/ Romansa / Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku / Bab 85 : "Fisikmu Tak Sekuat Itu"

공유

Bab 85 : "Fisikmu Tak Sekuat Itu"

작가: Xiao Chuhe
last update 최신 업데이트: 2025-07-05 16:14:22
CLANG!

Logam bertemu logam, dan getarannya menjalar ke seluruh halaman. Salju mengepul seperti uap dingin, terlempar oleh hembusan kekuatan dari benturan mereka.

Tubuh mereka terpental sebentar ke arah berlawanan sebelum kembali menapak tanah. Suara burung di kejauhan mendadak lenyap. Bahkan desir angin seperti berhenti bergerak.

Ketegangan menggantung di udara, seperti busur yang ditarik hingga batas.

Aku menahan napas dari sisi jendela, kedua tangan mencengkeram jubahku. Mereka terlihat sangat serius dengan duel ini. Bukan hanya adu pamer keterampilan …, ini hampir seperti duel hidup dan mati.

Xin Jian memutar tubuhnya ke kiri, lalu meluncur ke samping dengan kelincahan seekor serigala gunung. Tubuhnya nyaris tak menyentuh tanah, ringan seperti angin dingin yang menusuk kulit.

Tanpa memberi jeda, tombaknya menyapu rendah, menyasar kaki. Ye Qingyu melompat ringan ke belakang, lalu memutar tubuhnya di udara dan menukik dari atas. Udara seolah terbelah oleh arah serangannya, menc
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 102 : Lidah yang Tajam dan Wajah Seribu Ekspresi

    "Betul," sahut Bibi Chun dengan suara cukup lantang. "Resep khusus dari dapur Istana Dinasti Dayu. Dikirim langsung sebagai bentuk penghormatan untuk Nyonya Muda Ye."Terdengar gumaman tak percaya dari berbagai sudut ruangan. Semua mata kini padaku.Aku tersenyum hangat. "Semuanya berkat Ayah dan Ibu Mertua yang sangat menyayangiku, sehingga sempat memberikan hadiah yang sangat bagus ini untuk tamu-tamuku." "Padahal beliau baru kembali dari inspeksi di perbatasan. Saya sungguh mengucapkan terima kasih yang berkali-kali lipat untuk Ayah dan Ibu Mertua saya." Aku membungkuk di depan Nyonya Besar Ye yang selalu berdiri di dekatku. "Tidak perlu formalitas seperti itu, Nak. Ibu membantumu karena kamu sudah banyak membantu Ayah dan Ibu. Nasihat untukmu di tahun yang baru ini, tetaplah menjadi istri yang berbakti pada suami, dan menjadi menantu yang menghormati orang tua suami."Aku mengangguk senang. "Terima kasih atas kebaikan hati Ibu Mertua."Bisik-bisik kembali terdengar. "Padahal sel

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 101 : Menyulut Api

    Ketika matanya kembali bertemu dengan mataku, seberkas cemooh muncul dari sorot matanya, begitu cepat, hanya satu detik, tapi cukup untuk membuatku ingin menertawakannya keras-keras di hadapan semua orang."Sepertinya Kakak sudah tidak bisa menjawab lagi, ya …," ucap Chuanyan lembut, tapi nadanya mengiris. "Tapi mari melupakan dendan masa lalu. Sudah lama kita tidak bertemu dalam suasana bahagia, kan?"Aku tersenyum sopan. "Tentu. Rasanya seperti mimpi bisa menyambutmu …, dengan posisi yang terbalik."Chuanyan memiringkan kepala. "Maksudmu?""Aku yang berdiri di atas pelaminan," jawabku ringan. "Dan kau yang menjadi tamu undangan."Senyumnya menegang sesaat, tapi ia segera terkekeh pelan. "Tentu saja. Dan aku harap kau menikmatinya, karena tidak semua mimpi indah berlangsung lama."Sungguh, jika bukan karena aturan etiket, aku ingin melemparkan bunga giok dari meja persembahan ke wajahnya.Aku memperhatikan Chuanyan yang berjalan ringan di atas permadani merah dengan sikap yang dibuat

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 100 : Malam Perayaan Tahun Baru

