Share

Ketika Selingkuhan Suamiku Datang ke Rumahku
Ketika Selingkuhan Suamiku Datang ke Rumahku
Penulis: Fahira Khanza

Bab 1. Kedatangan Tamu

"Mbak Fiona, bantu saya untuk menghapus video seks yang dibuat oleh suami Mbak saat kami sedang melakukan hubungan terlarang itu, Mbak."

Wanita bergaun merah maroon dengan tubuh berisi itu kini menatap penuh permohonan ke arahku. Dari sorot matanya, dapat kutangkap sebuah harapan besar.

"Saya janji, Mbak. Setelah video itu terhapus, saya akan benar-benar meninggalkan Mas Narendra. Saya janji." Lagi, wanita itu menghiba. Memasang wajah semenyedihkan mungkin.

Aku menarik nafas dalam.

Badanku terasa lemas dan kepalaku pening.

Aku menyesal mempersilakan wanita ini masuk ke rumahku karena mengaku sebagai kenalan Mas Narendra. Sejak tadi, dia berkata yang bukan-bukan. Ia mengaku telah menjadi selingkuhan suamiku selama lima tahun lamanya, lalu meminta maaf padaku.

Belum sempat aku meresponsnya, sekarang wanita ini bilang suamiku membuat video seks dengannya? Yang benar saja!

"Berhenti bercanda, Mbak Citra." Akhirnya, satu kalimat berhasil lolos aku keluarkan.

Sayangnya, wanita bernama Citra ini hanya diam saja–membuat kemarahanku tiba-tiba memuncak.

"Baiklah. Jika Anda memang mencintai suami saya, maka saya pun hargai kejujuran Anda. Bukankah mencintai, menyayangi, dan mengagumi adalah hak setiap orang? Tapi, jangan menciptakan fitnahan murahan seperti itu! Sebaiknya, Anda keluar dari rumah saya sekarang!" usirku padanya.

Suamiku–Narendra Aditama–adalah sosok lelaki yang baik. Selama 10 tahun, aku menyandang gelar sebagai istrinya, Mas Narendra selalu memperlakukanku bak seorang ratu. Sekali pun tak pernah aku dibuatnya kecewa sekalipun kami belum dikaruniai anak.

Jadi, mana bisa aku langsung percaya begitu saja dengan orang asing yang baru pertama kali kutemui? Ck!

"Apa Mbak Fiona tidak percaya dengan apa yang saya katakan tadi?" Mendengar itu, aku hanya mengedikkan kedua bahuku.

Jika melihat setiap ekspresi dan gelagat yang ditunjukkan olehnya, awalnya aku memang nyaris percaya ucapannya. Akan tetapi, kuingat suamiku dan seribu kebaikannya, hingga merasa wanita ini hanyalah memainkan sebuah lelucon belaka.

"Jika Mbak Fiona memang tidak percaya, saya ada buktinya."

Aku menatap wanita bertubuh berisi itu sedang merogoh tas sandang yang ia bawa. Kemudian dikeluarkannya ponsel dari dalam tasnya. Jemari wanita itu dengan lincah menari-nari di atas layar ponsel. Setelahnya, ia mengulurkan benda pipihnya ke arahku.

"Lihatlah ini kalau Mbak Fiona tidak percaya."

Aku memijit pelipisku, tetapi akhirnya kuterima juga ponselnya.

Layar ponsel itu kini menampilkan Mas Narendra dan Citra dengan pose yang begitu mesra di atas ranjang.

Seketika terbelalaklah kedua bola mataku saat melihat layar ponsel milik wanita itu.

Mungkinkah ini nyata? Aku seketika merasa mual.

“Kau–”

"–Sebenarnya, saya malu menunjukkan foto-foto itu. Tapi, saya ingin Mbak Fiona percaya dengan apa yang saya katakan tadi. Mbak Fiona bisa menggeser layar ponsel itu untuk melihat foto yang lainnya, supaya Mbak Fiona bisa lebih percaya."

Akhirnya, kulakukan seperti apa yang wanita itu minta. Dan benar saja, ada begitu banyak foto mesra mereka berdua.

Untung saja, logikaku kembali bekerja. "Bukankah sebuah foto mudah sekali untuk diedit? Tinggal bawa ke tukang foto, beres! Dan aku pun juga bisa melakukannya."

Kuraup udara dalam-dalam. Berusaha menekan kuat-kuat emosi yang sebenarnya telah bergejolak.

"Apa Anda sangat tergila-gila dengan suami saya, hingga tanpa rasa malu melakukan cara menjijikkan seperti ini?" tambahku sambil tersenyum.

