Bab : 32Masalah yang tak kunjung usaiPOV AUTHORRangga terlihat kesal dengan masalah yang selalu menghampirinya. Setelah sang Ibu mengeluh meminta uang untuk kepentingan sosialitanya. Sekarang Rosa datang kepadanya dengan masalah yang sama. Ya, uang, ternyata yang menjadi sumber masalah di keluarganya. Ditambah dengan Rosa yang menginginkan Rangga mengambil alih tanggung jawabnya, membuat Rangga semakin kesal dan pusing."Begini saja, Mbak. Kita lapor polisi saja sekarang, seperti tawaranku dari awal. Jadi Mas Rudi minta pertanggung jawaban sama Andira dan selingkuhannya langsung!" Rangga mencoba bernegosiasi dengan Kakaknya. Rangga hanya mencoba mencarikan solusi untuk Rosa, selain itu Rangga juga berharap bisa bertemu lagi dengan Andira. Tentu saja untuk balas dendam. Mudah menyeret Andira jika dia ditemukan, karena saat ini Andira masih istrinya, pikir Rangga. Entah Rosa setuju atau tidak dengan pendapatnya, Rangga juga tak berniat menerima tawaran yang terkesan menyudutkan dan
Bab : 33Satu langkah untuk kesembuhan Andira.***"Bunda … Bunda pulang … yeay, Bunda pulang!" Riana kegirangan setelah mengetahui Ayahnya pulang dengan membawa Andira. Namun nampak sepasang mata tak suka dengan pemandangan yang ada di depannya. Apalagi melihat Alan menuntun Andira hingga masuk ke dalam rumah. Ya, Yulia merasa panas melihat Alan yang begitu peduli dengan Andira. Sedangkan Yulia tahu persis, semenjak meninggalnya Renata, sikap Alan dingin dan cuek pada siapapun.Yulia adalah sepupu dari Renata, mendiang istri Alan. Yulia kerap mengunjungi rumah Alan untuk menemui Riana. Selain itu, Yulia juga punya tujuan lain, yaitu menggantikan posisi Renata di hati Alan. Selama ini Yulia berusaha mengambil hati Riana dan sang Mama, untuk mendapat perhatian dari Alan. Seperti biasa, Alan terlihat cuek dan seakan tak peduli dengan kehadiran Yulia. Namun sekarang Alan justru membawa wanita lain masuk ke rumahnya sendiri dan memperlakukan wanita itu layaknya orang spesial. Dan hatinya
BAB : 34Menuai hasil perbuatan sendiri.***Ranti tersentak dari lamunan panjangnya. Hari sudah semakin siang, perut yang mulai memberontak membuat Ranti turun dari ranjangnya. Ia merasa lelah karena berteriak setelah permintaannya tak dihiraukan oleh Rangga. Setelah Ranti turun dari ranjangnya, lantas menuju ke dapur untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Namun rasa kesal menyelimuti ketika tak ada satupun yang bisa dimakan alias kosong melompong di mejanya."Sialan!" Ranti mengerang. Sungguh, rasa kesal menyelimuti hatinya saat ini. Jika biasanya dia hanya tinggal makan karena segala sesuatunya sudah disiapkan oleh Andira, namun berbeda dengan hari ini. Biasanya Ranti hanya menyiapkan bahan makanan yang akan dimasak, lalu setelah itu Andira yang akan mengeksekusinya menjadi makanan lezat. Ya, Ranti mengakui kalau masakan menantu yang disia-siakan selama ini memang berbeda, terasa pas di lidahnya. Bahkan, bahan yang biasa saja, akan terasa nikmat jika Andira yang memasaknya.R
Ketika Melahirkan Di Tempat MertuaBab : 35Semburan fitnah yang mulai menyebar***Seperti yang sudah-sudah, sang ibu akan menahan kepergian Rosa dan menuruti permintaannya. Tapi kenapa sekarang malah membiarkan pergi? Seolah sudah tak mau peduli lagi dengan kehidupannya sekarang.Rosa bingung, dia melirik suaminya, Rudi. Namun Rudi justru menatap tajam ke arahnya. Teringat pengusiran yang dilakukan Bude Gina beberapa hari lalu, melintas di benak Rosa. Saat ia dan suaminya berdebat mencari tempat, dan Rudi pun tak mau memikirkan dimana mereka akan tinggal."Makanya jangan bloon banget! jejak digital itu kadang kejam kamu malah main foto-foto. Mana ada yang di video lagi, emang kamu gak mikir kalau bakal diviralkan!" Bukannya mencari solusi namun Rudi terus menyalahkan dirinya. Rosa yang hatinya sedang tak karuan malah mendapat semburan dari Rudi. Rosa pun memberontak karena dipersalahkan terus menerus."Aku kayak gini itu karena kamu, Mas. Jika kamu masih terus saja menyalahkanku,
