Share

Bab 10

Author: Author Key
last update Last Updated: 2025-06-29 08:39:27

Minggu-minggu awal kehamilan Aisyah adalah badai emosi dan fisik yang tak berkesudahan, mual dan muntah parah, yang sering disebut morning sickness. Membuat Aisyah sulit makan dan beraktivitas, tubuhnya terasa begitu lemas, namun jiwanya jauh lebih rapuh. Setiap kali perutnya bergejolak, atau setiap kali ia merasakan kram ringan, rasa takut akan kehilangan janin ini menyergapnya.

Pikiran tentang Adrian masih menghantuinya, ada rasa marah yang membakar, namun juga kesedihan mendalam atas pengkhianatan itu. Ia mencoba mencari cara untuk menghubunginya lagi, tapi semua usahanya sia-sia. Hasan seolah lenyap ditelan bumi, meninggalkan Aisyah menghadapi badai ini sendirian.

Aisyah tahu ia tidak bisa menyimpan rahasia ini selamanya, tapi ia juga belum siap. Ia mulai mencari cara agar kehamilannya tidak terlalu kentara. Pakaian longgar menjadi pilihannya, dan ia sengaja menghindari kumpul-kumpul sosial yang bisa memicu pertanyaan. Ia mencari informasi di internet tentang kehamilan trimest
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 17.

    Aisyah menutup matanya erat, mencoba menahan emosi yang bergejolak. "Aku tidak bisa. Aku... aku tidak siap untuk ini, Adrian," ucapnya, suaranya bergetar. Adrian menatapnya lekat, matanya dipenuhi campuran kekecewaan dan kebingungan. "Tidak siap untuk apa, Aisyah? Untuk bicara? Untuk melanjutkan kisah kita dulu?" Nada suaranya sarat dengan kepedihan yang tak bisa disembunyikan. Aisyah menggelengkan kepala, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Bukan itu. Aku, aku tidak bisa menghadapi lagi semua kenangan itu. Ini terlalu menyakitkan, Adrian." Ia akhirnya mengucapkan alasan yang selama ini ia pendam, sebuah kebenaran yang pahit. Kenangan masa lalu mereka, yang berakhir dengan luka, adalah tembok tebal yang ia bangun. Sebelum Adrian sempat membalas, sebuah suara familiar memecah ketegangan di antara mereka. "Aisyah? Akhirnya aku menemukanmu!" Aisyah tersentak, ia menoleh ke arah sumber suara, dan jantungnya kembali berdesir, kali ini karena kejutan. Berdiri tidak jauh d

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 16

    Di antara keramaian lobi gedung pertemuan yang mewah, Aisyah merasa jantungnya berdebar kencang, bukan karena kegembiraan, melainkan karena kecemasan. Matanya terus menyapu setiap sudut ruangan, mencari celah untuk menghindar. Ia tahu Adrian ada di sini, dan pertemuan dengannya adalah hal terakhir yang ia inginkan. "Astaga," gumamnya pelan saat melihat punggung Adrian di dekat meja registrasi, sedang berbicara dengan seseorang. Aisyah segera memutar badan, berpura-pura tertarik pada pajangan bunga di dekat pilar. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan degup jantungnya. Pikirannya kalut, ia harus mencapai lift tanpa terlihat. Aisyah menyusun rencana cepat berpura-pura menelepon, berjalan cepat tapi tidak tergesa-gesa, dan menunduk seolah sibuk dengan ponselnya. Ini adalah taktik lamanya, dan sering kali berhasil. Saat Adrian bergerak sedikit ke kiri, Aisyah melihat peluang. Ia melangkahkan kaki, menyusup di antara sekelompok tamu yang sedang tertawa. Aroma kopi yang k

