Jeslyne saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, saat jam pelajaran terakhir, ia mendapat kabar jika sang opa sedang di kritis di rumah sakit. Jeslyne tanpa pikir panjang langsung berlari meninggalkan pelajaran yang belum selesai, setelah meminta izin guru kelas untuk keadaan darurat.
Sesampainya di rumah sakit, Jeslyne langsung berlari ke ruangan di mana opanya di rawat. Ceklek Pintu terbuka, membuat semua penghuni ruangan menoleh ke arah pintu yang terbuka. Masih dengan air mata berlinang, Jeslyne masuk ke dalam ruangan dan langsung berhambur memeluk opanya yang sedang terbaring lemah, air matanya tidak bisa ia bendung melihat keadaan opanya yang semakin melemah. “Opa, hiks!" Jeslyne menangis di dalam pelukan opanya. “Jeslyne, cucu opa, jangan sedih, sayang, opa gak apa-apa!“ tuturnya dengan suara lembut. “Opa, jangan tinggalin, Jeslyne, hiks!“ “Opa sebentar lagi ulang tahun, katanya mau minta sesuatu sama, Jeslyne, Opa harus sembuh ya!“ Semua orang yang menatap Jeslyne ikut terharu melihat kesedihan Jeslyne, bahkan mamanya sampai menangis sesenggukan di pelukan sang suami. Ranata tau bagaiamana sayangnya Jeslyne terhadap opanya, Jeslyne tampak sangat terpukul melihat keadaan opanya yang terbaring lemah. Tidak terkecuali Sagara yang masih berdiri mematung di belakang kedua orang tua, serta opanya. Sagara sendiri tidak mengerti dengan keadaan yang membuat ia harus datang setelah opanya menelepon dirinya saat jam pelajaran belum selesai, Sagara langsung meninggalkan pelajaran setelah meminta izin kepada guru kelasnya. Dirinya sempat terkejut melihat kedatangan Jeslyne dengan wajah sembab dan air mata berlinang. Jeslyne tidak menyadari akan kehadiran dirinya karena langsung berlari menuju tempat baring opanya. “Sayang, cucu Opa, Jeslyne, sayang dengan, Opa, kan!?“ “Opa, bicara apa? Tentu Jeslyne sangat sayang dengan, Opa!“ Opanya tersenyum mendengar penuturan cucunya tersayangnya. "Kalau, Jeslyne, sayang sama, Opa, boleh tidak Opa meminta kadonya ulang tahunnya sekarang?“ “Apapun itu, Opa.“ balas Jeslyne masih menangis dengan menggenggam tangan Opanya. “Opa, mau kamu menerima perjodohan yang sudah opa tentukan dengan cucu sahabat opa, Sayang?“ Deg Jeslyne terdiam mematung menatap sang Opa dan kedua orang tuanya secara bergantian. Jeslyne tidak mengerti dengam situasi sekarang, mendadak hawa di dalam ruangan berubah panas meskipun di dalam ruangan ber-AC. Begitupun Sagara yang langsung terkejut mendengar penuturan Opa dari Jeslyne. “Nak Jeslyne, Saya, Opa Wiliam, sahabat dari, Opa Jaden. Kami memang sudah sepakat sedari dulu jika ada turunan dari kami ada yang berbeda jenis kelamin, kami akan menjodohkan cucu kami, dan kebetulan kamu terlahir berbeda dengan cucu, Opa, namanya, Sagara.“ Deg Jeslyne yang memdengar nama cucu Wiliam di sebut, langsung mendongak mentapap Wiliam. Jeslyne memang tidak melihat sekitar saat masuk ke dalam ruangan Opanya karena perasaan khawatir dan sedih bercampur menjadi satu. Dan Jeslyne baru sadar jika keluarga Sagara juga berkumpul di ruangan sang Opa. Jeslyne sempat menatap Sagara sekilas, dan Sagara yang juga mentapnya namun dengan tatapan dingin dan datar. “Jeslyne, sayang, kamu mau kan menuruti permintaan, Opa, untuk yang terakhir kalinya?" ucap Jaden dengan suara yang semakin lemah. “Opa, Opa boleh minta apapun tapi jangan dengan perjodohan, Opa. Jeslyne masih sekolah, Jeslyne belum mau untuk menikah di usia muda, Opa,” Jeslyne menolak perjodohan yang sudah kakeknya rencanakan dari awal. “Saga, bagaimana denganmu, apakah kamu mau menerima perjodohan ini?“ Tanya Wiliam pada cucu laki-lakinya. Sagara tersenyum miring, “Saga, mau, Opa,” jawab Sagara tanpa ragu, yang membuat Jeslyne melotot mendengar jawaban Sagara. “Bagaimana, Jeslyne?“ Tanya Jaden sekali lagi, dan di jawab Jeslyne dengan anggukan. Setelah keduanya akhirnya setuju, penghulu yang duduk tidak jauh dari kelaurga besarpun mendekat. Hal tersebut lagi-lagi membuat Jeslyne melebarkan matanya, karena kakeknya bahkan sudah menyiapkan semuanya secara rapi, bahkan sampai mendatangkan penghulu. Jeslyne menghembuskan nafasnya, mau tidak mau akhirnya ia harus menerima perjodohan yang memang sudah di rencanakan kakeknya. *** “Baiklah bisa kita mulai sekarang?