Share

Bab 180 : Satu Syarat

Penulis: Xiao Chuhe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-12 21:54:38

Angin malam di tepi danau berembus pelan, membawa bau basah dedaunan dan gemericik air yang memantulkan cahaya bulan. Di atas sebuah batu besar yang menjorok ke pinggir danau, seorang pria berdiri dengan wajah terbuka dan senyum tenang.

Tatapannya saat mendapati kehadiranku terasa sangat menjengkelkan sekaligus mengerikan. Dia mengangkat dua kendi arak, lalu tersenyum padaku seolah sejak lama menungguku datang.

"Sudah kuduga, Nyonya Muda Ye tidak akan mengabaikan surat yang kukirimkan," katanya sambil mengangkat kendi, menepuk-nepuk sisi batu. "Mari, temani aku minum."

Yu Yan.

Pria misterius itu tampak santai, seakan-akan malam ini hanyalah malam biasa untuk bercengkerama. Padahal jantungku berdegup kencang sejak melihatnya beberapa saat lalu.

Tidak, bukan seperti itu. Dia memang seorang pria misterius yang selalu memancarkan aura suram yang tidak menyenangkan.

Aku melangkah pelan, menerima uluran kendi yang ia sodorkan, tapi tidak duduk di sampingnya. Aku tetap berdiri, menjaga ja
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Panji Pangestu
ayo thor lanjutannya mana
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 217 : Keluarga

    Demi menuruti kemauanku, Ye Qingyu berjuang keras di dapur untuk mendapatkan apa yang kumau. Aku duduk di paviliun bersama Chunhua. Dan menonton kesibukan Ye Qingyu di dapur yang mendapatkan arahan dari pelayan Chuanyan yang telah mengajari Chuanyan cara membuat kue persik itu. Jadi kurasa tidak akan ada masalah. Dan semuanya benar-benar berjalan lancar-lancar saja. Sebelum Ye Qingyu menyelesaikan pekerjaannya di dapur, aku kedatangan Ayah dan Ibu sebagai tamu di halaman kediaman kami. "Ibu dengar kau kesulitan untuk makan karena mualmu, ya?" Ibu memelukku dengan segenap kekhawatirannya. "Iya …, tapi sekarang sudah baik-baik saja. Ibu tidak perlu terlalu khawatir.""Bagaimana mungkin tidak khawatir? Nanti setelah makan, Ibu akan membawamu menemui tabib kediaman, ya? Setidaknya kau harus mencari solusi atas gejalamu." Ibu mengusap puncak kepalaku. "Kudengar ini umum terjadi pada ibu hamil." Aku tertunduk, ternyata Ibu lebih khawatir dari yang kubayangkan. "Meski begitu, tetap sa

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 216 : Mengidam

    "Bukankah kau harus meminta maaf padanya?" "Aku?" Aku mengangguk. "Memangnya ada siapa di sini selain kau? Bukankah kau sendiri yang datang-datang mengatakan hal menyakitkan padanya?" "I-itu karena aku mengkhawatirkanmu. Tentu saja itu hal yang akan dilakukan siapa pun meski bukan aku yang datang, kan?""Ye Qingyu." Aku berjinjit dan mencium bibirnya sekilas. "Bukankah aku sudah bilang padamu? Dia sudah menyesali perbuatannya dan tidak akan menyakitiku lagi." "Tapi—""Kalau kau masih meragukannya, itu artinya kau meragukan penilaianku juga. Aku yang memutuskan meminta maaf duluan padanya." "Jingxi?" Ye Qingyu menatapku dan memegang pipiku dengan kedua tangannya. "Bagaimana pun, dalam keluarga kami, hanya tersisa kami berdua saja. Aku tidak mungkin mengecewakan leluhur Keluarga Zhou hanya karena dendam pribadi. Lagipula, orang yang benar-benar kubenci sudah tidak ada di dunia ini. Tak ada artinya lagi melimpahkan semua kekesalan pada Chuanyan yang sudah lama menderita." Ye Qingy

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 215 : Sudah Menyelesaikan Pertikaian

