Home / Romansa / Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku / Bab 215 : Sudah Menyelesaikan Pertikaian

Share

Bab 215 : Sudah Menyelesaikan Pertikaian

Author: Xiao Chuhe
last update Last Updated: 2025-11-03 21:14:05

Satu jam kemudian.

"Kakak, silakan cicipi ini juga."

"Aku juga membuat kue persik kesukaan Kakak saat kecil! Aku tidak tahu Kakak masih menyukainya atau tidak …." Chuanyan meletakkan piring berisi kue persik dengan tampilan merah muda yang segar.

"Tapi aku membuat ini bukan semata-mata karena Kakak pernah menyukainya. Kudengar orang hamil selalu memiliki hidung dan perut yang sensitif di masa awal, jadi aku merasa Kakak akan lebih menikmati camilan manis daripada rasa gurih yang mengandung banyak rempah."

"Sebenarnya, Kak, aku selalu mencoba membuat kudapan sendiri selama dua bulan terakhir. Ah, tentu saja itu bukan karena pelayan yang Kakak pekerjakan tidak kompeten, mereka justru sangat membantu, hanya saja aku terkadang merasa bosan karena tidak beraktivitas apa pun …."

"Pokoknya, silakan Kakak mencicipi hidangan manis tanpa aroma kuat yang sudah kubuat dengan penuh rasa cinta!" Sekarang dia tersenyum lebar di hadapanku dengan wajah polos.

Aku menatapnya tanpa berkedip, setelah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 216 : Mengidam

    "Bukankah kau harus meminta maaf padanya?" "Aku?" Aku mengangguk. "Memangnya ada siapa di sini selain kau? Bukankah kau sendiri yang datang-datang mengatakan hal menyakitkan padanya?" "I-itu karena aku mengkhawatirkanmu. Tentu saja itu hal yang akan dilakukan siapa pun meski bukan aku yang datang, kan?""Ye Qingyu." Aku berjinjit dan mencium bibirnya sekilas. "Bukankah aku sudah bilang padamu? Dia sudah menyesali perbuatannya dan tidak akan menyakitiku lagi." "Tapi—""Kalau kau masih meragukannya, itu artinya kau meragukan penilaianku juga. Aku yang memutuskan meminta maaf duluan padanya." "Jingxi?" Ye Qingyu menatapku dan memegang pipiku dengan kedua tangannya. "Bagaimana pun, dalam keluarga kami, hanya tersisa kami berdua saja. Aku tidak mungkin mengecewakan leluhur Keluarga Zhou hanya karena dendam pribadi. Lagipula, orang yang benar-benar kubenci sudah tidak ada di dunia ini. Tak ada artinya lagi melimpahkan semua kekesalan pada Chuanyan yang sudah lama menderita." Ye Qingy

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 215 : Sudah Menyelesaikan Pertikaian

    Satu jam kemudian."Kakak, silakan cicipi ini juga.""Aku juga membuat kue persik kesukaan Kakak saat kecil! Aku tidak tahu Kakak masih menyukainya atau tidak …." Chuanyan meletakkan piring berisi kue persik dengan tampilan merah muda yang segar. "Tapi aku membuat ini bukan semata-mata karena Kakak pernah menyukainya. Kudengar orang hamil selalu memiliki hidung dan perut yang sensitif di masa awal, jadi aku merasa Kakak akan lebih menikmati camilan manis daripada rasa gurih yang mengandung banyak rempah." "Sebenarnya, Kak, aku selalu mencoba membuat kudapan sendiri selama dua bulan terakhir. Ah, tentu saja itu bukan karena pelayan yang Kakak pekerjakan tidak kompeten, mereka justru sangat membantu, hanya saja aku terkadang merasa bosan karena tidak beraktivitas apa pun ….""Pokoknya, silakan Kakak mencicipi hidangan manis tanpa aroma kuat yang sudah kubuat dengan penuh rasa cinta!" Sekarang dia tersenyum lebar di hadapanku dengan wajah polos. Aku menatapnya tanpa berkedip, setelah

