wajah Fajar penuh harap.“Boleh, Mama boleh tinggal di sini, Sayang! Masalahnya, Mama yang enggak mau. Coba Rena yang tanya tanya Mama, mau enggak dia tinggal di sini bareng kita!” jawab Fajar lembut.“Tuh, boleh, kok, Ma! Kita di sini aja, ya! Biar enggak dimarahi lagi sama Kak Tasya! Ayo, Mama! Kita bobok di kamar Papa Fajar! Kamarnya sempit, sih, tempat boboknya juga kecil! Papa bobok di lantai, Rena bobok di kasur. Kalau Mama tinggal di sini, Mama aja yang bobok di kasur, Rena enggak apa-apa, kok, bobok di lantai juga bareng Papa,” celoteh Rena panjang lebar. Dia tetap tak berani dekat dengan Alisya, khawatir Alisya nekat memaksanya pulang.“Sayang, Rena it
Bab 57. Maaf Untuk Deva“Maaf, Mas! Aku mau istirahat! Selamat malam!” ucap Alisya menutup pintu kamar.Deva tersentak, mematung di luar kamar. Ternyata Alisya belum mengijinkannya tidur sekamar. Alisya menguncinya dari dalam.“Mas Deva, sedang apa di situ? Mas butuh sesuatu?”Deva kembali tersentak. Kali ini lebih kaget lagi. Sonya sudah berdiri tepat di sampingnya, tanpa dia sadari. “Kamu? Kenapa masih di sini? Ini udah jam sebelas malam, lho? Kenapa tidak pulang?” tanya Deva dengan dahi mengernyit kencang.“Aku sebenarnya mau pulang setelah amkam malam tadi, Mas. Tapi Tasya merengek aja, aku gak dibolehin pulang. Dia minta aku sesekali nginap di sini,” jawab Sonya dengan santainya.“Kamu itu aneh, Sonya! Apa kata orang kalau tahu kamu tidur di rumah mantan suamimu. Tolong kamu pulang sekarang!” tegas Deva.“Aku enggak tega ninggalin Tasya, Mas. Seisi rumah ini menyudutkan dia. Jiwanya sedang tertekan. Ok, dia salah karena telah mengunci Rena di dalam toilet, tapi dia kan khilaf, M
Bab 58. Sentuhan Pertama Setelah Berbaikan“Sya, beri aku kesempatan sekali lagi, aku mohon! Ya?” pinta pria itu semakin memelas.Alisya mencoba menentramkan jiwanya yang mulai gundah. Merayu hati lembutnya agar mau menerima kata maaf dari bibir sang suami.“Baiklah, tapi, tolong lepaskan pelukan ini!” ucapnya kemudian.Deva melonjak kegirangan. Sorot mata sayu berubah begitu berbinar, meski kedua mata elang itu mengembun di sudutnya karena menahan haru. “Terima kasih, Sayang!” ucapnya melepas pelukan, lalu mengecup dalam jemari Alisya.“Tidurlah di sini, jangan di sofa! Aku janji tak akan macam-macam!” ucap Deva segera menyisi, lalu menepuk kasur di sampingnya.“Baik. Besok pagi aku mau melihat sekolah baru Rena. Mas Deva tidak keberatan, kan? Aku enggak apa-apa, meski harus dikawal oleh salah seorang anggota kamu,” jawab Alisya langsung menodong dengan satu permintaaan yang begitu sulit untuk Deva kabulkan.Pria itu tercekat.“Aku hanya akan melihat dari kejauhan, dan kembali men
Bab 59. Akting Sonya Gagal Total“Aaaaauw …. Tolooooong …!”“Sonya, kenapa dia?” tanya Deva menahan kecewa.“Lihat dulu, Mas!” usul Alisya seraya mengancingkan kembali gaunnya yang sudah terbuka di bagian dada.Deva beringsut turun, lalu berjalan menuju pintu kamar dengan perasaan yang tak karuan. Pening di kepala menyerang, aliran darah sangat tidak normal. Beberapa saat lagi, hasratnya akan tersalurkan, Alisya juga sudah siap menerimanya. Namun, terpaksa semua tertunda. Dengan enggan dia membuka pintu kamar.Bik Iyah yang juga terbangun karena suara jeritan tadi datang tergopoh-gopoh.“Kamu? Kenapa kamu?” Deva tersentak kaget saat melihat sesosok tubuh perempuan tergeletak di depan pintu.“Sonya? Dia … kenapa, Mas?” Alisya terpaksa menghampiri juga.“Enggak tahu ini, kenapa dia tidur di sini?” sergah Deva bingung. “Eh, Sonya! Bangun! Kenapa kamu ini! Bangun!” Deva menyepak kaki Sonya.“Jangan kasar gitu, Mas! Biar aku yang lihat.” Alisya berjongkok. “Sonya! Kamu kenapa? Sonya! Ba
