Beranda / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / 132. Takut Malam Pertama?

Share

132. Takut Malam Pertama?

Penulis: desafrida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-18 19:50:23

Tepat sebelum tangannya itu menyaantuh punggung Livy, Livy menoleh.

“Ahm ya su- sudah…” ucap Kay gugup, langsung menyembunyikan tangannya ke belakang tubuhnya.

“Aku… mandi dulu,” ucap Livy kemudian.

Kay hanya mengangguk.

Begitu Livy masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya, Kay duduk di sofa.

Dia mengusap wajahnya. Ia menutup mulutnya dengan kepalan tangannya. ‘Kenapa rasanya sangat canggung?’ batinnya bingung. Padahal, mereka sudah pernah terlalu jauh. Tapi, kali ini terasa benar-benar berbeda. Jantungnya berdebar sangat cepat. Panas menjalar di sekujur tubuhnya.

Sementara itu di dalam kamar mandi, Livy berdiri di balik pintu. Belum juga bergerak. Air hangat belum dinyalakan. Ia menatap wajahnya di cermin masih dalam kebisuan.

‘Aku kenapa?’ batin Livy. Bukan karena dia baru pertama kali ke kamar mandi itu, tapi ia merasa ada yang tidak biasa di dalam hatinya. Canggung, gugup, padahal itu bukaan kali pertama.

Tak lama, suara ketukan lembut terdengar dari luar. Malah membuat Livy menj
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   132. Takut Malam Pertama?

    Tepat sebelum tangannya itu menyaantuh punggung Livy, Livy menoleh.“Ahm ya su- sudah…” ucap Kay gugup, langsung menyembunyikan tangannya ke belakang tubuhnya.“Aku… mandi dulu,” ucap Livy kemudian.Kay hanya mengangguk.Begitu Livy masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya, Kay duduk di sofa.Dia mengusap wajahnya. Ia menutup mulutnya dengan kepalan tangannya. ‘Kenapa rasanya sangat canggung?’ batinnya bingung. Padahal, mereka sudah pernah terlalu jauh. Tapi, kali ini terasa benar-benar berbeda. Jantungnya berdebar sangat cepat. Panas menjalar di sekujur tubuhnya.Sementara itu di dalam kamar mandi, Livy berdiri di balik pintu. Belum juga bergerak. Air hangat belum dinyalakan. Ia menatap wajahnya di cermin masih dalam kebisuan.‘Aku kenapa?’ batin Livy. Bukan karena dia baru pertama kali ke kamar mandi itu, tapi ia merasa ada yang tidak biasa di dalam hatinya. Canggung, gugup, padahal itu bukaan kali pertama.Tak lama, suara ketukan lembut terdengar dari luar. Malah membuat Livy menj

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   131. Janji Suci - SAH

    Hari yang ditunggu itu pun tiba.Livy dan Kay akan mengucap janji suci mereka.Tidak ada keramaian yang berlebihan, tidak ada hiruk-pikuk pesta besar. Hanya musik klasik yang mengalun lembut, tawa hangat keluarga, dan degup jantung dua orang yang telah memutuskan untuk saling menggenggam selamanya. Ya, selamanya. Setelah semua badai dan perpisahan yang mereka alami.Livy mengenakan gaun putih sederhana dengan lengan renda dan detail bunga di pinggangnya. Rambutnya ditata setengah sanggul, dihiasi jepit perak pemberian Richard.Richard menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Kamu… cantik sekali, Livy. Sangat cantik!”Livy memeluk pria tua itu erat. “Terima kasih, Pa. Untuk semua yang Papa lakukan… yang membuat aku tetap kuat dan merasa hidup.”“Yah! Ayo… Papa antar kamu untuk Kay,” ucap Richard.Haru memenuhi hati Livy. “Hati Papa sebenarnya terbuat dari apa?” lirihnya.Richard hanya tersenyum.Kay sudah berdiri lebih dulu di altar yang berada di taman. Ia membalik badan saat Livy melang

