Share

4. terpikirkan

Author: Ria Abdullah
last update Huling Na-update: 2023-12-01 07:39:06

Sekali lagi Aku berusaha berpikir dengan logika. Meski burung itu terus berkicau dengan ucapan cabul,aku harus mengendalikan diriku dan bersabar.

Lantas aku pergi ke dapur untuk membuka kabinet dan mencari kuaci makanan burung. Ku bawa benda itu dan kubuka pintu kandangnya lalu kumasukkan kuaci ke dalamnya.

"Makasih ibu, makasih ibu." Burung itu melompat-lompat bersemangat melihatku meletakkan makan ke dalam wadah makanannya.

"Siapa yang kau lihat buka baju? Apa suamiku ada main dengan pembantu?" Tanpa sadar aku bertanya kepada hewan itu. Dengan nada berbisik Aku bertanya kepadanya. Mungkin karena dia tidak mengerti ditambah nampak kelaparan, hewan itu mengabaikanku dan mulai sibuk membuka kuaci dengan paruhnya.

"Siapa yang kau ajak bercinta? Siapa yang cantik?"

"Fani cantik, fani cantik." Burung itu hanya bereaksi pada pertanyaan yang sudah dia ketahui jawabannya.

"Siapa yang merayu Fani saat Ibu tidak di rumah? Siapa yang ajak fani main?"

"Ibu jelek, Fani cantik."

Ah, bicara seperti ini dengan seekor hewan akan membuatku emosi dan terlihat seperti orang gila. Seminggu saja seperti ini, aku akan sukses berada di ruang perawatan poli jiwa.

Sepertinya tidak masuk akal jika aku terlalu fokus dan mengambil hati setiap ucapan burung beo ini. Mungkin sebaiknya ku pindahkan saja dia ke lantai 3 agar dia bisa terkena matahari dan udara segar. Akan kuletakkan dia di dekat ayunan dan tempat kami biasanya bersantai di sore hari. Mungkin, dengan tidak meletakkan dia di sekitar ruang keluarga akan membuat hewan itu tidak terlalu sering mendengar perkataan orang lain lalu menirunya.

Benar apa yang dikatakan Mas Fahri bahwa terlalu percaya pada hewan akan membuat hubungan rumah tangga hancur dan rusak begitu saja.

Oh, ya, Kenapa aku tidak berusaha mencari tahu? Bagaimana kalau aku pasang saja CCTV tanpa memberitahu siapapun.

Tapi bagaimana caranya, bukankah teknisi pemasangan akan datang dan Fanny akan melihatnya? Lagi pula CCTV terlihat dengan mencolok. Kecuali kamera mikro, CCTV biasa akan mudah sekali ketahuan. Dan kalau mereka tahu aku punya CCTV tentu saja mereka--maksudku, orang-orang yang kucurigai--akan lebih berhati-hati dan menjaga sikapnya karena aku mengawasinya.

*

Bagaimana ya ... cara agar diriku bisa tahu apa yang terjadi selagi aku tidak di rumah. Haruskah aku letakkan ponsel secara sembunyi-sembunyi dan membiarkan benda itu merekam segalanya. Sepertinya itu masuk akal.

**

Usai makan malam, kitemani suamiku berbaring di tempat tidur, dia menatapku sambil tersenyum dan menggenggam tanganku.

"Apa, Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyaku sambil memandang matanya.

"Aku hanya lucu saja melihat dirimu yang terpengaruh gara-gara burung beo. Ujung-ujungnya kau sendiri karena menyadari kalau kau salah paham?"

"Iya, Benar."

"Apa kau setuju kalau burungnya dipindahkan saja?"

"Iya, demi kebaikan semua orang. Lagi pula hewan tidak berakal itu bercoloteh dengan kata kata vulgar, yang tentu saja akan mempengaruhi anak-anak."