Bab 60. Ada Apa Dengan Perusahaan Haga Wibawa?“Aku duluan, ya! Majikanku akan diangkat menjadi manager keuangan jam sepuluh nanti, permisi!” ucap Fajar lalu pergi.Alisya tersentak. Manager Keuangan? Bu Mawar? Di Mana? Alisya segera masuk ke dalam mobil. “Ke kantor, ya, Pak!” perintahnya kepada Pak Dadang. Setengah jam perjalanan, mobil yang dikemudikan oleh sang supir memasuki areal parkir gedung perkantoran di mana kantor milik perusahaan sarung tangan itu berada.Para karyawan yang berpapasan dengan Alisya mengangguk sopan saat wanita itu memasuki gedung. Alisya langsung menuju lif. Beberapa orang pengguna lif langsung menyisi memberi kesempatan untuk sang nyonya direktur untuk memakai lif duluan.“Bareng aja, ayo, masuk!” Alisya berkata dengan ramah. Namun hanya dijawab dengan anggukan penuh kesopanan, Alisya sendirian di dalam.Namun, saat pintu lif hampir tertutup, seseorang meneriaki namanya.“Tunggu Bu Alisya!”Sontak Alisya menekan tombol, menahan pintu agar kembali terb
Bab 61. Senjata Besar Andalan Fajar“Alisya? kenapa bengong di sini?” Alisya tersentak. Fajar dan Mawar baru saja keluar dari dalam lif. Mawar, ibu tiri Sonya terlihat berpakaian sangat rapi. Setelan blezer dan rok span pendek di atas lutut. Wajah lumayan cantik itu dipoles make up tebal. Semprotan parfum di seluruh tubuh menguar ke seluruh ruangan. Senyum merekah di bibir bergincu warna merah darah. Mawar tampil persis seperti sekuntum mawar yang sedang mekar-mekarnya.Alisya menelan ludah. Otaknya sibuk berpikir. Buat apa mereka datang ke kantor ini? Tadi, Fajar sempat mengatakan kalau dia buru-buru karena hari ini majikannya disahkan menjadi seorang manager keuangan.Sempat Alisya curiga karena kebetulan di kantor ini akan ada serah terima jabatan yang sama. Dan sekarang, setelah melihat keberadaan mereka di kantor ini, kecurigaan Alisya semakin besar. Mawar adalah pengganti dirinya.Tetapi, ini sungguh tak masuk akal. Bagaimana bisa ibu mertuanya memilih wanita ini menjadi man
Bab 62. Perusahaan Sedang Tidak Sehat“Tisyu!” Seseorang mengagetkannya sambil menyodorkan selembar tisyu.Repleks Fajar menoleh ke arah samping. “Mbak Sonya? Eh, maaf … sejak kapan Mbak ada di sini?” tanya Fajar gugup.“Baru saja, tepat saat perempuan angkuh itu menampar dan meludahi wajah Mas Fajar. Ini tisyunya, bersihkan dulu wajah kamu!”“Ya, terima kasih. Sepertinya aku akan ke toilet saja.”“Ya, itu lebih baik. By the way, sabar, ya! Meski aku tak tahu kenapa Alisya menampar dan meludahi Mas Fajar, tapi aku tetap ikut ikut prihatin.”“Ya, terima kasih, Sayang!”“Ups! Ini kantor, jangan panggil ‘Sayang’! Nanti yang lain curiga!”“Oh, iya, aku lupa. Baik, Mbak Sonya, permisi!”“Ya, tetap semangat, ya!”“Ok!”Fajar berbalik menuju toilet yang tersedia di lantai tiga itu, sementara Sonya melanjutkan pekerjaannya. Wanita itu tengah mempersiapkan aula, tempat acara serah terima jabatan akan dilangsungkan. Ada waktu sekitar setengah jam lagi. Dia harus menyiapkan segala sesuatunya.