Home / Urban / Ketika Perjaka Terpikat Janda / Bab 2. Jatuh Dalam Pelukan

Share

Bab 2. Jatuh Dalam Pelukan

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2022-11-17 23:28:46

Pasti dia orang kota yang kesasar ke desa.

Penampilannya lumayan. 

Akupun kembali ke kegiatanku yang mentotal hasil timbangan menyelesaikan pekerjaanku. Begitu pula Bulik Narti yang sibuk membuat nota untuk pengiriman sebentar lagi. 

Bagi kami, laki-laki model apapun sama saja. Sebagai janda harus ekstra hati-hati menjaga hati, pikiran terutama,  mata.

Mang Diman langsung berdiri menghampiri lelaki itu di depan, terlihat mereka berbincang sambil sesekali dia menunjuk-nunjuk jalan. 

Ah, mungkin dia bertanya bertanya arah jalan. 

Biasa, orang kota akan salah jalan kalau ke desa kami. Jalan-jalan kecil banyak sekali di sini sebagai penghubung lahan pertanian. Jalannya tidak beraspal, tetapi cukup kuat untuk dilalui truk pengangkut hasil bumi.

Kalau tidak biasa ke daerah sini, bisa-bisa orang akan mutar-mutar terjebak di lahan pertanian itu saja.

Orang itu dan Mang Diman menghampiriku.

"Mbak Kartika, Mas ini mau beli tomat. Apa masih ada yang bisa di beli ngecer?" tanya Mang Diman.

Aku yang duduk menengadah ke arahnya yang menjulang tinggi di depanku. Dia menatapku seakan kaget dan menyerngitkan dahi. 

"Kamu?!" teriaknya. "Maaf, maaf. Saya mungkin salah orang," ralatnya secepatnya sambil mengusap tengkuknya dan tersenyum. 

Aku tersenyum canggung ke arahnya, aneh saja melihat ekspresinya tadi. Tetapi, dia terlihat manis, sih.

"Sebentar, ya," kataku langsung berdiri mencari tomat yang tersisa. 

Semua tomat sudah dimasukkan keranjang-keranjang yang sudah di timbang dan sudah dibuatkan nota untuk dikirim. 

"Maaf Mas, tomatnya habis. Yang ini sudah pesanan. Kalau di pasar ada kok," kataku sambil tersenyum.

Dia membuka kaca mata hitamnya dan menyelipkan di kerah bajunya. Wajahnya yang tampan terlihat jelas terpampang di depanku. 

"Mbak tadi saya sudah ke pasar. Di sana ada tomat, tetapi tidak ada yang warna merah dan matang. saya malah disuruh ke sini. Ayolah mbak. Bagi berapa kilo saja," katanya sambil tersenyum manis.

Memang kalau di pasar, mereka suka menjual tomat yang tidak terlalu matang. Karena lebih awet dan tidak gampang hancur. 

"Kalau saya tidak bawa tomat, bisa digantung saya sama orang rumah," ucapnya lagi.

Ih, orang ini beli tomat saja sampai acara gantung menggantung. Sadis amat istrinya. 

"Mas, tapi ini sudah pesanan semua. Kalau untuk besuk, pasti saya bisa sisihkan yang merah dan matang," ucapku lagi.

Tidak mungkin aku membongkar tomat-tomat ini untuk memilih tomat yang dia inginkan. Apalagi dalam satu keranjang campur ada yang matang dan ada yang setengah matang.

"Aduh! Bagaimana ini, ya?" gumamnya.

"Atau begini saja, saya beli satu keranjang nanti saya ambil yang warna merah saja. Tenang saja, saya bayar semuanya," ucapnya mengusulkan solusi.

"Maaf Mas. Semua sudah pesanan."

Mas satu ini, wajahnya tampan tapi kok bebal, ya. Dijelaskan tidak ngerti-ngerti!

"Kartika, tomatmu saja bagi sedikit!" teriak Bulik Surti dari dalam. 

Aku menoleh ke arahnya dan segera masuk dan ambil tas kresek berisi tomat yang aku sisihkan. Sebenarnya enggan membaginya, aku sudah ada rencana nanti sore akan membuat saus tomat. Sudah ada pesanan untuk besuk. 

Aku membuat saus tomat yang aku jual online, lumayan hasilnya, sekalian untuk membunuh waktuku yang tersisa banyak. 

"Nah! Tomat yang seperti ini yang saya cari!" teriaknya senang. Dia mengambil tomat yang merah dan segar dari kresek yang aku bawa.

"Mas! Saya hanya bisa bagi setengah kilo. Ini saya mau pakai sendiri!" ucapku kesal. Kalau dibagi banyak dengan dia, bisa-bisa rencanaku gagal.

"Mbaknya mau pakai apa, sih. Kok banyak sekali!" ucapnya ngotot juga. 

Dia menarik tas kresek yang aku pegang dan sekarang sekresek tomat sudah pindah di tangannya.

"Mas, jangan di ambil semua. Rencana saya bisa gagal!" 

