LOGINSagara dan Jeslyn kini sedang dalam perjalanan pulang. Sagara membawa Jeslyne ke kediaman mansion Dirgantara atas perintah Opanya. Sagara tidak membantah, di dalam mobil hanya ada keheningan tanpa ada yang memulai pembicaraan, Jeslyne yang masih terselimuti rasa duka dan sedih hanya menatap luar jendela. Langit berubah menampakkan gelapnya malam, Jeslyne yang sudah kelelahan karena seharian menangis perlahan memejamkan matanya membawanya ke alam mimpi.
Sagara yang mendengar dengkuran halus dari Jeslyne, menoleh ke samping. Tatapannya sulit di artikan, melihat pemandangan wajah damai Jeslyne dalam tidurnya, terlihat matanya yang sembab setelah menangis seharian. Tangannya terulur hendak memegang puncak kepalanya namun ia urungkan dan mengepalka tangannya kuat, ia menahan emosi kala teringat masa lalunya yang menyakitkan. “Sialan, kenapa sih lo harus lakuin itu ke gue,” gumam Sagara menahan emosinya. Mobil Sagara memasuki pelataran rumah mewah dan menghentikan mobil di depan mansionnya. Sagara tidak ada niat membangunkan Jeslyne dari tidurnya. Ia berdiam diri di dalam mobilnya sambil memainkan handphonenya. Eeeugh Perlahan Jeslyne membuka matanya, dan menatap sekeliling. Jeslyne yang merasa asing dengan tempatnya sekarang, mengerutkan keningnya. Hingga suara bariton mengejutkan lamunannya. “Udah bangun lo,” ucap Sagara tanpa menoleh. “Eh…kok lo ada disini?“ Tanya Jeslyne terkejut saat berada dalam satu mobil dengan Sagara. “Terus!?“ “Kenapa lo bawa gue kesini!? Gue mau pulang.“ “Mulai sekarang lo pulang ke sini,” tukas Sagara tanpa mau di bantah. “Tapi…” “Gue tidak menerima penolakan.“ Sagara langsung keluar begitu saja tanpa menghiraukan Jeslyne. Jeslyne menghembuskan napas pelan, sepertinya Sagara masih membencinya. Sagara yang sekarang seperti orang asing, bukan seperti Sagara yang ia kenal dulu. Ceklek Jeslyne membuka pintu mansion, ia melangkah memasuki rumah Sagara. Sebenarnya ini bukan kali pertama Jeslyne ke kediaman Sagara, dulu saat masih sama Sagara, Jeslyne pernah di ajak Sagara main ke mansionnya. Tapi Jeslyne hanya mau masuk sebatas ruang tamu dan ruang tengah saja, karena Sagara selalu mengajak masuk ke kamarnya. “Loh, Sayang, kok bengong aja, ayo masuk,” titah Issabela menggandeng tangan menantunya masuk ke dalam. “Eh, iya, Tante!“ “Kok masih panggil Tante sih, panggil Mama dong.“ “Emm…iya Mama,” jawab Jeslyne pelan. “Sagara ke mana, kok kamu sendirian?“ Tanya Issabela yang tak melihat putranya. “Udah duluan, Mom, tadi keknya lagi buru-buru,” bohong Jeslyne. “Ya udah, ayo, Mama, antar ke kamar Sagara,” ajak Issabela naik tangga menuju kamar Sagara. “Nah, ini kamarnya, kamu bersih-bersih dulu gih, habis itu turun kita makan malam bersama ya,” Jeslyne menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam kamar Sagara dengan degup jantung berdetak kencang. Ceklek Pintu terbuka, Jeslyne masuk ke dalam kamar Sagara. Sagara tengah duduk di tepi ranjang sembari memainkan handphonenya tanpa melihat siapa yang masuk. “Emmm…Ga, gue boleh pinjem baju lo gak? Gue gag ada baju ganti soalnya,” Tanya Jeslyne ragu-ragu. “Hmm, lo ambil aja di lemari sana,” jawab Sagara dingin menunjuk lemari dengan dagunya. “Makasih.