"Iya, syukurlah, akhirnya kau mengerti apa yang kumaksudkan. Andai tahu bahwa memeliharanya akan mendatangkan lebih banyak masalah tentu saja aku tidak akan membelinya sejak awal."

"Biarlah Mas, hewan itu adalah hewan peliharaanmu lagi pula anak-anak menyukainya."

"Andai tadi kau masih kuat dengan kecurigaanmu... maka aku tidak akan berpikir dua kali untuk menggorengnya," jawab lelaki berambut lurus belah tengah itu sambil tertawa.

"Jangan biarkan hewan itu menjemput ajal hanya karena berkicau dengan riang."

"Iya iya ... dia melompat dengan gembira sementara dia tidak sadar bahwa kicauannya membuat orang mendapatkan masalah." Aku dan suamiku tertawa lalu kami pun mematikan lampu dan mulai tidur.

*

Sekitar pukul 03.00 aku terbangun terpikir untuk menunaikan salat tahajud jadi aku pergi ke mihrab kecil yang dibuatkan suamiku untuk kami salat. Usai berwudhu aku menunaikan dua rakaat lalu kemudian melaksanakan apa yang kurencanakan.

Aku berjalan memeriksa keadaan meletakkan ponsel di dalam sebuah pajangan keramik di meja konsol, pajangan itu punya rongga dan berbentuk seperti keranjang ada ornamen bunga di bagian luar, guci dengan penutup itu tidak akan mencolok atau ketahuan kalau aku tengah meletakkan ponsel dan merekam apa yang terjadi di rumah. Lagi pula posisi meja konsol yang dekat dengan ruang tamu, berhadapan dengan ruang keluarga dan bisa merekam kegiatan orang di dapur dan koridor menuju ruang laundry, membuatku leluasa untuk merekam apa yang terjadi di dalam rumah.

Usai setting kamera kutinggalkan benda itu dan kembali ke kamarku untuk tidur.

*

Nafas pagi kembali bergulir, sinar matahari mulai menguapkan embun pagi yang ada di kelopak bunga-bunga. Aku membuka jendela, membuka tirai dan membiarkan udara berebut masuk serta menghembus ke wajahku, aku senang menatap bunga yang kususun di balkon rumah, mawar dan anggrek bermekaran, juga ada beberapa bunga lain yang berwarna-warni ceria.

Usai mandi dan bersiap-siap serta membantu suamiku mengenakan dasi kami turun ke dapur untuk sarapan. Kusapa putra kecilku yang sedang duduk dan makan buburnya sendiri lalu ku cium dia dengan penuh kasih sayang.

"Davin sudah ke sekolah?"

"Baru saja berangkat dijemput oleh mobil jemputan."

"Baguslah."

"Belakangan kita jarang ada waktu untuk anak-anak,"ujar Mas Fahri sambil menggeser kursi dan duduk.

"Kamu tahu sendiri kan mas, kita sangat sibuk mencari nafkah untuk mereka, tapi aku berjanji bahwa kita semua harus menghabiskan akhir pekan bersama."

"Iya sayang, jangan sampai sibuk mengejar dunia membuat anak-anak kehilangan momen dan kasih sayang orang tua."

"Aku setuju Mas."

Fani datang dan mengambilkan sarapan untukku dan majikan laki-lakinya. Saat dia meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan Suamiku aku jelas memperhatikan gestur mereka yang terlihat saling melirik dengan sebuah kode.

"Apa kau baik?" tanya Mas Fahri pada Fanni.

"Iya Pak."

"Maaf ya, kejadian kemarin bikin kamu nggak nyaman."

"Iya Pak."

"Jaga rumah baik-baik ya, jangan lupa kasih makan burung."

"Iya Pak," jawabnya mengangguk hormat.

Kata-kata di atas sering sekali diucapkan suamiku setiap kali kami akan berangkat kerja dia selalu mewanti-wanti agar Fanny menjaga rumah dan burung baik-baik.