Aku teriak sambil mencoba meraih tas kresek itu. Dia berkelit dengan memiringkan badannya ke samping. Gerakannya yang cepat itu membuatku hanya menangkap ruang kosong dan badanku terhuyun ke depan.

Aduh!

Mataku langsung terpejam dan pasrah dengan akhir pasti terjerembab di tanah. Rasa sakit dan malu sudah terbayang jelas di otakku.

"Mbak, buka matanya."

Bukan bunyi bruk yang aku dengar atau rasa sakit yang dirasa, tetapi suara detakan jantung terdengar jelas ditelingaku. Bau tanah juga tidak ada, terganti dengan parfum yang menguar di hidungku. Tidak sakit, tetapi terasa nyaman. 

Tanganku meraba dan bukan tanah yang rasa, tetapi seperti .... 

"Mbak."

Suara itu!

Berlahan aku buka mataku dan kaget melihat aku sudah di dalam pelukan. Aku mendongakkan wajahku, cahaya silau membutakan pandangan dan tersamar terlihat wajah tampan dengan senyuman manis.

Kupejamkan mataku lagi setelah tersadar dimana aku sekarang, berharap ini hanya bayangan. 

Secepatnya aku melepaskan diri dari pelukannya dan menjauh darinya. 

Pipiku menghangat dan jantungku berdetak lebih kencang. 

Aduh! Kenapa harus berakhir seperti ini?

Aku lihat sekeliling tomatku sudah berserakan dengan tas kresek yang sobek teronggok di tanah. Sepertinya aku berhasil meraihnya dan sobek sehingga tomat berhamburan seperti sekarang ini.

"Maaf, tadi saya mencoba menyelamatkan supaya tidak jatuh," katanya sambil tersenyum kikuk. Wajahnya juga memerah karena proses penyelamatan gaya India tadi.

"Terima kasih, ya," ucapku sambil menunduk.

Entah kenapa selain malu, jantungku juga berdetak lebih kencang. Ah, mungkin karena kaget saja, atau efek bertemu laki-laki tampan. Apalagi di kampung yang hanya bertemu dengan pak petani yang selalu bergulat dengan tanah.

Ah, itu hanya perasaan yang tidak penting. Aku berusaha menepis rasa yang tidak perlu ini. Fokusku sekarang, menyembuhkan diri dan melanjutkan hidup untuk bahagia.

Aduh! Malu, super malu!

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda   Bab 59. Jawaban Doaku

    "Terima kasih, Sayang. Aku bahagia sekali!" ucapnya dengan menciumku bertubi-tubi. Di meja terlihat kotak yang terbuka dengan stik di tengahnya dengan garis dua berwarna merah di layarnya. Alhamdulillah. * "Kamu bahagia, kan?" tanyanya kembali. Kami sudah tidak duduk berhadapan lagi, kursi dia ganti dengan sofa panjang menghadap pemandangan alam dari lantai dua sambil menunggu pesanan makanan datang. Kami duduk berdampingan dengan tangannya merangkul pundakku. Proteksinya naik satu tingkat, makanan semua atas pesanan Mas Ilham, yang sebelumnya dipastikan di internet bahwa aman untuk ibu hamil. Termasuk minuman yang aku minum. "Lebih dari bahagia, Mas. Hatiku lega sekarang. Selama ini, terus terang aku tertekan," ucapku dengan menurunkan badan sedikit dan menyandarkan kepala di bahunya. "Yang paling lega itu aku." "Kenapa?" "Karena, mereka serius latihan berenangnya. Ini buktinya!" selorohnya sambil tertawa. Aku tersenyum mengingat bagaimana usaha kami untuk tujuan ini. Set

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda   Bab 58. Kejutan Buat Suamiku

    Mas Ilham memandang Pak Lurah, kemudian berganti memandangku. Dibukanya amplop tersebut dan dibaca kertas yang ada di dalamnya. Senyumnya seketika mengembang dan menatapku seperti tak percaya."Iya kalian mendapatkan penghargaan sebagai pemuda yang menginspirasi di tahun ini. Minggu depan, kita bersama-sama ke Pusat!" ucap Pak LurahTernyata kiprah kami terdengar sampai pusat, dan itu kebanggaan tersendiri untuk kami."Baiklah, Pakde Lurah. Kami permisi dulu," permisi kami sebelum meninggalkan Balai Desa.***"Mas Ilham, aku ke cafe yang kita pernah ke sana. Yang ada pisang krispynya," ucapku sambil menggelendot manja di lengannya. Hari ini hari minggu, jadi hanya ada kami berdua di sini. Waktunya, aku bermanja tanpa takut terpergok seseorang."O, yang di cafe itu. Kenapa? Mau napak tilas?" ucapnya berpaling ke arahku dan mencium sekilas pipi ini."Pingin pacaran.""Lho, ini sekarang sudah pacaran. Kurang mesra apa? Minta lebih?" ucapnya merengkuh tubuhku sambil menatapku dengan mata