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   130. Tawa Mesum Di H-2

    “Hm…” jawab Livy.Kay tersenyum. “Ayolah, beri aku jawaban paling tulus.”“Ya…” jawab Livy.“Yaa...” ucap Albern pula seakan mengerti!Setelah masalah itu, keduanya pun serius untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Kay dan Livy mulai disibukkan kembali dengan persiapan pernikahan yang direncanakan dalam waktu dekat. Segalanya terasa mengalir dan indah.Namun, Livy mulai menyadari sesuatu yang lain di tengah kesibukan mereka. Apalagi Kay yang teramat sibuk karena membagi waktu ke perusahaan, pekerjaan dan persiapan pernikahan. Keanehan itu datang dari Albern.Tidak ada yang mempermasalahkan kedekatan Albern pada Livy, termasuk Kay ataupun Richard. Namun, Livy merasa janggal saat anak itu justru terlihat tidak mencari Kay lagi. Ketika Kay mencoba mengajaknya bermain, Albern kerap menolak. Ia malah memeluk Livy erat, atau pura-pura tidur saat Kay datang.Saat malam tiba, Livy memperhatikan Kay yang duduk termenung di ruang tengah. Dia menatap serius ke arah laptopnya.Livy datang memba

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   129. Akhir Konflik

    Tanpa menunggu respons Kay, Livy langsung melangkah mundur, membalik badan dan meninggalkan Kay di kamarnya.Kay masih mematung. Menyerap semua ucapan Livy. Seketika ketakutan muncul di hatinya. Sekaligus kesadaran setelah apa yang Livy ucapkan menghantam hatinya.Livy menuruni tangga dengan langkah lambat. Ia merasa bersalah pada Richard. Pria tuaa itu, yang kini sebatang kara, sudah ditinggal anak perempuan satu-satunya, kini harus menyaksikan suami anaknya mencintai wanita lain. Betapa luasnya hati pria itu.Bahkan… Livy juga terpikir. Richard sangat tulus menyayangi Kay. Tetapi, kenapa Kay begitu semangat mengubur kenangannya bersama Selina? Putri satu-satunya yang Richard cintai. Bahkan mungkin sampai akhir hidupnya.“Livy? Ada apa?” Richard yang berada di bawah, menatap Livy yang menuruni tangga dengan tatapan sendu.Livy mencoba tersenyum lalu menggeleng. “Tidak ada apa-apa, Pa.”“Kamu yakin?” Richard mengalihkan tatapan, meski kamar Kay tidak terlihat dari bawah, namun dia mer

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   128. Terlalu Terobsesi

    Setelah perjalanan panjang yang terasa seperti mimpi, akhirnya mereka benar-benar tiba kembali di rumah. Namun segalanya terasa berbeda. Bukan hanya karena suasana hati yang berubah, tapi karena kini mereka kembali membawa harapan baru perasaan baru yang tidak lagi menggantung.“Tuan! Nyonya! Albern!” sambut Bibi Eden dan ART yang lain saat menyambut mereka. Bahkan Pak Sopir pun semangat melihat mereka yang kembali dengan wajah yang terlihat mendamaikan hati.Livy berdiri di depan pintu rumah, ia tersenyum. Kehangatan itu terasa berbeda. Tidak ada hal yang mengganjal di hatinya.“Bibi… Pak… apa kabar?” ucapnya ramah.“Semuanya baik!” sahut mereka hampir bersamaan.“Nyonya dan Tuan apa kabar semua?” tanya mereka pula.“Semuanya baik,” jawab Livy.“Sangaaat baik! Sesuai harapan!” kekeh Richard, yang melangkah masuk ke dalam rumah.Albern sudah dibawa Bibi Eden ke kamarnya, karena anak itu mengantuk. Kay menggenggam tangan Livy dengan erat dan melangkah bersama masuk ke dalam rumah. Ia m

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   127. Pulang untuk Bersama

    Cincin itu sudah melingkar di jari manis Livy. Air matanya bahkan menetes tepat di tangan Kay.“Kamu menangis?” tanya Kay.Livy mengangkat wajahnya. “Kamu juga,” ucapnya tersenyum.Kay terkekeh. Dia pun menyentuh wajah Livy, mengusap pipi sampai sudut matanya. “Mulai hari ini, aku tidak akan biarkan kamu menangis, selain karena tangisan kebahagiaan,” ucapnya lembut.“Makasih…” ucap Livy haru.“Sssst!” Kay menempelkan telunjukya di bibir Livy. “Aku yang harus berterima kasih karena kamu sudah memberikanku kesempatan satu kali lagi. Ini akan menjadi kesempatan terakhirku. Aku akan buktikan keseriusanku dan cintaku padamu yang kali ini lebih besar lagi.”“Ya, kita pulang bersama, sebagai keluarga…” sahut Livy lembut.“Terima kasih…” ucap Kay. Dia memeluk Livy.Di malam yang semakin larut itu, mereka duduk bersampingan, memandang laut dan merasakan angin malam yang segar menyejukkan.Livy menyandarkan kepalanya di bahu Kay dan Kay pun meletakkan kepalanya di atas kepala Livy. Tangannya