Kini, Entah kenapa aku merasa bahwa firasatku tidak nyaman, apakah di sela-sela jam kantor suamiku pernah pulang ke rumah dan menemui pembantu kami? Kenapa aku tiba-tiba memiliki firasat seperti itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kicauan Burung Mengungkap Perselingkuhan Suamiku   74

    Di dunia ini hukum alam selalu berjalan, ada pertemuan dan perpisahan, ada pernikahan dan penyatuan lalu ada kematian yang memisahkan atau perpisahan dengan cerai hidup. Dinamika kehidupan terus berputar dan berulang-ulang seperti pola alam yang teratur. Sebagai wanita yang normal, seorang wanita dewasa yang punya dua anak, aku sadar betul bahwa aku tidak bisa hidup sendirian terus-menerus. Mungkin aku butuh pendamping dan teman untuk menemani di saat sakit dan sedih atau jadi penghibur kesepianku di hari tua nanti. Kuputuskan untuk menerima lamaran, bukan karena aji mumpung atau ingin pamer pada mantan suamiku kalau aku juga bisa menikah, ini sebagai bentuk realistisnya diri ini pada kenyataan hidup. Lagipula ada pria baik baik yang mau meminang diri ini, mau menyayangi dan melindungi anak-anak serta bertanggung jawab, maka aku tak akan menolak jodoh pemberian Tuhan.**"Cantik sekali anak Ibu," ucap ibu saat beliau mendekat ke arah kaca rias dan memandang pantulan diri ini y

  • Kicauan Burung Mengungkap Perselingkuhan Suamiku   73

    Di dunia ini hukum alam selalu berjalan, ada pertemuan dan perpisahan, ada pernikahan dan penyatuan lalu ada kematian yang memisahkan atau perpisahan dengan cerai hidup. Dinamika kehidupan terus berputar dan berulang-ulang seperti pola alam yang teratur. Sebagai wanita yang normal, seorang wanita dewasa yang punya dua anak, aku sadar betul bahwa aku tidak bisa hidup sendirian terus-menerus. Mungkin aku butuh pendamping dan teman untuk menemani di saat sakit dan sedih atau jadi penghibur kesepianku di hari tua nanti. Kuputuskan untuk menerima lamaran, bukan karena aji mumpung atau ingin pamer pada mantan suamiku kalau aku juga bisa menikah, ini sebagai bentuk realistisnya diri ini pada kenyataan hidup. Lagipula ada pria baik baik yang mau meminang diri ini, mau menyayangi dan melindungi anak-anak serta bertanggung jawab, maka aku tak akan menolak jodoh pemberian Tuhan.**"Cantik sekali anak Ibu," ucap ibu saat beliau mendekat ke arah kaca rias dan memandang pantulan diri ini y

  • Kicauan Burung Mengungkap Perselingkuhan Suamiku   72

    Tiga hari sebelum aku menuju jenjang pernikahan. Tiba-tiba ada tamu yang tak diharapkan kedatangannya berdiri di hadapan pintu rumah. Saat itu aku dan beberapa teman sedang mengemasi souvenir.Rencananya pernikahan hanya akan dilangsungkan di lingkungan keluarga dan para sahabat terdekat saja jadi aku tidak akan mengadakan pesta besar, namun, menyediakan souvenir kenang-kenangan adalah hal yang ingin kulakukan untuk mengesankan para tamu undangan. Wanita itu dan suaminya tertegun melihat 4 orang temanku sedang sibuk meletakkan gelas kaca cantik ke dalam kotak souvenir. Dia berdiri dan tertegun di sana. Sedih Sudah lama tak bertemu membuatku seolah tidak mengenal gadis itu, sudah banyak perubahan di wajahnya tubuhnya berubah jadi kurus wajahnya pucat dan cekungan bola matanya menunjukkan kalau dia memang sedang sakit."Assalamualaikum." Wanita itu berucap dengan suara pelan, lirih nyaris tidak terdengar."Walaikum salam." Aku juga berdiri dan terpaku, bingung bagaimana harus memper