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda   Bab 57. Keseharian

    Hari itu merupakan langkah awal, desa kami untuk berubah. Agrowisata Tomat sudah di buka, dan usaha kami mendapatkan apresiasi dari pemerintah. Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata datang menjadi saksi lahirnya pembaharuan ini. Semua berjalan lancar.Mas Ilham mendatangkan media cetak dan itu sangat tepat untuk promosi.Hanya hitungan minggu, Agrowisata Tomat ramai pengunjung. Kamipun sibuk memaksimalkan fasilitas yang ada. Memperbaiki beberapa sistem yang kurang.Mas Ilham berusaha merinovasi terus menerus sampai mereka pengelola dari desa bisa mandiri. Usaha ini buka tidak ada halangan. Pernah beberapa pengepul tomat datang untuk menyampaikan inspirasi. Mereka kawatir tidak akan mendapatkan tomat lagi dari petani. Pak Lurah dan Mas Ilham langsung turun tangan. Mas Ilham memberikan skema pemasaran tomat, mereka diajari untuk mengembangkan bisnis mereka. Sehingga tidak terjebak dengan usaha yang tanpa pengembangan.Para pengepul akhirnya kembali dengan rasa puas. Dari kejadian ini,

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda   Bab  56. Pasti Tiba Waktunya

    Kami memarkir motor di halaman dan langsung menghampiri Ibu di teras rumah yang tersenyum-senyum."Assalamualaikum, Bu!" ucap Mas Ilham dan mencium tangan Ibu. Tangannya langsung ditariknya ke dalam. Mereka meninggalkanku sendiri di teras, huh! Benar-benar mengesalkan."Nak Ilham pasti lapar, kan. Sudah saya siapkan soto daging. Makan sekarang?" "Sebentar saya ke kamar mandi dulu, Bu. Capek keliling desa!" ucap Mas Ilham dengan tersenyum, dia langsung bergegas pergi. "Tika! Suamimu itu diurus yang benar. Tadi pagi kamu kasih sarapan tidak? Sekarang kalian tinggal berdua saja, kamu jangan semena-mena pada suami. Diperhatikan kebutuhannya. Dulu di rumah Bu Aisyah, Mamanya yang memperhatikan. Sekarang dia tanggung jawabmu!" kata-kata Ibu mulai berentetan panjang sekali. "Sudah, Bu. Tadi pagi kami sarapan roti. Ibu tidak usah kawatir," ucap Mas Ilham setelah keluar dari kamar mandi. "Apa?! Cuma roti? Mana bisa untuk menambah stamina? Sudah sekarang kalian makan!" teriak Ibu. Aku dan

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda   Bab 55. Tersisih

    "Terima kasih atas kunjungannya ke Agrowisata Tomat di Desa Panggah Mulyo. Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi, kalau ada umur yang panjang, boleh berjumpa di Agrowisata Tomat ini."Lela menutup simulasi pemandu wisata untuk pembukaan hari besuk. Disambut tepuk tangan Pak Lurah beserta perangkat desa.Walaupun sebagai sekretaris pengelola, dia juga ikut andil di lapangan. Mas Ilham menunjuknya sebagai pelatih dan mengawasi para pemandu. Ternyata kecerewetannya sangat berguna di program ini. Itulah kelebihan Mas Ilham, mengatur dan menempatkan orang sesuai kemampuan dan kemauan seseorang.Semua warga di sini bersiap menyambut hari besuk. Semua ketua RW dan RT mengatur warganya untuk berbenah bersih-bersih desa. Kelompok tani bersiap merapikan lahannya. Tumbuhan tomat dipangkas daun-daun kering dan dahan yang mengganggu. Para pemuda juga sibuk di pos yang sudah di tentukan. Para pelaku UMKM sibuk merapikan lapak dan produknya. Semua satu kampung sibuk, apalagi Pak Lu

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda    Bab 54. Mau Berenang

    “Apa enaknya, tidak ada acara belah duren!" Celetukan itu yang membuat Pak Bambang kehilangan satu gigi depannya. Kejadian itu sempat membuat desa heboh, banyak yang menuding Pak Bambang keterlaluan walaupun di belakang tetap ada kasak kusuk membenarkan perkataannya. Termasuk aku sendiri."Mas Ilham, benar yang diucapkan dia. Seumur hidup kamu tidak mempunyai momen itu. Aku iklas, kalau kamu ingin menikah lagi," ucapku yang memang tidak mungkin memberikan dia sesuatu itu."Gila, kamu! Kau pikir aku kambing, yang asal kawin untuk darah perawan yang hanya sesaat itu!" teriak Mas Ilham."Mas Ilham, aku hanya tidak ingin kamu menyesal. Kenapa kamu marah? Kau pikir aku senang dengan menawarkan ide ini?!" "Dasar istri bodoh! Sini istri bodohku yang membuatku jadi orang bodoh juga," ucapnya merengkuh tubuh ini."Kok kamu ikutan bodoh?""Iya iya, lah. Ganteng gini dapet janda," ucapnya sambil berkelit dari cubitanku."Kartika, menikah itu bukan beralasan janda, perjaka ataupun perawan. Teta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status