geeeyss:(( sebelumnya aku minta maaf banget:(( bab yang seharusnya aku tulis di bab 86 malah aku tulis di bab 85:( jadi sekarang aku update bab yang kemarin nggak sengaja diupdate ke bab 85 yaa, sementara bab 85 nya juga direvisi:) cuman kayanya baru besok peninjauannya(?) sekali lagi maap banget:))
Malam itu, suara ledakan beruntun mulai menggema di langit. Satu per satu kembang api bermekaran dalam kelopak cahaya yang mengembang seperti bunga musim semi, menyiram langit Kota Beizhou dengan warna merah muda, emas, dan biru safir.Warga yang menyaksikannya berseru senang, aku mendongakkan kepala dan tersenyum lebar. Ternyata langit Beizhou bisa menjadi seindah ini ….Sepanjang hidup, aku tidak pernah keluar untuk menyaksikan pertunjukan kembang api di festival mana pun. Ah, bahkan tahun baru pun, biasanya aku hanya bergaul dengan pelayan yang membakar kambing guling di halaman belakang kediaman. Ye Qingyu tiba-tiba menarik pergelangan tanganku, membawaku melewati keramaian yang menyesaki jalan utama, menuju sebuah jembatan setinggi lantai dua yang membentang di atas jalanan Kota, beberapa jembatan menghubungkan antara lantai dua bangunan dengan bangunan di seberangnya. Di Beizhou, jembatan ini dikenal dengan nama Lianci, penghubung antar-bangunan tua yang dibangun rapat, menjad
Tapi aku menatap matanya dengan yakin. Lalu menjawab pelan."I-itu karena aku tidak ingin melihat satu pun rakyat kita mati sia-sia."Ye Qingyu terdiam. Tatapannya menajam, tidak karena amarah, tapi karena keterkejutan yang terlalu dalam untuk diungkapkan lewat kata-kata.Aku menggenggam erat kedua tanganku. Lalu mengangkat dagu sedikit."Kalau kau masih percaya padaku, Ye Qingyu …, tolong lakukan seperti yang kau rencanakan. Bicaralah pada Gubernur. Kirim orang untuk menyisir wilayah itu. Klaim tambangnya. Dan lindungi rakyat kita.""Bukan sebagai seorang panglima. Tapi sebagai seseorang yang sudah memilih untuk hidup bersamaku." Aku menatapnya dengan sungguh-sungguh. Ye Qingyu mengembuskan napas panjang, lalu mengangguk pelan. Dia mengusap pelan puncak kepalaku. "Tidak perlu aku yang pergi sendiri, Liu Yueqing bisa mewakiliku." Aku menatap tidak setuju. "Bagaimana kalau ada kejadian serupa lagi?" "Tenang saja, Liu Yueqing adalah orang yang paling kupercaya. Nyawanya bahkan sudah
Tanggal 31, bulan 12, tahun ke-50 Dinasti Dayu. Aku berdiri di depan gerbang kediaman setelah mendengar kabar kepulangan suamiku. Setelah menunggu dengan harap-harap cemas karena dia sama sekali tidak membalas pesanku yang meminta memeriksa perbatasan Yangzhou, akhirnya aku bisa bertemu dengannya secara langsung dan menanyakannya. Kakak Kedua juga kembali dari inspeksinya kemarin, dia bilang tidak ada masalah apa pun di tempatnya bekerja hingga ia mengirimkan sejumlah pasukan ke Perbatasan Yangzhou. Aku tidak menyinggung apa pun tentang pertambangan padanya. Tidak, kupikir cukup Ye Qingyu saja yang tahu. Karena saat ini, jenderal militer garnisun Yangzhou saja bahkan tidak tahu kalau Kekaisaran Han sedang memikirkan strategi untuk merebut Yangzhou. Di sebelahku, Xin Jian berdiri diam dengan sabar. Aku sempat bercerita padanya tentang surat yang kukirim pada Ye Qingyu. Xin Jian bilang, mungkin seseorang telah menyabotase suratku, dan dia memutuskan untuk menyelidikinya sejak be