“ Jeslyne berjalan menuju lemari Sagara, mengambil kaos sembarang tanpa melihat-lihat dan berlalu ke kamar mandi. ~.***.~ Ceklek Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan sosok gadis cantik dengan rambut basahnya. Jeslyne yang memakai kaos Sagara yang kebesaran di badannya justru menambah kesan sexy, apalagi hanya sebatas paha menampilkan kulit putih mulusnya. Sagara yang melihat penampilan Jeslyne yang saat ini sudah menjadi istrinya menelan ludahnya dengan susah payah, tenggorokannya seakan tercekat. “Ngapain lo bengong di situ?“ ucap Sagara dengan mengalihkan pandangannya. “Ee…enggak papa.“ “Tadi, Mama, nyuruh kita turun buat makan malam, tapi gue malu pakai pakaian kayak gini buat turun ke bawah!“ Keluh Jeslyne dengan menunduk ke bawah. “Lo disini aja gue ambilin makananya ke sini,” jawab Sagara datar. “Thanks ya.“ “Hmm.“ Sagara keluar dari kamarnya meninggalkan Jeslyne yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi. Entah kenapa perasaannya sekarang lebih canggung menghadapi sikap Sagara yang dingin ini. “Malam,Opa, Pah, Mah!“ Sapa Sagara pada keluarganya yang sudah berkumpul di meja makan. “Malam, loh Jeslyne mana, Ga, kok gak turun? Tadi, Mama, sudah bilang buat makan malam bersama.“ “Jeslyne, kepalanya lagi pusing katanya, Ma,” jawab Sagara berbohong. “Duh, kasian menantu, Mama. Biar, Mama, bawain makanan ke kamar kalau gitu,” Issabela yang hendak berdiri namun di tahan oleh Sagara. “Gak usah, Ma! Biar Saga sendiri yang antar ke kamar sekalian, Saga, juga makan sama, Jeslyne,” Saga menahan Mamanya dan mengambilkan makanan untuk di bawa ke kamarnya. Ceklek Sagara masuk ke dalam kamarnya dengan membawa nampan berisi dua piring makanan juga air minum. Jeslyne yang tengah duduk di sofa kamar langsung mendongak dan melihat Sagara yang tengah membawa nampannya. “Nih, lo makan,” Keduanya lalu makan bersama dengan suasana hening, hanya terdengar suara dentingan sendok. Sagara yang sudah selesai makan, beranjak dari kursinya tanpa suara. Ia melangkah ke walk in closet mengabil jaket dan juga kunci motornya. Sagara melangkahkan kakinya keluar namun ia hentikan saat mau di ambang pintu. “Gue mau keluar, lo kalau mau tidur, tidur aja gak usah nungguin gue,” ucap Sagara , lalu membuka pintu dan melangkahkan kakinya keluar tanpa mendengar jawaban dari Jeslyne. “Hmm…Hati-hati di jalan,” gumam Jeslyne pelan, meski Sagara tidak mendengarnya. “Opa, untuk saat ini Jeslyne akan bertahan demi permintaan, Opa. Tapi jika Jeslyne sudah lelah maafkan, Jeslyne, kalau suatu saat, Jeslyne, harus menyerah, Opa!“ Gumam Jeslyne sembari meneteskan air matanya saat teringat kembali dengan Opanya. Sagara meninggalkan Jeslyne sendirian di kamarnya, bukan tanpa alasan Sagara pergi karena tidak ingin melihat Jeslyne yang mengingatkan pada masa lalunya yang buruk. Tok Tok Tok Ceklek Pintu terbuka, menampilkan sosok tampan dengan kaos casual dan celana pendek.Dia adalah Darell adik Sagara yang kini sudah menjadi adik iparnya. “Hay, kakak ipar,” sapa Darell dengan senyum sumringahnya. “Darell, ada perlu apa? ayo masuk,” balas Jeslyne menyuruh Darell masuk namun membiarkan pintu kamarnya terbuka, karena tidak ingin menimbulkan salah paham. “Kakak ipar, gue minta maaf ya, karena gak bisa datang kepemakaman, Opa lo. Gue turut berduka cita atas kepergian, Opa lo,” tutur Darell mengucapkan bela sungkawa pada Jeslyne yang sekarang sudah menjadi kakak iparnya. “Iya gak apa-apa, Rell,” jawab Jeslyne. “By the way, Abang, kemana? kok gak kelihatan?