"Saya mohon Mbak Fiona percaya. Mas Narendra menggunakan video itu untuk memeras harta saya, Mbak. Dia mengancam saya akan menyebarkan video itu jika saya tidak memenuhi keinginannya."

Selain tampan, suamiku mapan. Dia menjabat sebagai seorang supervisor di perusahaan besar. Suamiku juga memiliki 3 cabang rumah makan yang sudah empat tahun ini ia dirikan. Dia tidak kekurangan uang dan gila harta!

Ucapan wanita ini sangat tidak masuk akal!

Tanganku mengepal dan aku segera bangkit dari tempat dudukku. "Stop! Hentikan fitnah murahan yang kamu ciptakan itu!"

Tak lupa, kuletakkan ponsel wanita itu di atas meja dengan kasar. "Apa Anda tidak sadar kalau Anda keterlaluan? Anda ciptakan fitnah sedemikian rupa pada suamiku untuk apa?! Agar saya tinggalkan suamiku begitu saja hanya karena fitnah itu?" Kali ini nada suaraku semakin meninggi. Tak terima dengan fitnah yang kurasa semakin keterlaluan.

Kuangkat sebelah tanganku saat wanita itu akan bersuara. Aku memintanya untuk diam.

"Silakan pergi dari sini! Jika memang Anda sangat tergila-gila dengan suamiku, temui dia. Bicarakan baik-baik. Katakan padanya jika kamu menginginkannya. Jika memang suamiku mau, ambilah. Tapi jika ia sama sekali tak berminat denganmu, hentikan cara licik ini!"

Ada yang terasa nyeri di dalam hati saat mengucapkan kalimat itu. Namun, aku harus menunjukkan padanya mengenai posisiku sebagai istri Narendra.

"Mbak Fiona, saya tidak berbohong. Saya sudah menunjukkan berbagai foto kami agar Mbak percaya." Wajah wanita itu lesu dan kecewa.

Kembali kududukkan tubuhku ke tempat semula dengan sebelah kaki menyilang di kaki satunya. Kutatap wanita itu tajam, tetapi dia masih bersikeras.

"Sungguh, Mbak. Sedikit pun tidak ada niat untuk menggeser posisi Mbak Fiona. Kedatangan saya kesini karena benar-benar membutuhkan pertolongan Mbak Fiona untuk menghapus video-video itu."

Terdengar wanita itu meraup udara dalam-dalam.

"Sudah sejak lama, saya ingin meninggalkan suami Mbak. Namun, Mas Narendra mengikat saya dengan video-video itu. Dia mengancam saya akan menyebarkan video itu jika saya tidak mau menurutinya. Mas Narendra terus memeras saya, Mbak. Entah sudah berapa ratus juta uang saya yang masuk ke dalam rekeningnya."

Aku menelisik wajah wanita itu, berharap menemukan kebohongan dalam setiap guratannya. Akan tetapi aku tak menemukannya. Bahkan yang kutangkap adanya kesedihan, tekanan dan ketakutan pada kedua iris hitam itu.

"Apa Mbak Fiona masih tidak percaya? Coba Mbak logika saja, apa mungkin dengan jabatan suami Mbak yang sebelumnya hanya seorang pegawai biasa bisa mendirikan rumah makan? Sedangkan Mbak tau sendiri bagaimana latar belakang keluarga suami Mbak itu?"

Ingatanku langsung terlempar pada kejadian beberapa tahun silam. Memang benar yang dikatakan oleh wanita itu, Mas Narendra mendirikan rumah makan saat dirinya masih menjabat sebagai karyawan biasa. Hingga 5 bulan setelah usaha Mas Narendra berjalan, ia baru diangkat sebagai seorang supervisor.

Akan tetapi, saat aku tanyakan dari mana modal yang ia dapat, Mas Narendra mengatakan jika uang itu hasil dari penjualan warisan milik kedua orangtua Ibu mertua.

Seketika kepalaku terasa berdenyut nyeri.

"Sekali lagi saya minta tolong sama Mbak Fiona. Tolong bantu saya, Mbak. Setelah itu saya janji, saya benar-benar akan meninggalkan suami Mbak Fiona."

Aku masih terdiam. Tak memberikan respon apapun.

"Kalau begitu saya pamit dulu, Mbak. Mungkin Mbak saat ini merasa terkejut, lain waktu saya akan datang dan kembali menemui Mbak Fiona."

Wanita itu bangkit dari tempat duduknya. Setelahnya, ia melangkah menuju pintu utama–meninggalkanku yang ragu apakah harus mengkonfrontasi suamiku tentang ini semua.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri dungu yg terlalu percaya suaminya setia.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status