    Satu jam kemudian."Kakak, silakan cicipi ini juga.""Aku juga membuat kue persik kesukaan Kakak saat kecil! Aku tidak tahu Kakak masih menyukainya atau tidak …." Chuanyan meletakkan piring berisi kue persik dengan tampilan merah muda yang segar. "Tapi aku membuat ini bukan semata-mata karena Kakak pernah menyukainya. Kudengar orang hamil selalu memiliki hidung dan perut yang sensitif di masa awal, jadi aku merasa Kakak akan lebih menikmati camilan manis daripada rasa gurih yang mengandung banyak rempah." "Sebenarnya, Kak, aku selalu mencoba membuat kudapan sendiri selama dua bulan terakhir. Ah, tentu saja itu bukan karena pelayan yang Kakak pekerjakan tidak kompeten, mereka justru sangat membantu, hanya saja aku terkadang merasa bosan karena tidak beraktivitas apa pun ….""Pokoknya, silakan Kakak mencicipi hidangan manis tanpa aroma kuat yang sudah kubuat dengan penuh rasa cinta!" Sekarang dia tersenyum lebar di hadapanku dengan wajah polos. Aku menatapnya tanpa berkedip, setelah

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 214 : Adik dan Kakak

    Saat aku mendatanginya, Chuanyan sedang duduk sendirian di tepi ranjang. Aku melihatnya dari pintu, tubuhnya sekarang menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Hatiku menjadi sedikit sesak melihatnya yang sudah lama tidak kulihat. Aku benar-benar sudah menelantarkan adikku sendiri. Aku berbalik, menyentuh dadaku yang sesak. Apa ini? Aku menyesal karena sudah menelantarkannya begitu saja. "N-Nyonya Muda …." Seorang pelayan yang datang dengan semangkuk bubur terlihat terkejut dengan kemunculanku. "Kau mau memberikannya pada Chuanyan?" aku bertanya padanya. "Iya, sebenarnya sejak tiba di sini, Nona Kedua Zhou selalu menolak makanan apa pun yang kami berikan. Padahal Tuan Muda Ketiga sudah berpesan untuk menjaganya dengan benar …, maafkan kami." Aku tersenyum tipis. "Tidak apa. Bisakah kau buatkan makanan yang jangan terlalu lembut? Chuanyan tidak menyukai bubur." "Ah, ba-baik!" Dia segera berlari kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan yang lebih bertekstur daripada bubur. Aku masih

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 213 : Bimbang

    "Majikan, tampaknya Nona Kedua mengalami penindasannya. Saya menemukan informasi ini dari pelayan yang bekerja untuknya.""Segera setelah kurnia, Ying Qi menyelesaikan tugas itu." Dan sesuatu yang kudengar darinya benar-benar membuatku terkejut. Aku benar-benar tidak menyadari hal itu …, tidak, aku bukan tidak menyadarinya. Ini karena aku mengabaikannya."Nona Muda kedua, sekarang bukan lagi seorang putri yang dihormati. Justru masalah besar yang terjadi benar-benar membuatnya kehilangan kehormatan." Ying Qi menundukkan kepala sebelum melanjutkan."Saya minta maaf harus mengatakan ini. Pada dasarnya Nona kedua memang lemah dan penyakitan. Tapi saya rasa dia tidak akan bersikap seburuk itu kalau dia mendapat perhatian yang cukup alih-alih kesehatan yang tak bisa dia dapatkan.""Majikan, dia sudah cukup menderita selama dua bulan ini, kalau Anda mengabaikannya sebagai sebuah kebencian, saya tidak bisa melewati batas untuk terus bersikap lancang lagi." Ying Qi berlutut di depanku. "Saya

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 212 : Baik atau Buruk?

    Suasana sudah petang saat aku membuka mata. Kepalaku menjadi lebih ringan setelah bangun tidur. Sudah kuduga aku terkena flu. Aku beringsut duduk dan memeluk diri. Dingin sekali, ini adalah awal musim gugur kedua yang kujalani dengan Ye Qingyu. Aku meraih jubah bulu rubahku dan memakainya. Sejak bangun, aku mendengar suara keramaian dari arah taman. Jadi kurasa di sana memang sedang ramai. Aku berjalan menyusuri lorong untuk tiba di sana. Saat semakin dekat, aku tidak hanya mendengar suara saja. Tapi aroma daging kambing panggang mulai menyusup di hidung. Aroma gurih yang membuat perut laparku semakin merasa lapar. Tamannya menjadi lebih bercahaya dari yang biasanya. Beberapa lentera baru digantung di sudut-sudut yang biasanya gelap. Dan ada beberapa tungku api dan meja panjang di tengah taman. Beberapa pelayan bersenda gurau dengan nyaman. Saling menempelkan gelas anggur mereka. Aku berdiam diri selama beberapa saat. Ini pemandangan yang dangat jarang. Dan aku bertan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status