  • Kicauan Burung Mengungkap Perselingkuhan Suamiku   71

    "Penting menegaskan pada mantan suamimu agar dia berhenti mendatangi kalian," ujar Mas Seno di mobil."Ya, Kami sudah sepakat untuk tidak bertemu lagi tapi dia datang untuk pinjam uang.""Lantas saat kau tidak mampu membantunya Kenapa lelaki itu malah murka dan berusaha menyakitimu?""Entahlah, mungkin cemburu Mas," balasku."Cemburu seakan kau tidak pantas berbahagia dan berteman dengan orang lain, begitukah?""Ya, bisa jadi.""Tapi bukankah dia sudah punya istri dan konom istrinya hamil?""Ah, dia keguguran, masuk rumah sakit dan minta bantuan biaya 2 juta dariku. Dia merasa berhak minta karena aku mewarisi sebagian besar harta gono gini.""Tapi pembagian itu bukankah adalah hak kalian dan anak-anak?""Mungkin dia merasa masih berhak memintanya.""Astaga sungguh tidak punya perasaan.""Ah, entahlah Mas.""Sepertinya kau harus pindah ke tempat di mana dia tidak menemukanmu.""Dia pasti akan menyusuri tempat tinggalku karena merasa bisa bertemu dengan anak-anak.""Kalau begitu kembali

  • Kicauan Burung Mengungkap Perselingkuhan Suamiku   70

    Dua hari berikutnya sangat krusial, kudengar kabar keadaan bahwa Fanny kehilangan kesadaran, dia drop di rumah sakit karena pendarahan yang parah, menderita, kesakitan, menangis, depresi dan terguncang. Kudengar kabar itu dari salah satu temanku yang berprofesi sebagai petugas kesehatan.Dia tahu tentang peristiwa yang menimpa kehidupanku dan bagaimana wanita itu merebut suamiku, jadi dia berdiri di pihak diri ini untuk selalu memberiku kabar-kabar terbaru tentang perkembangan yang terjadi.(Dia drop, dia dirawat di ruang intensif.)(Bagaimana dengan Fahri?)(Tentu saja lelaki itu kebingungan dengan biaya... tidak lagi memiliki asuransi kesehatan, membuat lelaki itu harus membayar biaya rumah sakit dengan tarif umum. Kau tahu kan, wanita pasca abortus, dia harus mengalami operasi pembersihan dan biayanya cukup mahal belum lagi biaya rawat inap dan obat-obatan.)(Astaga....)(Aku yakin ibu mertuamu yang mantan seorang dokter harus repot menggelontorkan dana yang lebih besar, dia juga

  • Kicauan Burung Mengungkap Perselingkuhan Suamiku   69

    Demi kebaikan segalanya aku memutuskan untuk mengambil keputusan dan menyuruh anak-anak untuk menegaskan keputusan mereka agar Mas Fahri tidak lagi datang dan mengganggu ketentraman hidup kami.Sore itu kuantar mereka bertemu dengan papanya di rumah neneknya, kebetulan neneknya sedang keluar ke pengajian jadi hanya ada dia di sana.Melihat kami berdiri di ambang pintu gerbang lelaki itu terlonjak bahagia. Dia berlari dan hendak menyambut kami dengan penuh sukacita tapi melihat ekspresiku dan anak-anak yang datar-datar saja lelaki itu langsung menghilangkan senyum di wajahnya."Aku sudah menunggu kalian dari pagi.""Mana istrimu? Kudengar dia hamil.""Dia di rumah.""Oh, baguslah, berarti kita bisa bicara dengan leluasa saat ini.""Apa maksudmu?"Lelaki mulai terlihat khawatir dan menelan ludah."Anak anak...." Aku memberi isyarat pada anak-anak untuk bicara secara langsung pada ayah mereka. "Papa, kami tidak ingin papa mengganggu kami lagi, kami tidak ingin papa datang tanpa member

