Share

Third Story: Pertemuan

Penulis: _yukimA15
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-19 09:29:44

"Apa kak Yu sudah baik-baik saja?"

"Ya. Tadi itu mungkin karena ingatan Viyuranessa yang tiba-tiba muncul di kepalaku."

"Ingatan?"

Aku mengangguk dan mengatakan, "Kemungkinan, kita akan mengingat semua kenangan mereka sebelumnya, Zu!"

"Oh."

Aku dan adikku sedang berjalan melintasi mansion. Kami perlu menjelajahi kawasan ini tentunya untuk mengingat tata letak kediaman yang baru bagi kami. Meskipun, suasana kediaman baru kami ini terasa tidak asing bagi kami.

"Zu! Hal pertama yang harus kita siapkan itu... Sepertinya, kita memerlukan susu, Zu!" ucapku.

"Huh!? Untuk apa?" ucap Celzuru yang tentunya terheran. "Kalau untuk membuat susu stroberi, baru aku mau. Tapi, disini tidak ada blender. Kenapa jadi itu hal pertama yang harus disiapkan!?"

"Susu stroberi, tinggal dikocok manual juga bisa," ucapku. "Dengan susu, kita bisa membuat mentega, krim, keju, dan juga... mozarella. Jadi, kita bisa membuat pizza, spageti, dan... Ya, mengingat dimana kita sekarang, tidak mungkin aku harus memakan semua itu. Makanan enak itu penting untuk mood!!! Sihir juga perlu energi! Makanan yang paling utama!"

"Behh... Kak Yu aja yang kepengen bikin ini itu. Ga apa-apa sih kah, aku tinggal makannya saja. Emangnya, peralatan dan bahannya disini lengkap, kak?"

Kami berhenti di sebuah perpustakaan yang luas dan memenuhi semua rak buku di kedua lantai. Tempatnya berada di lantai tertinggi mansion. Ruangan itu memiliki kaca besar, sehingga cahaya matahari bebas masuk untuk menyinari buku-buku itu.

"Karena itu aku butuh buku-buku ini," ucapku. Aku segera melihat beberapa buku. "Mungkin, aku perlu menulis semua pengetahuan yang ku tahu, sebelum aku lupa."

"Kakak mau membaca semuanya!? Seriusan nih!?" ucap Celzuru.

"Begitulah meski tidak mau, mau bagaimana lagi. Mungkin, aku harus mengetahui tentang sihir terlebih dahulu," aku segera mengambil beberapa buku tentang sihir.

"Kak Yu selalu saja menyelipkan kata mungkin saat mengeluarkan pendapat."

"Karena kita tidak tahu pasti masa depan itu seperti apa, seperti yang ku katakan sebelumnya, hehe."

Celzuru meninggalkan ruangan yang membosankan baginya ini, tinggallah diriku yang masih berjalan pelan ke banyak rak-rak buku dengan mata yang tak henti memilah buku2 yang terpenting dulu. Tentunya di kepalaku campur aduk memikirkan hal ini itu terutama cerita novel itu.

'Haruskah aku menuliskan jalan cerita itu dulu?' Aku menggelengkan kepala hingga helaian rambutku ikut bergerak. 'Jangan deh, bahaya kalo ada yang baca.'

***

Celzuru sedang meminta ibunda mencarikan guru padanya. Kegiatan berat seperti itu pasti akan ditolaknya. Jadi, aku menyarankannya untuk mengatakan hanya untuk melatih kelincahan dari pada kekuatannya. Ini demi melindungi diri dari bahaya.

Aku berada di dalam kamar dan duduk di kursi dekat jendela sambil membaca buku. Sekali-kali mataku memperhatikan langit cerah untuk mengistirahatkan otakku sesaat. Membuatku jadi memikirkan banyak hal positif aku bahkan bisa tersenyum.

Kembali menghadap buku dan memfokuskan kembali ke inti permasalahan keadaanku sekarang. Aku berniat mulai mencoba hal terpenting di dunia ini.

'Setiap orang hanya memiliki satu elemen sihir. Untuk mengaktifkannya, hanya perlu membayangkannya saja. Karena aku memiliki ingatan Viyuranessa sebelumnya meski belum sepenuhnya, aku masih mengingat bagaimana ia telah memperkuat sihirnya.'

Aku menadahkan tanganku ke atas meja. Aku mencoba mengeluarkan listrik dari tangan. Suara sambaran listrik terdengar yang disertai cahaya silau saat listrik itu terlihat.

'Aku hanya perlu membayangkannya. Tetapi, jika membayang yang tidak masuk akal untuk sihir ini, ini tidak akan bekerja. Seperti, ingin membentuk sebuah bunga dengan aliran listrik ini. Kalau dipikir lagi, sihir angin, tanah dan air bisa.'

Aku memperhatikan buku kosong di atas meja. Buku itu aku siapkan untuk ku tulis. Aku mengaktifkan sihir listrik ku pada buku itu hingga aku berhasil membuka buku itu dengan sihir ini.