“ ucap penghulu memberi intrupsi. “silahkan, Pak!“ “Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Sagara Althair Dirgantara bin Calvin Emerson Dirgantara dengan anak perempuan saya Jeslyne Velishia Anderson binti Roger Hugo Anderson dengan mas kawin uang seratus juta dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai. “Saya terima nikah dan kawinnya Jeslyne Velishia Anderson binti Roger Hugo Anderson dengan mas kawin tersebut di bayar tunai.“ “Bagaiman saksi? Sah?“ “Sah.” Jeslyne menghembuskan nafasnya pelan, setelah mendengar ijab kabul yang di ucapkan Sagara dengan lantang. Jeslyne sekarang benar-benar sudah berganti status bukan single lagi, melainkan kini menjadi seorang istri. Istri dari mantan kekasihnya yang kini justru menjadi suaminya. Entah apa yang akan terjadi ke depannya? Jeslyne sendiri juga tidak tahu, karena hubungannya dengan Sagara sekarang belum membaik. Jeslyne sendiri juga tidak mengerti dengan jalan pikir Sagara yang dengan mudahnya menerima perjodohan ini, padahal dirinya sudah mempunyai kekasih. “Jeslyne,”panggil Jaden pelan. “Iya, Opa.'' “Opa, boleh peluk kamu, sayang.“ Jeslyne langsung berhambur memeluk Opanya. “Terimakasih, Sayang, kamu sudah mau menerima permintaan terakhir, Opa! Sekarang, Opa, bisa pergi dengan tenang menyusul Omamu, terimakasih, Sayang,” “Opa.“ panggil Jeslyne ketika tiba-tiba suara sang Kakek menghilang. “Opa, enggak-enggak, Opa, jangan gini, Opa! Opa hak boleh pergi ninggalin, Jeslyne! Opa, bangun, Opa, hiks,” Jeslyne menangis sembari menggoyangkan tubuh Opanya. Namun sang Opa tidak memberi respon dengan kedua mata sudah tertutup. “Sudah, Sayang, ikhlaskan, Opa, ya! Opa sudah gak sakit lagi sekarang. Opa sudah bahagia bertemu Oma di sana.“ Renata memeluk putrinya sambil mengusap punggungnya. Sagara yang menyaksikan pemandangan di depannya juga merasa sesak melihat Jeslyne menangis di depan tubuh Opanya yang sudah tak bernyawa. Setelah proses pemakaman selesai, para pelayat meninggalkan area pemakaman satu persatu, menyisakan keluarga inti. Hari sudah mulai petang dan langit di selimuti mendung, yang sepertinya hujan akan turun. “Sayang, ayo kita pulang dulu, sudah mau hujan,”renata Renata. “Papa, sama, Mama, duluan aja nanti Jeslyne pulang naik taksi,” ucap Jeslyne tanpa menoleh, dengan masih duduk di pusaran sang Opa. Renata menghela napas pelan, “Ya sudah, jangan pulang terlalu malam ya, Sayang, takut nanti kamu sakit.“ ucap Renata sembari mengusap lengan putrinya. “Baik, Ma.“ Hampir dua jam Jeslyne duduk bersimpuh di pusaran Opanya, Jeslyne berdiri dengan berat, ia membalikkan tubuhnya untuk pergi meninggalkan makam sang Opa. Namun Jeslyne di buat terkejut dengan sosok yang berada tepat di depannya, yang tak lain adalah Sagara yang sekarag sudah menjadi suaminya. “Eh..lo, masih di sini?“ Ucap Jeslyne gugup. “Udah selesai?“ “Ss…ssudah.“ Sagara berjalan terlebih dulu tanpa berbicara lagi dan di ikuti Jeslyne berjalan di belakangnya. Jeslyne menghembuskan napasnya pelan, melihat Sagara yang sekarang berubah datar dan juga dingin kepadanya. Apakah Jeslyne bisa mengembalikan sikap Sagara seperti dulu lagi?. Jeslyne berharap semoga hubungannya dengan Sagara bisa membaik seperti dulu lagi. Apalagi sekarang setatusnya bukan sebatas pacar melainkan suami-istri, pasti akan ada ujian-ujian yang harus di hadapi dengan status sakralnya ini. ***Jeslyne saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, saat jam pelajaran terakhir, ia mendapat kabar jika sang opa sedang di kritis di rumah sakit. Jeslyne tanpa pikir panjang langsung berlari meninggalkan pelajaran yang belum selesai, setelah meminta izin guru kelas untuk keadaan darurat. Sesampainya di rumah sakit, Jeslyne langsung berlari ke ruangan di mana opanya di rawat. Ceklek Pintu terbuka, membuat semua penghuni ruangan menoleh ke arah pintu yang terbuka. Masih dengan air mata berlinang, Jeslyne masuk ke dalam ruangan dan langsung berhambur memeluk opanya yang sedang terbaring lemah, air matanya tidak bisa ia bendung melihat keadaan opanya yang semakin melemah. “Opa, hiks!" Jeslyne menangis di dalam pelukan opanya. “Jeslyne, cucu opa, jangan sedih, sayang, opa gak apa-apa!“ tuturnya dengan suara lembut. “Opa, jangan tinggalin, Jeslyne, hiks!“ “Opa sebentar lagi ulang tahun, katanya mau minta sesuatu sama, Jeslyne, Opa harus sembu
