Bab 5

Air mata yang asin mengalir ke mulutku, Samuel, kamu tidak akan punya kesempatan untuk menebus padaku lagi di kehidupan ini.

Dalam dua hari lagi, aku akan benar-benar menghilang dari negara ini.

Begitu aku berjalan melewati pintu utama Rumah Sakit, beberapa pria bertampang preman mengepungku.

“Siapa yang bernama Clara? Aku menghabiskan ratusan juta, tapi putriku masih belum bisa disembuhkan!”

Clara yang mengikutiku langsung memucat, dia secara naluriah bersembunyi di belakang Samuel, lalu menunjukku dan gemetar.

“Dia... Dia.”

Alis Samuel berkerut dalam, tetapi Clara memohon dengan lembut di telinganya, “Kumohon, biarkan Kakak Senior menggantikanku, aku sedang mengandung anakmu, Samuel!”

Pikiranku berdengung dan aku secara naluriah menggelengkan kepala sambil memohon, “Tidak, kumohon...”

Mata Samuel dipenuhi kebingungan dan rasa sakit, tetapi akhirnya dia menggertakkan giginya dan mendorongku.

“Dia sedang hamil dan tidak bisa terguncang, aku akan dengan cepat memanggil satpam untuk menyelamatkanmu!”

Aku ditekan oleh para preman itu, pakaianku dirobek-robek.

Aku meronta hebat, berteriak putus asa, berusaha kabur, tetapi mereka jelas sudah penuh persiapan.

“Tidak apa-apa menyakitinya, paling-paling, hanya akan mendapat hukuman ringan dan dipenjara beberapa hari!”

Ketika Samuel tiba dengan satpam, aku terbaring memar di lantai ubin yang dingin, mataku dipenuhi kekosongan dan keputusasaan.

Dia memelukku dengan wajah yang dipenuhi rasa bersalah. “Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi, tapi aku tidak bisa mengabaikan anak itu.”

“Aku akan membawamu pulang dan meminta Clara untuk mengurusmu, anggap saja sebagai permintaan maaf padamu!”

Samuel yang dulu akan membelaku, tetapi dia yang sekarang malah menjerumuskanku ke dalam neraka demi orang lain.

Aku patah hati, sudah tidak bisa membedakan mana yang lebih menyakitkan, fisik atau mental.

“Aku tidak mau permintaan maaf, biarkan aku pergi.”

Samuel menghentikanku dengan menciumku keras, saking kerasnya sampai aku bisa merasakan ada darah.

“Kamu itu istriku! Kamu mau ke mana?”

“Aku benar-benar bersalah padamu hari ini, aku akan memasak untukmu nanti!”

Sungguh konyol! Aku begitu sibuk memasak untuknya setiap hari, dia bahkan tidak pernah mengucapkan terima kasih.

Lalu hanya karena dia melakukannya satu kali, dia ingin aku menghapus rasa sakit yang kuderita?

Aku duduk di kursi seperti boneka tidak bernyawa, membiarkan Clara terus memprovokasiku.

“Kakak Senior, suamimu sangat berguna, dia telah merawatku dengan sangat nyaman selama enam bulan terakhir.”

Aku berkata dengan dingin, “Kalau kamu mau barang bekas, ambil saja. Lagipula, tesismu juga selalu menggunakan data yang tidak kubutuhkan.”

Wajah Clara berubah, senyumnya tiba-tiba menjadi sedikit aneh.

“Kakak Senior, tahukah kamu bagaimana ibumu... Menjalani kehidupan selama enam bulan terakhir ini?”

Aku mengerutkan kening, firasat buruk memenuhi hatiku dan bertanya dengan gemetar, “Jelaskan apa yang kamu katakan.”

Clara tampak tidak senang dengan reaksiku, ekspresinya kejam namun diwarnai rasa kasihan.