'Jadi, ini hanya perlu memahami struktur fisiknya bagaimana untuk bisa melakukan hal seperti ini.'

Lalu tanpa menyentuhnya, dengan sihir ini aku merobek selembar kertas dari buku itu. Kemudian, terbentuklah sebuah bunga mawar dari sobekan kertas tersebut. Aku sedikit tersenyum melihat hasil eksperimenku.

'Memangnya seberapa banyak kapasitas sihir ini? Untuk melakukan hal tadi, sepertinya sangat menguras energi. Aku sudah lelah dan apa mungkin karena perlu berpikir keras mengendalikannya?'

"Aku memang sangat perlu makanan lezat..."

Aku menghadap ke jendela. Lalu, aku segera menadah tangan kananku. Perlahan-lahan aku mengumpulkan arus listrik di telapak tanganku hingga terbentuk bola listrik yang kecil. Namun, sihir tersebut terlihat semakin besar sedikit demi sedikit. Kamarku pun tertutup banyak bayangan dikarenakan sinar bola listrik ini lebih silau dari penerang ruangan ini. Namun, sinar listrik itu meredup saat aku melihat sebuah kereta kuda mewah sedang melaju menuju mansion Roseary ini.

'Karena penduduk lebih mengandalkan sihir, perkembangan di dunia ini pun terhambat. Cahaya di ruangan ini saja menggunakan batu yang diisi energi sihir yang kemudian berubah menjadi energi cahaya. Dan tentu harganya mahal sehingga rakyat jelata hanya menggunakan lilin untuk penerangan.'

Aku kembali duduk dan membaca kembali buku yang ku pegang, 'Bagaimana kalau aku coba mencari orang itu?'

"Lady Viyura!" Klea menunjukkan dirinya yang lelah karena ia berlari. "Putra Mahkota sudah tiba, Lady Viyura!" ucapnya dengan bersemangat.

'Untuk apa juga kamu bersemangat seperti itu?' batinku. Aku menatap maid itu dengan tatapanku yang datar. 'Tahu tidak, pangeran itu akan menebasmu, bodoh!'

"Lady?! Bukankah, anda sangat menantikan hari ini. Kenapa anda tidak terlihat senang?" ucap Klea.

"Ya ya! Aku senang!" aku memaksa senyumku hingga terlihat kaku. "Mungkin, aku terlalu gugup saja."

"Uwuh!"

Aku segera berdiri dan menutup buku bersama dengan mataku untuk sejenak berpikir, 'Ya aku juga sedikit gugup karena tidak tahu apa yang harus ku katakan. Aku tidak seperti Zu yang dengan mudahnya bicara dengan orang-orang. Tetapi, aku juga ingin melihat secara langsung pangeran itu!'

***

Pangeran Agnreandel berada di ruangan pertemuan yang telah disiapkan. Di dalam, ia bersama ajudannya, Rennel. Sedangkan diluar ruangan, aku menarik nafas panjang sebelum membuka pintu. Padahal, pangeran sudah lama menyadari keberadaanku di balik pintu.

'Di novel, diriku di cerita itu telah melakukan kesalahan karena tidak sengaja menumpahkan teh di gaunnya sendiri karena gugup. Pangeran menatapnya dingin dan jijik melihat pemandangan itu sehingga ia segera kembali dengan beralasan ada pekerjaan mendadak setelah ia membicarakan pertunangan resmi.'

'Aku harus memberikannya kesan baik kepadanya meski aku tidak tahu bagaimana.'

Aku segera menghembuskan nafas sambil membuka pintu itu. Sosok lelaki berumur empat belas tahun, tertangkap oleh mataku.

'Rambut hitam lurus berkilau dengan iris yang berwarna merah, Red Diamond. Tatapannya tajam. Ia sangat tampan. Tapi, senyuman itu hanya menutupi sifat aslinya. Apa aku bisa melawan Sang Pangeran jenius? Apalagi ia...' batinku saat aku melihat senyuman Pangeran Agnreandel.

Aku melihat tatapan Pangeran itu yang sedang menatap mataku. Namun, seperti biasa aku segera mengalihkan pandangan.

'Aku belum terbiasa menatap mata orang yang baru ku temui. Dan... Ya aku bisa melihat dari tatapannya, tatapan kebencian,' tatapanku turun dan tangan kananku berada di depan dadaku setelah merasakan sedikit gejolak di dadaku.

"Lady!" bisik Klea.

'Yah, aku lupa sapaannya!' batinku. Aku mulai merunduk sambil menurunkan sedikit tubuh. Aku juga mengangkat sedikit gaunku untuk memberikan hormat kepada orang di hadapanku. "Maaf membuat anda menunggu, Yang Mulia Putra Mahkota Pangeran Agnreandel Leansane Diamondver."

Aku berpikir disela sapaan, 'Aku tidak ingat kalau pernah menghafal namanya?! Apa ini adalah ingatannya?'

