Share

17. Bahagia Menjadi Seorang Ibu.

"Kenapa, sih? Kok kamu nggak ngantuk-ngantuk?" tanya Adit kepada Rani

Rani tersentak saat lengan Adit mengelilingi perutnya. Dagu suaminya itu juga ditumpukan di pundak Rani. Seperti malam kemarin, di malam kedua ini Rani masih saja sulit terpejam. Kantuk pun tidak kunjung datang. Minum susu hangat, sudah. Makan manis, sudah. Perut sudah kenyang. Tapi, masih saja segar matanya.

Rani menghela napasnya kasar. "Ada yang kamu pikirkan, ya? Apa kamu masih memikirkan tentang Ghea?" Adit dengan sabar memancing Rani untuk menceritakan kegundahannya. Walau bagaimana, saat ini menjaga perasaan Rani jauh lebih penting untuk Adit. Ia memang masih mencintai Ghea, tapi ia tidak mau kehilangan Rani dan Tasya.

"Sekarang aku jadi tau, gimana perasaan Ibu, Mas," sahut Rani lirih.

"Hmm. Bagaimana?"

"Aku bisa bayangin, bagaimana dulu Ibu melahirkan aku. Ibu adalah seorang ibu yang sangat baik dan karena itu ayah terlalu mencintai sehingga saat Ibu tidak ada, Ayah begitu terpuruk hingga pada akhirnya-"

Ra
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status