Beranda / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / 160. Tidak Bisa Mengelak Lagi

Share

160. Tidak Bisa Mengelak Lagi

Penulis: desafrida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-02 13:13:04

Beberapa hari berlalu. Rutinitas berjalan seperti biasa. Kay tetap terlihat hangat, mencintai Livy dan Albern sepenuh hati. Meskipun kabar tentang pria yang dicurigainya itu sudah jelas, dia hanyalah pria biasa, tapi di balik semua senyum Kay, dia masih menyimpan gumpalan resah yang tak pernah reda.

Setiap malam sebelum tidur, Kay selalu memastikan kabar dari anak buahnya. Ia masih terus membahas walau anak buahnya terasa sudah mulai jengah dengan pikiran Kay yang dianggap berlebihan. Hal itu selalu membuatnya kesulitan untuk tidur pada malam hari.

Hingga malam ini, saat mereka baru saja menyelesaikan makan malam, Albern tertawa-tawa menonton kartun di ruang keluarga, sementara Livy dan Kay duduk bersantai menemani Albern sembari sama-sama membaca ilmu parenting. Suasana hangat, nyaris sempurna, hingga handphone Kay berbunyi.

Livy menatapnya. Siapa pun yang menelepon di malam itu, membuat Livy sedikit terusik. Bahkan walaupun itu pekerjaan, apa tidak bisa menunggu besok?

“Sebentar, Sa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   166. Kedatangan Pria Itu

    Pagi itu, suasana rumah yang biasanya tenang dan hangat saat sarapan terasa sedikit berbeda. Di meja makan, Livy sedang menyuapi Albern yang terus berceloteh tentang mainan barunya, sementara Kay hanya duduk diam, memandangi cangkir kopi yang belum ia sentuh. Wajahnya tegang. Pandangannya sesekali melirik ke jam dinding yang jarumnya bergerak terlalu lambat, seolah menambah ketegangan dalam dadanya.Livy menyadarinya. Ia tidak lagi bisa pura-pura tak peduli. Meletakkan sendok, ia menatap Kay dengan lembut dan penuh perhatian.“Sayang… ada apa?” tanyanya pelan. “Kamu sudah seperti ini sejak semalam.”Kay menghela napas panjang. Ia menatap Livy dalam-dalam, seolah memastikan kekuatan di balik mata itu masih setia bersamanya. “Kalau… kalau pria gila itu benar-benar datang pagi ini,” suaranya parau, “pastikan Albern tetap di kamarnya. Jangan biarkan dia keluar, ya?”Livy membeku sesaat. Ketegangan

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   165. Mencari Bukti Milik Selina

    Setelah mobil mereka tiba di halaman rumah, suasana yang biasanya tenang dan terasa seperti tempat pulang yang damai, kini justru menekan dada Kay. Ia mematikan mesin mobil dengan gerakan lambat, menatap rumah mereka tanpa berkata apa-apa. Livy sempat meliriknya, namun tak berkata apa-apa. Kay turun lebih dulu, membuka pintu untuk Livy dan Albern, lalu menggandeng tangan mereka masuk ke dalam rumah.Livy tersenyum kecil, mencoba menjaga suasana, “Kita lanjut quality time-nya malam ini, ya? Aku bisa buatkan cokelat hangat…”Kay hanya mengangguk pelan.Tapi bukan itu yang terjadi. Bukannya masuk ke ruang keluarga seperti biasanya, Kay malah berdiri di ruang tamu, memandangi lantai, diam. Tangannya menyentuh kening, seperti sedang menahan pusing.Livy menaruh tas kecil di meja setelah sebelumnya dia meletakkan Albern di kamar. Lalu dia menghampiri Kay.“Kay?” sapanya pelan.Kay akhirnya menatap istrinya, sorot matanya dalam dan berat. Tapi tetap tidak mengatakan apa-apa.Livy meraih tang

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   164. Andai Selina Masih Hidup