"Jiwa sekeras berlian akan berkilau! Saya putri pertama duke Roseary, Viyuranessa Roseary."

Pangeran Agnreandel dapat melihat ku menatapnya dengan wajah datar dan ia tidak melihat sedikitpun lengkung bibir ku yang melengkung membentuk huruf U.

"...Saya pangeran pertama kerajaan Diamondver, Agnreandel Leansane Diamonder."

Pangeran itu memperkenalkan dirinya dengan senyuman palsu yang bisa ku lihat dengan jelas. Karena tidak ingin menatap wajah Sang Pangeran, aku segera merunduk dengan tangan kananku yang menggenggam tangan kiriku di depan tubuhku.

'Aku sangat gugup. Tetapi jika dilihat lagi, takdirku ini mungkin akan seperti...'

Aku teringat sesuatu, tetapi aku segera menggelengkan kepalaku untuk menyangkal yang yang ku pikirkan tersebut. 'Tidak, lupakan saja, Yu!'

'Lagipula, aku tidak bisa kembali lagi!'

_____

See U...

- This is My Story -

by: yukimA15

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    162nd Story: Sulit Untuk Jujur

    "Kamu benar-benar santai, Rean. Yang mereka incar sebenarnya adalah kamu." Rean tersentak dan tentunya terheran. "Bagaimana kamu tahu itu, Yu!?" Aku tentunya terheran dengan keterkejutannya yang jelas-jelas terlihat. "Kenapa kamu jadi berpikir aku tidak bakalan menyadari hal seperti ini." "Tunggu dulu, Yu. Apa saja yang sudah kamu ketahui mengenai hal ini?" Termenung memikirkan Zennofer yang masih berada disana, aku hanya bisa menghembuskan nafas pasrah dengan keadaan yang rumit ini. 'Dia juga bisa lebih gila lagi jika dibiarkan lebih lama. Aku tidak ingin tangannya jadi kotor lagi akibat ulah keserakahan orang itu.' 'Aku tidak bisa melakukannya sendirian.' 'Karena itu waktu itu aku mencoba membicarakannya dengannya, tetapi malah...!' "Itu-" "Viyura!" Lina melihatku dan segera menghampiriku. Aku menoleh ke arah Lina sambil mengatakan, "Kita bicarakan nanti ya, Rean," ucapku yang hanya didengar oleh Rean. "Jelaskan saja sekarang, Yu!" "Nanti saja!" Memberikan tatapan

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    161st Story: Kejutan

    "Racunkah." "Bagaimana kamu yakin, Yu?" "Rasa minuman sangat berbeda! Chiii, nyebelin juga ya makan diganggu gini!" Sedikit tarikan nafas dalam untuk meredam kekesalan ini, pikiran jernih pun jernih hingga sempat terpikirkan banyak hal. "Tapi bagus sih, kita bisa memanfaatkan percobaan ngeracun gini, mwehehe!" Aku tersenyum dengan mata yang menyipit. "Bagaimana?" "Bagaimana kalau kita berpura-pura meminumnya sampai habis sehingga mereka menganggap kalau kita memiliki resistensi terhadap racun?" "Kamu yakin kalau mereka yang menaruh racun?" "Bagaimana ga yakin, rasanya aja jadi jelek gini!? Mungkin saja kan mereka pembunuh profesional yang menghalalkan segala cara untuk membunuh targetnya. Untungnya soal rasa makanan aku bisa membedakannya. Orang yang tidak cicip dulu dari aromanya dulu lalu mulai masuk mulut, cuma lihat penampilan saja kayak kamu ini, mudah teracuni! Dasar ga pekaan!" "Jangan nusuk gitu roasting tunanganmu ini, Yu. Tak apa sih, masih tetap sayang."

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    160th Story: Gangguan

    Di tengah keramaian kota, di taman kota banyak yang membangun stand-stand yang menjual berbagai macam terutama makanan dan minuman. Melihat kesana kemari dengan bersemangat. Aku cukup bingung ingin menghampiri stand yang mana dulu. Satu hal yang paling menarik perhatian yaitu... Aku segera melangkah menghampiri kedai minuman dingin. Meskipun mereka memiliki menu yang banyak, tetap saja aku memilih, "Es teh!" Sambil menyeruput minuman menyegarkan bagi tubuh dan pikiran, aku melirik sosok Rean yang melihat diriku dan terlihat bersemangat entah kenapa. 'Masa sih ia terlihat bersemangat gitu hanya melihatku? Hem....' 'Iya sih, aku juga gitu....' 'Ia jauh lebih keren padahal.' 'Tidak ku sangka ia bisa mengubah kerajaan ini dengan sesingkat ini.' 'Aku bahkan dengar ada beragam pelatihan dilakukan untuk mengurangi pengangguran.' 'Meskipun aku juga sering melihat perkembangan cepat di Lezarion, tapi disini lebih cepat!' Mataku kembali bergeser ke arah Rean yang mana ia terli

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status