BAB : 36Langkah awal penyelidikan***Alan meregangkan otot sejenak setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ya, meeting dengan klien penting hari ini membuat Alan kembali sibuk dengan perusahaannya. Jika boleh Alan memilih, rasanya ingin Alan berlibur sejenak untuk fokus pada keluarganya yang membutuhkan Alan saat ini. Namun, beribu karyawan yang bergantung di perusahaannya, adalah alasan Alan untuk tetap mempertahankan agar perusahaan yang dibangun Ayahnya dari nol itu, selalu berkembang pesat. Dan kini Alan bernafas lega setelah meeting dengan klien yang lumayan menguras pikirannya, berjalan dengan lancar.Kini, Alan menikmati kesendiriannya yang masih berada di dalam ruangan meeting. Setelah para petinggi perusahaan keluar ruangan, Alan masih berada di dalam dengan memandang penghijauan di luar dari jendela.Saat satu nama melintas di pikirannya, tanpa sadar senyum Alan melengkung. Entah apa yang membuat Alan memikirkannya, ia pun bingung dengan dirinya. "Andira!" Llirih, Alan bergum
Bab : 37Pertemuan yang mengharukan.***Alan mengemudikan mobilnya dengan penuh rasa emosi. Dia benar-benar tak menyangka jika masalah yang menimpa Andira menjadi semakin pelik seperti ini. Kembali terbayang di kepala Alan saat pertama kali ia menolong Andira dalam keadaan yang sudah sangat tak berdaya, hingga Andira harus mengalami jahitan ulang diperutnya. Tak cukup sampai disitu, Andira sampai kini masih saja diselimuti trauma akibat dari cobaan pemerkosaan yang menimpanya. Bahkan tadi pagi, baby sitter yang menemani Andira pun melapor bahwa Andira mengigau layaknya orang ketakutan. Dan masih dengan aksi yang sama, Andira menarik bajunya sendiri. Namun baby sitter tersebut bisa menangani kondisi Andira. Tidak sering memang, tapi laporan tadi pagi membuat Alan berpikir bahwa Andira belum benar-benar sembuh dari traumanya.Shit! Alan mengerang kesal saat mengingat pelaku yang mencoba menodai Andira ternyata adalah kakak iparnya sendiri. Dan kini masih berkeliaran bebas tanpa beba
Bab : 38Kesembuhan Andira***Alan yang menyaksikan Andira seperti itu tercengang. Pasalnya Alan tak pernah mendapati Andira menangis seperti ini. Apakah ini awal yang baik untuk Andira? Pikir Alan. Melihat Andira seperti itu, sudut mata Alan basah. Lantas buru-buru Alan mengelap sudut matanya sebelum orang lain melihatnya. Sungguh rasa trenyuh menghinggapi ketika melihat keduanya menangis bersamaan."Rasanya aku sudah tak sanggup menjalaninya, Mbak. Tak ada gunanya aku hidup. Aku sudah diperlakukan seperti sampah oleh mereka!" Winda terkejut mendengar ucapan Andira. Lalu mengurai pelukannya. Sungguh, Winda tak menyangka bahwa psikis Andira begitu terguncang saat ini. "Aku sudah diperlakukan seperti sampah oleh mereka, Mbak!" Andira mengulangi perkataannya. Kali ini tangannya kembali menarik bajunya. Namun dengan sigap Winda menghentikan aksi Andira.Alan yang menyaksikan mereka dari jauh, tak dapat lagi menyembunyikan air matanya. Setelah kejadian itu, baru kali ini Alan mendenga
Bab : 39Tragedi yang memilukan***"Tolong kamu urus kasus ini ke kantor polisi. Saya ingin dia dihukum dengan seberat-beratnya!" Titah Alan dalam telponnya. "Baik, Pak. Akan saya laksanakan sekarang juga!" ujar seseorang di seberang sana."Foto dan alamat rumahnya nanti saya kirimkan. Serta bukti-bukti juga saya lampirkan. Saya minta untuk secepatnya kamu mengurus laporannya!" Titah Alan lagi. "Siap, Pak."Tit.Alan mematikan telepon, lantas memasukkan kembali ponsel dalam saku celananya.Ya, saat ini Alan tengah berada di kamarnya sendiri. Setelah kepulangan Winda tadi sore, Alan beristirahat sejenak. Dan sekarang saatnya Alan melanjutkan rencananya untuk mempolisikan orang yang sudah menghancurkan hidup Andira."Ini kejutan untukmu, Rangga. Apakah kau akan terus menyalahkan Andira, atau justru akan menyesal?" geram Alan lirih. Mengingat ucapan Andira tentang keluarga Rangga tadi, sudah cukup membuktikan pada Alan jika selama ini mereka telah menyia-nyiakan Andira.Alan menghem