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 15

    Dentuman musik mengalun lembut di ballroom mewah hotel bintang lima itu, berpadu dengan riuhnya tawa dan obrolan para tamu. Aroma sedap hidangan prasmanan dan semerbak bunga sedap malam mengisi setiap sudut ruangan. Aisyah, dengan gaun batiknya yang elegan, menyesap minumannya perlahan sambil sesekali membalas sapaan kenalan. Ini adalah pernikahan sahabatnya, dan ia berusaha menikmati setiap momen, meski hatinya terasa sedikit kosong belakangan ini. Saat sedang asyik memperhatikan dekorasi pelaminan, pandangannya tak sengaja berpapasan dengan seseorang di seberang ruangan. Seketika, waktu terasa melambat. Sosok tinggi tegap itu, dengan setelan jas hitam yang membalut tubuhnya sempurna, memancarkan aura familiar yang langsung menusuk relung hati Aisyah. Jantung Aisyah berdesir hebat, ia mencoba mengalihkan pandangan, berpura-pura tertarik pada pajangan di dekatnya, namun ia tahu Adrian juga menyadari kehadirannya. Sejak perpisahan mereka bertahun-tahun lalu, Aisyah tak pernah benar

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 14

    Aisyah melangkah keluar dari lobi kantornya, matanya langsung menyipit karena silau matahari Jakarta yang terik. Ia mempercepat langkah, ingin segera mencapai halte bus terdekat. Pikirannya sudah melayang ke daftar belanjaan di rumah dan siaran berita malam nanti. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti. Di seberang jalan, tepat di depan kafe langganannya, berdiri sesosok yang terlalu familiar. Adrian. Mantan suaminya. Jantung Aisyah serasa diremas. Ia merasa seolah semua pasang mata di jalanan itu tertuju padanya, meskipun ia tahu itu hanya perasaannya saja. Adrian sedang berbicara dengan seseorang, punggungnya menghadap ke arah Aisyah, tapi entah kenapa Aisyah yakin Adrian bisa merasakan keberadaannya. Seketika, insting pertamanya adalah berbalik arah, pura-pura ada sesuatu yang tertinggal di kantor. Tapi itu akan terlalu mencolok. Ia mencoba menenangkan napasnya. "Oke, Aisyah, kau bisa. Ini cuma Adrian," bisiknya pada diri sendiri, meskipun suaranya bergetar. Ia melirik ke sekel

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 13.

    Lima tahun kemudian. Setelah lima tahun berlalu, Aisyah kini berdiri tegak, seorang single parent yang tangguh dengan seorang putri cantik di sisinya. Bertahun-tahun yang lalu, badai kehidupan sempat merenggut sebagian dari dirinya, namun kini, awan kelabu itu telah sirna. Aisyah telah move on, melangkah jauh dari bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan. Kini, bukan lagi kesedihan yang memenuhi relung hatinya, melainkan kobaran semangat yang membara. Dengan senyum optimis dan mata yang berbinar penuh tekad, Aisyah siap menulis babak baru dalam hidupnya. Ia ingin kembali beraksi, bukan sekadar bertahan hidup, melainkan menjadi seorang business woman yang sukses. Impian ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga demi masa depan cerah sang buah hati yang selalu menjadi sumber kekuatannya. Aisyah siap membuktikan bahwa setiap akhir adalah awal yang baru, dan setiap tantangan adalah kesempatan untuk bangkit lebih kuat. "Semangat, semoga hari ini lebih baik dari hari sebelumnya.

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 12

    Aisyah melipat lembaran surat itu perlahan, tatapan matanya kosong menerawang ke kejauhan. Tangannya sedikit bergetar, bukan karena dinginnya angin pagi yang masuk melalui celah jendela, melainkan karena kaget dan bingung. Surat dari Aira, anak angkatnya yang baru saja meninggal dunia akibat penyakit yang selama ini diderita oleh Aira. "Pak Revan..." gumamnya pelan, nama itu keluar dari mulutnya. Ia kembali menatap surat itu, seolah ingin menemukan petunjuk lain, sesuatu yang bisa menjelaskan segalanya. Namun, yang ia temukan hanyalah kegelisahan yang semakin menjadi. Dunia Aisyah seakan berputar, dan ia tidak tahu harus memulai dari mana untuk memahami permintaan Aira yang begitu membuatnya terkejut. Aisyah merasakan denyutan di pelipisnya. Kata-kata Aira terngiang-ngiang, menciptakan skenario-skenario aneh di kepalanya. "Kenapa permintaan Aira begitu aneh kepadaku? Aku harus menikah dengan Pak Revan." Ia menatap kembali surat Aira, pandangannya tertuju pada satu kalimat tera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status