“ Tanya Darell celingukan mencari kakanya. “Emm… Abang lo tadi pamit keluar katanya, gak tau ke mana, dia cuma bilang keluar dan gak usah di tunggu gitu aja,” ujar Jeslyne memberitahu Darell. “Keterlaluan tuh si abang, masak bininya habis berduka langsung di tinggal gitu aja,” Darell mengomel. “Ya udah sih biarin aja, lo kan tahu sendiri permasalahan gue sama abang lo gimana?“ ~•o0o•~Di hotel bintang lima, yang juga termasuk aset milik keluarga Dirgantara kini sedang berlangsung makan malam bersama dengan keluarga lengkapnya, ada Opa wiliam, kedua orang tua Sagara, dan juga Darell, yang bergabung dalam satu meja.Opa William yang mengajak keluarga besarnya berkumpul, juga ingin mempertemukan keluarga jauh yang datang dari London.“Kalian sudah datang rupanya, ayo duduk,” sambut Opa William melihat kedatangan Sagara dan juga Jeslyne.“Maaf sedikit terlambat, Opa,” ucap Jeslyne tidak enak membuat yang lain menunggu.“Gak pa-pa, kita juga belum lama sampai,” ujar Calvin pada menantunya yang terlihat canggung.“Oh ya, kenalkan Jeslyne, ini Om Lewis dan Tante Amora sepupu dari Papa Calvin. Dan sebelahnya itu putrinya Liona, yang juga teman kecil Sagara dan Darell,” Issabella memperkenalkan keluarganya yang dari London.“salam kenal Om, Tante, Liona, saya Jeslyne istri Sagara,” Jeslyne tersenyum menyambut keluarga Sagara dengan memperkenalkan diri.“Oh, jadi ini, istri
Pov Lucas & Gisell “Sayang…” Panggil seseorang dari arah luar, dan mampu membuat Lucas membeku, bukan karena suaranya tapi dengan panggilan Sayangnya pada Gisell. Deg… Lucas yang mendengar panggilan Sayang tersebut ia tersenyum miring, “pacar, heh,” ucap Lucas dengan tangan bersidekap di dadanya. “Bukan urusan lo,” jawab Gisell hendak keluar namun pintu ternyata di kunci. Lucas maju menghampiri Gisell dan memojokkan Gisell pada pintu kamar mandi, mengungkungnya dengan ke dua tangannya. “Bilang sekali lagi,” bisik Sagara dingin tepat di telingan Gisell, membuat Gisell meremang mendengar ucapan Lucas. “Minggir, gue mau keluar,” ucap Gisell lirih, dan mencoba melepas kungkungan Lucas, namun hanya sia-sia karena tenaganya tak sebanding denga Lucas. Lucas mencium ceruk leher Gisell yang terlihat jelas, karena rambutnya yang di kuncir kuda memperlihatkan leher jenjang Gisell yang putih. Gisell meremang mendapat perlakuan seperti itu oleh Lucas, bahkan ia menggigit bibirnya kua
Kriiiing Bel pulang sekolah telah berbunyi, menandakan pelajaran telah usai, dan ujian semester kali ini telah usai. Para murid yang keluar dari kelasnya masing-masing menunjukkan ekpresi yang lega, karena ujian telah usai. Begitupun Jeslyne dan teman-temannya, mereka keluar dengan raut happy karena merasa lega setelah satu minggu bertempur dengan soal-soal ujian semesternya. “Akhirnyaaa, selesai juga ujian kita. Gila lega banget gue,” lega Rhea saat keluar dari kelasnya. “Iya, gila rasanya kepala gue mau pecah liat soal-soal ujian itu,” sambung Rachel dengan keluhannya. Berbeda dengan Jeslyne yang justru terlihat santai, tidak mengeluh seperti teman-temanya. “Temen kita satu ini nyantai bae nih,” celetuk Rhea melihat Jeslyne. “Lah, dia mah otaknya encer, emang lo otak pas-pasan,” cibir Rachel pada Rhea. “Lebay,” ejek Jeslyne pada kedua sahabatnya tersebut. Di tempat lain, tidak jauh beda dengan Jeslyne CS, Sagara dan teman-temannya yang baru kelua