    Malam Perayaan.Musik petik bersenandung lembut di udara yang mulai dipenuhi wangi lilin bunga persik. Langit Beizhou menjingga, dan aula utama kediaman Jenderal Ye telah bersolek sepenuhnya, lampion-lampion merah digantung rendah, taburan bunga liar menghiasi pilar, serta hiasan emas dan hijau giok menyelubungi meja persembahan di pusat aula.Aku berdiri di sisi aula dengan gaun merah yang menonjolkan keanggunan khas seorang Nyonya Muda, menyambut para tamu yang akan berdatangan dengan iringan suara petasan dan denting lonceng kecil di setiap sudut."Pesta ini terlihat lebih megah dari semua pesta yang pernah digelar di Beizhou," komentar Bibi Chun lirih di sampingku.Aku hanya tersenyum. "Aku tidak ingin mengecewakan siapa pun malam ini.""Ini pertama kalinya Kediaman Jenderal Ye mengadakan perayaan yang semeriah ini. Saya senang sekali dengan kehadiran Nyonya Muda." Bibi Chun tak habis-habisnya memujiku, aku jadi hanya bisa tersenyum canggung menanggapinya. Dan tepat saat itu, su

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 99 : Kehangatan Keluarga

    Dua belas jam sebelum perjamuan.Langit Beizhou masih diselimuti embun pagi ketika aroma wangi dupa merah muda perlahan memenuhi halaman depan kediaman Jenderal Ye. Pelayan-pelayan tampak sibuk menyiapkan penyambutan sederhana—bunga plum digantung di depan aula utama, dan teko-teko teh baru dipanaskan di dapur barat.Aku sudah berdiri di depan pintu aula utama sejak matahari mulai naik. Gaun sederhanaku bergoyang pelan tertiup angin, dan Chunhua membenarkan selendang tipisku sambil berbisik, "Nyonya Muda terlihat sangat anggun hari ini."Aku tersenyum, gugup. Ini pertama kalinya aku akan menyambut langsung Ibu dan Ayah Mertua setelah resmi menjadi bagian keluarga ini."Apakah aku terlalu mencolok?" tanyaku pada Ye Qingyu yang berdiri tak jauh dariku, dengan jubah hitamnya yang rapi dan rambut diikat tinggi."Sedikit," sahutnya pelan, "tapi Ibu pasti suka. Beliau suka warna merah marun. Kau tampak seperti menantu teladan."Aku mencibir kecil, "Kau bisa memuji lebih manis lagi, Tuan Mu

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 98 : Sebagai Suami

    "Ye Qingyu?"Napasnya masih sedikit memburu. Dahinya basah oleh peluh tipis, seperti baru saja berlari mengejarku sejak aku meninggalkannya di Lianci. "Apa yang sedang kau lakukan?" suaranya rendah, tapi nadanya tegas. Matanya menatap tajam ke arah papan nama di atas pintu rumah bordil, lalu kembali ke mataku. "Kau tahu tempat macam apa ini, Zhou Jingxi?"Aku membuka mulut. Tapi tidak ada suara yang keluar."Aku—""Aku tak butuh alasan sekarang." Suaranya melunak, namun nada khawatirnya tidak bisa disembunyikan. "Lihatlah dirimu. Lari malam-malam hanya untuk mengejar sesuatu yang bahkan belum kau pastikan."Aku menunduk, tapi genggamanku pada lengan bajunya menguat."Aku mencium aroma tinta buatanku, Ye Qingyu. Tinta dafnah yang kupakai untuk menulis surat itu." Suaraku nyaris berbisik. "Orang itu, yang lewat di Lianci …, dia membawanya aroma tinta yang seharusnya hanya aku yang memilikinya. Aromanya mengarah ke sini."Ye Qingyu menatapku lama, tatapannya sulit ditebak. Campuran bing

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 97 : Pria Beraroma Dafnah di Lianci

    Malam itu, suara ledakan beruntun mulai menggema di langit. Satu per satu kembang api bermekaran dalam kelopak cahaya yang mengembang seperti bunga musim semi, menyiram langit Kota Beizhou dengan warna merah muda, emas, dan biru safir.Warga yang menyaksikannya berseru senang, aku mendongakkan kepala dan tersenyum lebar. Ternyata langit Beizhou bisa menjadi seindah ini ….Sepanjang hidup, aku tidak pernah keluar untuk menyaksikan pertunjukan kembang api di festival mana pun. Ah, bahkan tahun baru pun, biasanya aku hanya bergaul dengan pelayan yang membakar kambing guling di halaman belakang kediaman. Ye Qingyu tiba-tiba menarik pergelangan tanganku, membawaku melewati keramaian yang menyesaki jalan utama, menuju sebuah jembatan setinggi lantai dua yang membentang di atas jalanan Kota, beberapa jembatan menghubungkan antara lantai dua bangunan dengan bangunan di seberangnya. Di Beizhou, jembatan ini dikenal dengan nama Lianci, penghubung antar-bangunan tua yang dibangun rapat, menjad

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status