Aku menelan ludah, napasku tercekat, segera menggeleng kencang. Tentu saja tidak ingin. Sekarang aja aku sudah kesulitan menyembunyikan rasa maluku.Ye Qingyu tertawa. "Aku bercanda, hanya bercanda." "Kau pikir lucu bercanda seperti itu?" aku bertanya ketus. "Baiklah, aku minta maaf." Ye Qingyu tersenyum lebar. "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Aku terdiam, menyumpit lauk lagi, sambil menunggu lanjutan kalimatnya. Sejenak, kami berhasil menghilangkan rasa canggung ini. "Aku mendapat surat dari Ayah. Beliau memerintahkanku untuk kembali ke barak Pasukan Kavaleri Barat. Ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan dalam jangka waktu yang lama." Aku meletakkan sumpitku di atas meja. Menatap lurus dengan datar wajah Ye Qingyu yang menyiratkan rasa bersalah."Kau …, pasti kembali sebelum perayaan tahun baru, kan?"Dia sudah berjanji akan membantuku, kan?Ye Qingyu mengangguk. "Sudah pasti." "Pekerjaan apa yang datang tiba-tiba begitu?" tanyaku. Ini adalah hal yang bisa kuketa
Aku menahan napas, memejamkan mata, tidak bisa lagi bersikap biasa saja saat Ye Qingyu berada sedekat ini denganku. Waktu itu, waktu pertama kali melakukan 'itu' dengannya, aku seperti berada dalam keadaan mabuk. Ah, Jiang Xinxin bilang arak pernikahan memang sangat kuat dan seperti mengandung obat perangsang. Jadi aku tidak tahu apakah diriku malu atau justru agresif pada saat itu. Tapi kali ini …. Aku bahkan tidak berani menatap matanya! Bibir kami mulai bersentuhan. Ye Qingyu mendekatkan tubuhnya, hingga kami sepenuhnya saling memeluk dengan erat. Baiklah, aku rasa, aku mulai bisa menerima kenyataan bahwa aku tidak pernah sekali pun keberatan saat tubuhku disentuh Ye Qingyu. Perasaan apa ini namanya? Tok! Tok!"Nyonya Muda, apakah Anda sudah tidur? Saya membawa air hangat untuk mencuci kaki." Aku membulatkan mata, segera mendorong tubuh Ye Qingyu hingga menghantam pintu. "Nyonya Muda?!" suara Chunhua di luar terdengar panik. Aku menyeka bibirku. Segera membalik badan. Ast
Begitu melihat kedatanganku, Xin Jian segera melempar pedangnya dan menghampiriku sambil merengek."Nyonya Muda ..., barusan saya dirundung oleh Tuan Muda Kedua! Anda harus menegakkan keadilan untuk saya." Xin Jian menjatuhkan lutut di depanku sambil menangis. Aku sampai mematung cukup lama untuk memahami apa yang sudah terjadi di sini. Dan Xin Jian, aku tidak tahu dia memiliki sifat yang seperti ini. Biasanya hanya terlihat seperti wanita kuat yang tidak mudah disentuh siapa pun. Tapi siapa sangka Ye Xuanqing membuatnya kesulitan sampai seperti ini. "Berdirilah, Xin Jian, apa yang kau lakukan?" Aku menepuk bahunya pelan. Ye Xuanqing mendekat sambil terkekeh pelan. "Kemampuanmu sungguh luar biasa. Kukira duel ini tidak akan berlanjut selama ini?" Xin Jian berdiri dan melotot ke arah Ye Xuanqing. "Tuan Muda tidak berhati. Saya tidak mendapatkan satu pun kesempatan untuk melancarkan serangan balasan karena Anda meneror saya dengan sebatang besi itu!" "Anda bahkan menyuruh saya un
Buk! Aku menghentikan gerakanku, menatap ke bawah, suara tadi adalah suara saat tubuh tak sengaja menabrak sesuatu. Tapi saat berhenti dan memeriksa sekeliling, aku tidak menemukan benda atau pun seseorang yang tak sengaja kutabrak. "Maaf, Tuan, Anda baik-baik saja?" Aku mengangkat kepala setelah mendengar suara itu. dan menoleh ke belakang untuk melihatnya. Pria yang barusan berpapasan denganku, membuka topi cadarnya, dan membungkukkan kepala di depan seorang pria yang tak sengaja ditabrak olehnya. "Ah, saya baik-baik saja. Terima kasih." Pria itu berjalan tak acuh, melewatiku dan Ye Qingyu yang terhenti di depan pintu karena insiden kecil ini. Mataku terkunci pada sosok yang baru menegakkan kepalanya, dia menoleh ke arahku, tatapan matanya seperti menembus kelopak mataku, tajam. Dia pergi dari sana dan kembali menutupi wajahnya dengan caping bercadar panjangnya. "Kau mengenalnya?" Ye Qingyu menarik tanganku, kami kembali berjalan dan mencari tempat duduk yang kosong di lant
Ye Xuanqing berdiri di depanku dan menatap Xin Jian, raut wajahnya seperti orang terkejut. "Orang ini …," kalimatnya terhenti. Aku menghela napas panjang, "Tidak mungkin kalian saling melupakan identitas masing-masing, kan? Kalau begitu, silakan saling berkenalan lagi saja." Aku meletakkan jarum sulamku di atas meja, dan menatap mereka bergantian. "Ah, kalau begitu saya dulu. Saya Xin Jian, teman Nyonya Muda yang sekarang bekerja sebagai pengawalnya." "Aku Ye Xuanqing. Tanpa kuberi tahu pun sepertinya kau sudah tahu aku siapa, kan?" Ye Xuanqing melipat lengan di depan dada, tatapannya terlihat serius. "Anda pastilah Jenderal Muda yang memimpin Pasukan Kavaleri Utama Perbatasan Beizhou." Xin Jian membungkukkan tubuh. "Sebuah kehormatan bisa mengenal Anda." "Apakah kita pernah bertemu?" Ye Xuanqing tiba-tiba menceletuk. Xin Jian mendadak diam. Dia menatapku dengan mata seperti nyaris keluar. Aku tersenyum paksa, memberinya sinyal untuk bersikap biasa saja meski pun rasanya menyeb
"Hah?!" Xin jian mengernyit pelan. "Apa perkataan yang tiba-tiba itu?"Aku terdiam, kembali duduk dengan tenang. bagaimana cara menjelaskannya, ya? Akan sulit dimengerti kalau aku terang-terangan bercerita padanya tentang kehidupan masa laluku. Lagipula yang Xin Jian tahu hanyalah, aku mungkin bisa memprediksi masa depan. Aku menghela napas pelan. "Xin Jian, apakah kau masih ingat kalau aku mengetahui sesuatu yang mungkin akan terjadi di masa depan?" tanyaku dengan serius. Xin Jian mengangguk. "Kau bilang aku akan mati, kan?" "Benar sekali. Kau mengalami kekalahan dan kehilangan 850 orang prajurit wanita dari pihakmu setelah memutuskan untuk membantu perbatasan Yangzhou." Aku menunduk sejenak, mengingat luka yang terlalu tajam untuk dilupakan, meski itu hanya bagian dari kehidupan yang pernah kujalani di waktu yang berbeda."Ah, tidak, mari mulai dari Kekaisaran Han yang menyerang perbatasan Yangzhou dulu. Kau dan pasukan wanitamu akan membantu garnisun Yangzhou untuk mempertahan