“Brengsek, gue habisin lo.“ Sagara melangkah maju mengahampiri Dion, tanpa aba-aba dia langsung memukul wajah Dion keras, hingga ia tersungkur. Sagara yang sudah di selimuti emosi, apa lagi sedari tadi ia sudah menahan emosinya untuk tidak menyerangnya, tapi kini ia sudah tidak bisa lagi menahan. Dion yang terus menyebut nama Jeslyne membuat emosinya meradang. Sagara kembali menghajar Dion, dan memukulnya tanpa ampun. Dion yang menahan pukulan Sagara hanya beberapa kali saja bisa menepis, namun karena tenaga Sagara yang cukup kuat, membuat Dion kewalahan. “Cih, segitu pengaruhnya Jeslyne, sampe lo ketakutan gue bakalan rebut,” ucap Dion tersenyum menyeringai tanpa rasa takut, membuat Sagara semakin emosi. “Diem lo bangsat,” teriak Sagara yang kini kembali menghajar Dion. Bahkan Dion sekarang sudah di bawahnya membuat Sagara tidak gentar memberi pukulan demi pukulan kepada Dion. “Woy, pisahan Saga, bisa mati itu anak orang,” teriak Kenzo berlari menghampiri Sa
Sagara dan teman-temannya kini berada di parkiran sekolah elitenya. menunggu pujaan hatinya untuk pulang bersama. Sedangkan dari kejauhan, Jeslyne dan teman-temannya sudah berjalan beriringan. Jeslyne melihat Sagara bersandar di depan kap mobilnya, di kelilingi oleh teman-temannya. “Eh, udah di tungguin tuh sama pangeran lo,” goda Rhea dengan menyenggol bahu Jeslyne. “Pangeran kodok,” jawab Jeslyne membuat Rachel dan Rhea tertawa. “Dih, senyum-senyum dia ketemu bininya,” cibir Kenzo melihat Sagara yang membuatnya geli. “Cantik,” celetuk Sagara tiba-tiba dengan senyumnya yang masih mengembang. “Sekarang aja muji-muji, dulu coba hinaannya sampe menusuk relung hati yang paling dalam,” cibir Kenzo pada Sagara, namun Sagara tidak menggubris. “Sayang, gimana ujiannya, lancar?“ Tanya Sagara saat Jeslyne sudah di hadapannya. “Hmmm.“ “Jeslyne mah gak usah di tanya, otaknya encer dia,” celetuk Rhea bangga sama sahabatnya itu. “Gak kayak lo,
Ceklek Pintu terbuka, membuat Sagara dann Jeslyne menoleh. Terlihat ke orang tua dan juga mertuanya datang, dan masuk ke dalam ruang rawat Jeslyne. “Astaga, Sayang, apa yang sudah terjadi sama kamu, Sayang?“ Tanya Renata, menghampiri dan memeluk putrinya. “Aku gak pa-pa, Ma, hanya kecelakaan kecil,” bohong Jeslyne dengan melirik Sagara. “Saga, kenapa kamu bisa sampai lalai menjaga menantu, Mama,” omel Issabella menatap kesal putranya. “Gak pa-pa, Ma, tadi aku keluar duluan saat selesai ujian, dan Aga, juga belum selesai ujiannya, jadi dia gak tahu,” ujar Jeslyne membela suaminya. “sebaiknya kamu ikut ujian susulan saja, Jes, kalau belum sembuh. Nanti Papa, yang akan uruskan,” usul Calvin pada menantunya. “Iya, nak, kalau masih sakit sebaiknya jangan di paksakan untuk masuk sekolah dulu,” timpal Roger yang berada di samping sang istri. “Jeslyne, udah gak pa-pa, Jeslyne juga gak mau nginep di rumah sakit, jadi Jeslyne mau langsung pulang aja.