    “Kau sepertinya orang gila! Atau … atau mungkin kau memang punya anak yang sudah tiada dan melihat Albern, membuatmu mengingatnya. Iya kan?” Kay masih tertawa. Wajahnya berubah menjadi wajah yang prihatin. Dia menepuk-nepuk bahu pria asing itu, seolah menguatkan.Namun lelaki itu justru menggeleng pelan. “Tidak. Kau salah. Aku tidak sedang terkenang. Tapi, sudahlah. Tidak perlu dijelaskan. Yang penting, aku sudah beri tahu. Kamu tidak perlu khawatir. Saya tidak ingin merebutnya. Aku tahu, kalian sudah bahagia. Tapi, biarkan aku melihat Albern dari jauh. Di sela-sela waktuku. Di sisa hidupku dan di dalam kesendirianku.”Ucapan pria itu semakin dalam. Membuat Kay terdiam. Dia yang tadi sudah sempat mencair, sekarang kembali memanas. “Tidak… Tidak… kau terlalu bekhayal. Kau gila! Bagaimana bisa kau mengatakan hal konyol seperti ini!”“Tidak. Ini bukan konyol. Ini fakta. Andai saja Selina masih hidup…” lirih pria itu, menunduk. Membuat Kay semakin geram. Dia menyebutkan nama Selina.Di ta

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   163. Albern Adalah Anakku

    “Kay?! Tenang dulu… Albern tidak pernah melihatmu seperti ini,” ucap Livy menahan Kay.Kay mencoba menahan emosi. Dia melepas kerah baju pria itu. Namun, matanya masih dengan sorotan tajam.Pria itu tampak tidak berkutik. Dia diam dan mematung. Tanpa memberikan perlawanan.“Katakan, apa maumu?!” gumam Kay.Pria asing itu menunduk.“Kenapa kamu tahu nama anak kami?” tanya Livy, pelan. Dia pun sebenarnya heran.“A—aku… Aku bukan siapa-siapa.” Pria itu menggeleng. Menatap sendu.Namun, Kay tidak sabar. Dia terus mendesak. “Jangan berputar-putar! Katakan siapa kau!” suara Kay semakin pelan, tapi penekanannya semakin tajam.“Kalian tidak akan percaya. Aku tidak bermaksud mengganggu kalian. Aku hanya … aku hanya …”“Hanya apa?!” Kay tidak tahan. Dia kembali meraih kerah pria itu dan mengangkat tangannya untuk meninju.Albern memeluk Livy. Dia merengek. Takut pada bentakan ayahnya.“Ja- jangan seperti ini. Dia takut melihatmu seperti ini,” ucap laki-laki itu mencoba mengajari Kay.Sebelum em

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   162. Aku Mengenalmu!

    Pagi itu matahari bersinar hangat, cahayanya jatuh dengan lembut ke rerumputan taman yang masih segar usai disiram embun. Kay bangun lebih awal di hari itu. Hari Minggu.Ia berolahraga di taman belakang. Sampai napasnya ngos-ngosan. Seban sudah lama dia meninggalkan aktivitasnya itu sejak dia gelisah karena bayang-bayang yang tidak ada.Karena memang tidak kesibukan hari itu, di berniat membawa Livy dan Albern bersantai di taman kota. Tau ke mana mereka mau. Yang jelas, Kay ingin quality time dengan keluarga kecilnya.Livy pun bangun. Dia melihat sisi tempat tidur yang kosong. Ia berdiri di dekat jendela dan melihat Kay ternyata berada di taman belakang. Dia tersenyum. Kay tidak menyadari kalau dia sedang diperhatikan.“Giliran diperhatikan seperti ini dia tidak peka. Ada orang asing, dia malah curiga dan selalu kepikiran. Aneh.” Livy berkomentar lalu terkekeh sendiri.Albern pun sudah bangun. Livy mendatanginya di kamarnya.“Hari ini hari Minggu yeay! Papa akan di rumah seharian!” u

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   161. Perlahan Tersenyum Tenang

    Malam terasa semakin sunyi ketika akhirnya Kay menarik napas panjang, mencoba menyusun pikirannya. Albern sudah tidur di kamarnya. Malam juga memang sudah cukup larut. Ia tahu ini saatnya bersikap jujur—meski ia sendiri belum yakin sepenuhnya apa yang tengah ia hadapi.“Jadi, apa yang sebenarnya yang selama ini sudah mengganggu pikiranmu?” tanya Livy. Dia duduk di pinggiran tempat tidur. Menatap Kay yang berdiri membelakanginya, lalu segera membalik badan menatapnya."Aku cuma merasa… sejak kita ke mall waktu itu, ada seseorang yang seperti memperhatikan kita," kata Kay, perlahan. "Lalu beberapa hari kemudian, aku lihat lagi… mobil yang berhenti di depan rumah. Aku tidak yakin, apa itu orang yang sama, tapi rasanya... wajah orang di dalam mobil itu sama. Menurut firasatku."Livy menatap Kay, diam sejenak. Ia pikir Kay akan bicara tentang sesuatu yang jauh lebih serius. Tapi nyatanya, hanya soal firasat dan perasaan diawasi. Bukan menyepelekan, tapi mendengar penjela

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status