Setelah mendengar cerita Xin Jian, aku mengetahui satu hal yang paling penting. Kekaisaran Han benar-benar sama sekali tidak peduli terhadap rakyat kalangan bawah. Aku harus memberitahu Ye Qingyu alasan kenapa Kekaisaran Han melakukan penyerangan di Perbatasan Yangzhou. Aku akan mengirim surat padanya dan memberitahukan semua informasi itu. Ye Qingyu melakukan inspeksi, dan hendak menyeleksi pasukannya yang akan bergabung dengan garnisun Yangzhou. Kalau kekacauan baru saja terjadi. Itu artinya, mungkin belum ada orang yang tahu bahwa alasan Kekaisaran Han menyerang bukan hanya karena permusuhan ratusan tahun. Tapi pertambangan itulah alasan utamanya. Aku segera menggiling tinta dan menuangkan cairan dafnah ke dalamnya. Lalu membentangkan kertas. "Chunhua." "Ya, Nyonya Muda." "Berapa hari merpati pos bisa tiba di Perbatasan Yangzhou?" "Jaraknya tidak terlalu jauh, paling lama dua hari, Nyonya Muda." Aku segera menulis surat. "Siapkan merpati pos dan datanglah tiga puluh meni
Aku menelan ludah, napasku tercekat, segera menggeleng kencang. Tentu saja tidak ingin. Sekarang aja aku sudah kesulitan menyembunyikan rasa maluku.Ye Qingyu tertawa. "Aku bercanda, hanya bercanda." "Kau pikir lucu bercanda seperti itu?" aku bertanya ketus. "Baiklah, aku minta maaf." Ye Qingyu tersenyum lebar. "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Aku terdiam, menyumpit lauk lagi, sambil menunggu lanjutan kalimatnya. Sejenak, kami berhasil menghilangkan rasa canggung ini. "Aku mendapat surat dari Ayah. Beliau memerintahkanku untuk kembali ke barak Pasukan Kavaleri Barat. Ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan dalam jangka waktu yang lama." Aku meletakkan sumpitku di atas meja. Menatap lurus dengan datar wajah Ye Qingyu yang menyiratkan rasa bersalah."Kau …, pasti kembali sebelum perayaan tahun baru, kan?"Dia sudah berjanji akan membantuku, kan?Ye Qingyu mengangguk. "Sudah pasti." "Pekerjaan apa yang datang tiba-tiba begitu?" tanyaku. Ini adalah hal yang bisa kuketa
Aku menahan napas, memejamkan mata, tidak bisa lagi bersikap biasa saja saat Ye Qingyu berada sedekat ini denganku. Waktu itu, waktu pertama kali melakukan 'itu' dengannya, aku seperti berada dalam keadaan mabuk. Ah, Jiang Xinxin bilang arak pernikahan memang sangat kuat dan seperti mengandung obat perangsang. Jadi aku tidak tahu apakah diriku malu atau justru agresif pada saat itu. Tapi kali ini …. Aku bahkan tidak berani menatap matanya! Bibir kami mulai bersentuhan. Ye Qingyu mendekatkan tubuhnya, hingga kami sepenuhnya saling memeluk dengan erat. Baiklah, aku rasa, aku mulai bisa menerima kenyataan bahwa aku tidak pernah sekali pun keberatan saat tubuhku disentuh Ye Qingyu. Perasaan apa ini namanya? Tok! Tok!"Nyonya Muda, apakah Anda sudah tidur? Saya membawa air hangat untuk mencuci kaki." Aku membulatkan mata, segera mendorong tubuh Ye Qingyu hingga menghantam pintu. "Nyonya Muda?!" suara Chunhua di luar terdengar panik. Aku menyeka bibirku. Segera membalik badan. Ast