  • Kicauan Burung Mengungkap Perselingkuhan Suamiku   68

    Pukul empat sore, Mereka semua pamit dari rumahku setelah menyalami dan mereka mengucapkan terima kasih atas hidangan dan keramahan tuan rumah, aku mengantarkan mereka ke mobil."Terima kasih atas makanannya ya masakanmu benar-benar enak ucap Rika sambil merangkul dan menepuk bahu kanan ini."Sering sering main ya, agar aku tidak terlalu merasa kesepian.""Eh, sekarang kan ada Seno, Jadi kalian bisa share waktu dan hari Minggu kalian berdua.""Betul itu," jawab Mas Seno sambil berkedip padaku, entah kenapa dia tiba-tiba begitu berani dan gamblang menunjukkan godaannya.Mungkin karena tadi kami sudah bicara panjang lebar tentang keinginan dan harapan masing-masing, jadi pria itu mulai merasa akrab denganku. "Aku harap kalian cocok berteman," ucap suami Rika."Iya, Mas, makasih udah dikenalin.""Mudah mudahan berjodoh," lanjutnya sambil masuk ke mobil."Apa hanya mereka yang diantarkan mobilnya dan aku tidak?" tanya pria berjas abu abu itu. Aku tergelak dan mengarahkan tangan ke mobil

  • Kicauan Burung Mengungkap Perselingkuhan Suamiku   67

    "Mari masuk, Saya sudah menunggu sejak tadi dan telah menyiapkan hidangan kecil-kecilan di meja makan," ujarku memecah kecandungan diantara kami dan tatapan mata lelaki bernama Seno yang lekat.Dia nampak terkesan dengan diriku tapi aku tidak mau terlalu over percaya diri, mungkin itu hanya bentuk penghargaan pada wanita yang baru ia temui.Ku arahkan pada tamuku ke arah meja makan di mana makanan yang masih hangat terhidang di sana, ada opor ayam, gulai ikan, sate lilit, dan urap sayur terhidang di sana. Tak lupa lalapan dan sambal. "Saya menyukai makanan khas Indonesia jadi saya menghidangkannya untuk kalian.""Kami juga suka, wah, sepertinya enak," ujar Rika."Langsung saja Mas, langsung dicicipi," ujarku pada suami sahabatku. Tak lupa aku bersilakan Seno juga untuk duduk dan kupanggil anak-anak untuk bergabung di meja makan. Kulayani tamu dengan baik, dengan cara memberikan pelayanan yang baik di meja makan, mendekatkan makanan dan menuangkan minuman, serta mengajak mereka bic

  • Kicauan Burung Mengungkap Perselingkuhan Suamiku   66

    "Ciee janda, cantik kali perubahannya." Itu ucapan temanku menggoda diri ini saat aku tiba di kantor dengan penampilan baru dan parfum beraroma lebih segar, para sahabatku itu menatap diri ini dengan decak kagum dan mulai saling melirik satu sama lain."Alhamdulillah aku merdeka.""Tapi sampai hari ini aku tidak percaya bahwa kalian bercerai mengingat betapa harmonis dan mesranya kalian sebelum ini," ucap Mbak Vira salah seorang teman dekat Mas Fahri."Yang namanya kehidupan, bisa saja berbalik dalam satu tepukan, Mbak Vir," jawab Rika sahabatku."Sedih aja sih, meski akhirnya kalian mengambil keputusan untuk menjalani hidup masing-masing tapi aku tetap menyayangkan itu.""Mari kita hargai saja keputusan yang diambil oleh Arimbi dan Mas Fahri, aku rasa mereka pasti sudah membicarakan ini matang-matang.""Ya, semoga saja, semoga ini yang terbaik untuk anak anak," balasnya."Ayolah teman teman, saya baik baik saja, anak-anak saya baik-baik saja, tempat tinggal kami cukup layak, kendaraa

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status