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   126. Melamar

    Livy lagi-lagi dibuat terdiam. Sikap manis Kay benar-benar menunjukkan kalau harapannya bukan sekadar kebutuhannya akan Livy, melainkan luapan hati yang ikhlas yang ia tuangkan lewat semua sikap dan perhatian.Hari‑hari berikutnya berlalu seperti mimpi. Semuanya semakin dekat dan hangat. Tempat-tempat indah nan romantis yang mereka lalui membuat kenangan yang luar biasa tidak akan pernah terlupakan.Richard pun selalu hadir. Dengan tawa, ledekan dan juga ucapan penuh harap terhadap hubungan mereka berdua.Kemarin mereka menyusuri Acadia Coastal Trail. Semuanya tertawa saat Albern menolak digendong dan memilih berjalan sendiri. Namun, langkahnya tak sampai lima meter sebelum menyerah dan akhirnya meminta digendong oleh Kay.Mereka juga sempat bersantai di pantai, menikmati desiran ombak dan mencicipi es krim lokal. Kali ini tidak dengan mandi-mandi lagi. Hanya menikmati momen. Ada momen kecil tapi manis, saat Kay tak bisa berhenti memandangi Livy yang mengenakan dress pantai ringan dan

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   125. Mengelap Bibir Livy

    Livy reflek melepas dan mendorong perut Kay yang kotak-kotak.Kay tertawa lepas. Diikuti oleh tawa Albern yang seakan mengerti semua momen itu.“Mama kesal Al, tidak boleh ditertawakan,” ucap Kay, namun ia sendiri pun masih tertawa.“Memang kamu menyebalkan!” gerutu Livy. Namun, ia pun tidak bisa menahan senyum di wajahnya.“Jangan marah… Kalau Mama marah seperti itu, terlihat makin seksi,” goda Kay.“Kay! Bisa diam tidak?!” bentak Livy.Kay malah terkekeh. Ia puas bisa melihat senyum sekaligus kemarahan Livy yang tidak benar-benar marah. Kapan lagi dia bisa merasakan momen itu. Hatinya benar-benar berbunga-bunga sekarang. Ingin rasanya waktu berhenti agar keromantisan dan kehangatan ini berlangsung lebih lama lagi.Richard yang menikmati minuman segarnya ditambah dengan pemandangan kompak Kay, Livy dan Albern, membuat hatinya jauh terasa lebih hidup. Ia tidak khawatir lagi jika suatu saat dia sudah tidak ada cucunya sudah berada di tangan wanita yang tepat. Dan menantunya itu… yang t

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   124. Gara-Gara Bikini

    Keesokan paginya.Mentari pagi menembus tirai kamar hotel, membangunkan Livy perlahan. Ia mengucek mata, lalu menoleh ke sisi ranjang. Albern masih tertidur, tapi posisinya sudah berantakan kepala di bawah bantal, kaki mencuat entah ke mana.Dia tersenyum kecil. Setelah memastikan Albern baik-baik saja, Livy bangkit dan membuka pintu ke balkon. Ia pun penasaran, apakah Kay sudah bangun? Mengingat jam tidurnya sangat sedikit tadi malam.Akhirnya dia kembali masuk ke dalam kamar. Perlahan ia membuka pintu penghubung kamar mereka. Ternyata Kay sudah tidak ada. Namun, suara air dari kamar mandi menandakan bahwa pria itu sedang mandi.‘Dia sudah bangun. Apa dia bangun secepat itu? Atau justru dia tidak tidur?’ batinnya.Tak lama kemudian, Kay keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah dan kaus santai. “Pagi,” sapa Kay ringan saat menyadari Livy termenung di ambang pintu.“Eh… Pagi,” sapa Livy. “Hmmm kita ke mana hari ini?” tanyanya, menghilangkan kecanggungan.“Tidak tahu. Semua

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status