Brummmm Motor Sagara dan teman-temannya memasuki area parkir sekolah secara bersamaan, membuat atensi para siswa-siswi tertuju pada segerombolan Most wanted di sekolah tersebut. Sagara melepas helm fullfacenya dan menyugar rambutnya ke belakang menambah kadar ketampanannya yang menjadi tatapan para gadis di sekolahnya. Wajahnya yang sedikit meninggalkan bekas luka akibat perkelahiannya semalam tidak mengurangi kadar ketampananya. “Eh, Sagara kenapa tuh mukanya kek habis luka gitu?“ seru salah satu siswi yang melihat ke arah Sagara. “Iya, tapi tidak mengurangi ketampanannya sedikitpun.“ “Gila, muka bonyok aja bukannya tambah jelek malah tambah maco gitu, jadi makin sayang deh sama Sagara.“ Jeslyne yang kebetulan melewati gadis yang sedang memuja Sagarapun menoleh, dan tatapannya tidak sengaja bertemu dengan Sagara dari kejauhan, Jeslyne segera membuang muka dan melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Sagara tersenyum miring melihat tingkah mantan kekasihny
"Hay, Sudah pulang, Sayang!?“ Sambut Renata mama Jeslyn yang sedang membaca buku di ruang tamu. “Hmm, iya, Ma.“ "Gimana hari pertama masuk sekolahnya, Sayang, masih sama kayak dulu apa ada perubahan?“ Tanya Renata. "Yaa begitulah, Ma,” ucap Jeslyn menghembuskan napas pelan. “Loh, kok gitu ekspresinya, kenapa? Cerita dong. Apa kamu gak suka sekolah lagi di sekolah kamu dulu?“ Tanya Renata lembut. "Enggak kok, Ma. Ya namanya masih hari pertama masuk setelah pindahan, masih menyesuaikan lagi kan,” ungkap Jeslyne, dan tidak menceritakan pertemuannya kembali pada Sagara. “Serius? Gak ada masalah kan?“ Renata memastikan. “Enggak, Ma.“ “Ya udah, sana bersih-bersih dulu, habis itu turun makan siang ya.“ Jeslyne masuk ke dalam kamarnya, ia melempar tasnya sembarangan lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya. Ia memandangi atas langit-langit kamarnya, pikirannya berkelana saat pertemuannya kembali dengan Sagara. Ia benar-benar tidak menya
Jeslyn berjalan dari perpustakaan setelah mengambil buku yang di minta gurunya untuk ia pelajari. Ia membawa beberapa buku untuk ia pelajari materi yang tertinggal di sekolah barunya. Bruk Buku yang di bawa Jeslyn tiba-tiba saja terjatuh dalam genggamannya setelah tak sengaja menabrak seseorang. Deg Jeslyn membeku ketika tatapan matanya bertabrakan dengan orang yang sangat ia hindari. Begitupun sebaliknya dengan Sagara yang tak kalah terkejutnya dengan Jeslyne, namun ia masih bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya, tatapan dinginnya menelisik wajah gadis di depannya, gadis yang sudah membuat hidupnya berantakan. Ada perasaan benci namun ia juga tidak memungkiri jika ia juga merindukan gadis yang selalu ia nanti. Jeslyn memalingkan wajahnya dan buru-buru melangkah pergi, namun baru selangkah ia berjalan tangannya di tarik oleh Sagara dan menghempaskan tubuhnya ke tembok. Sagara mengunci kedua tangan Jeslyn di kedua sisi kanan kirinya. “Jadi bener gue gag salah lihat kema
Di malam hari, malam bisa membuat penguat bagi seseorang dalam memulai hari esok. Dan kata-kata indah di malam hari juga bisa sebagai penutup harimu menjadi tenang. Dengan begitu, suasana hati dan pikiran yang tenang akan meningkatkan kualitas tidur. Namun tidak bagi seorang Sagara Althair Dirgantara, lelaki berparas tampan. Laki-laki dingin dan tak tersentuh, akan tetapi selalu berhasil membuat para gadis tergila-gila akan pesonanya. Malam yang seharusnya di gunakan untuk istirahat tapi tidak dengan Sagara, ia yang mengalami gangguan kesulitan untuk tidur membuat ia menghabiskan malam entah di area balap atau bahkan tak jarang ia berada di club hingga ia tak sadarkan diri. Bukan tanpa alasan Sagara mengalami gangguan tersebut, semenjak kepergian kekasihnya secara tiba-tiba dan mengatakan untuk mengkahiri hubungannya secara sepihak, membuat dirinya bertanya-tanya? Apa yang salah dari dirinya?. Jeslyne Velishia Anderson, nama yang masih melekat di hatinya, luka yang di