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 214 : Adik dan Kakak

    Saat aku mendatanginya, Chuanyan sedang duduk sendirian di tepi ranjang. Aku melihatnya dari pintu, tubuhnya sekarang menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Hatiku menjadi sedikit sesak melihatnya yang sudah lama tidak kulihat. Aku benar-benar sudah menelantarkan adikku sendiri. Aku berbalik, menyentuh dadaku yang sesak. Apa ini? Aku menyesal karena sudah menelantarkannya begitu saja. "N-Nyonya Muda …." Seorang pelayan yang datang dengan semangkuk bubur terlihat terkejut dengan kemunculanku. "Kau mau memberikannya pada Chuanyan?" aku bertanya padanya. "Iya, sebenarnya sejak tiba di sini, Nona Kedua Zhou selalu menolak makanan apa pun yang kami berikan. Padahal Tuan Muda Ketiga sudah berpesan untuk menjaganya dengan benar …, maafkan kami." Aku tersenyum tipis. "Tidak apa. Bisakah kau buatkan makanan yang jangan terlalu lembut? Chuanyan tidak menyukai bubur." "Ah, ba-baik!" Dia segera berlari kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan yang lebih bertekstur daripada bubur. Aku masih

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 213 : Bimbang

    "Majikan, tampaknya Nona Kedua mengalami penindasannya. Saya menemukan informasi ini dari pelayan yang bekerja untuknya.""Segera setelah kurnia, Ying Qi menyelesaikan tugas itu." Dan sesuatu yang kudengar darinya benar-benar membuatku terkejut. Aku benar-benar tidak menyadari hal itu …, tidak, aku bukan tidak menyadarinya. Ini karena aku mengabaikannya."Nona Muda kedua, sekarang bukan lagi seorang putri yang dihormati. Justru masalah besar yang terjadi benar-benar membuatnya kehilangan kehormatan." Ying Qi menundukkan kepala sebelum melanjutkan."Saya minta maaf harus mengatakan ini. Pada dasarnya Nona kedua memang lemah dan penyakitan. Tapi saya rasa dia tidak akan bersikap seburuk itu kalau dia mendapat perhatian yang cukup alih-alih kesehatan yang tak bisa dia dapatkan.""Majikan, dia sudah cukup menderita selama dua bulan ini, kalau Anda mengabaikannya sebagai sebuah kebencian, saya tidak bisa melewati batas untuk terus bersikap lancang lagi." Ying Qi berlutut di depanku. "Saya

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 212 : Baik atau Buruk?

    Suasana sudah petang saat aku membuka mata. Kepalaku menjadi lebih ringan setelah bangun tidur. Sudah kuduga aku terkena flu. Aku beringsut duduk dan memeluk diri. Dingin sekali, ini adalah awal musim gugur kedua yang kujalani dengan Ye Qingyu. Aku meraih jubah bulu rubahku dan memakainya. Sejak bangun, aku mendengar suara keramaian dari arah taman. Jadi kurasa di sana memang sedang ramai. Aku berjalan menyusuri lorong untuk tiba di sana. Saat semakin dekat, aku tidak hanya mendengar suara saja. Tapi aroma daging kambing panggang mulai menyusup di hidung. Aroma gurih yang membuat perut laparku semakin merasa lapar. Tamannya menjadi lebih bercahaya dari yang biasanya. Beberapa lentera baru digantung di sudut-sudut yang biasanya gelap. Dan ada beberapa tungku api dan meja panjang di tengah taman. Beberapa pelayan bersenda gurau dengan nyaman. Saling menempelkan gelas anggur mereka. Aku berdiam diri selama beberapa saat. Ini pemandangan yang dangat jarang. Dan aku bertan

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 211 : Kebaikan

    Orang-orang mulai berbisik lebih keras. Aku bisa mendengar potongan suara di antara mereka. "Benaf juga, ya …, Nyonya Muda Ye kan, memang putrinya Adipati Agung ….""Tapi bukankah Baginda sendiri yang mengampuninya?" "Kalau memang diampuni, kenapa dia tidak memohon ampun untuk adiknya? Mereka kan sama-sama tidak tahu apa-apa." "Benarkah Nyonya Muda Ye membuang adiknya?" "Tidak mungkin, kan …."Dadaku sesak. Aku ingin menjawab, ingin menjelaskan, tapi lidahku terasa berat. Semua kata terasa salah.Ye Qingyu menatap kerumunan itu dengan pandangan tajam. "Semua itu omong kosong," dia berkata lantang. "Istri saya bukan wanita seperti yang dituduhkan. Dia dihormati oleh seluruh keluarga Ye dan dikenal oleh semua orang dengan kebaikannya sendiri." "Jika kalian lebih memilih mempercayai teriakan orang yang bahkan tidak bisa berdiri dengan benar, silakan, tapi aku tak akan membiarkan siapa pun menodai nama keluargaku."Nada suaranya tegas, penuh wibawa. Tapi Chuanyan menatapnya dengan ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status