Sangat jelas terlihat di mata mereka berdua bahwa itu adalah Desta dan Vita. Apalagi mendapati pakaian yang mereka kenakan. Kemarin malam mereka berdua memakai setelan itu.
" Ayo, kejar!!" Johan menggapai motornya dan meraih lengan Adi yang seketika terbengong.
" Jangan diam saja! Ayo!? Jangan biarkan mereka semakin jauh." Pekikan Johan menyadarkan Adi yang masih menatap mereka berdua berlalu dengan cepat.
". I..Iya, Ayo." Jawaban putus asa seorang Adi sembari menaiki motor Johan.
Disitu Johan merasa akan benar-benar memukul Desta nanti. Dia sudah membuat sahabat karibnya sampai seperti ini. Ratapan kecewa tergambar jelas pada diri Adi saat itu.
Johan dengan gesit melajukan motornya dengan cepat untuk mengejar mereka. Akan terasa buang-buang waktu jika mereka masih berdiam diri di tempat itu.
Di sisi lain, Desta dan Vita begitu semangat menyambut pagi di hari itu. Meskipun mungkin mereka lelah karena sudah menghabiskan malam yang indah bersa
Sebelumnya, Adi dan Johan sebenarnya sudah sempat menyusul mereka. Namun faktanya justru Adi yang meminta Johan untuk tidak gegabah dan menyuruh Johan untuk membuntuti mereka dibelakang.Nyatanya, tak seorang pun diantara Desta dan Vita yang menyadari bahwa mereka akan tertangkap basah di tempat itu. Hanya berekspresi penuh kecemasan menunggu Adi mendekat menghampiri mereka.Ahhk! Setelah mengetahui asal suara, Desta menelan ludah sekali lagi karena bukan hanya Adi yang menangkap basah dirinya saat ini. Di belakang Adi yang tengah berjalan menghampirinya, Johan berdiri dengan tatapan tajam kearahnya. Menyilangkan tangan di dadanya, meskipun jarak mereka berdua agak jauh. Namun tatapannya begitu dingin seperti aura ingin membunuh seseorang.'ahhh! Johan?? Aku pasti akan mati.' gumam Desta dalam hatinya. Perasaan takut mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Johan memang dikenal sebagai orang yang tak pernah takut akan hal apapun. Desta juga ingat, Johan pernah hampir me
Johan bukan sedang mengatai Adi dengan kata-kata 'bodoh'. Namun secara logika, apakah ada seorang pria yang dengan sangat jelas menyaksikan gadisnya keluar dari hotel bersama pria lain, namun masih bisa bersikap seolah tidak terjadi apa-apa??Bahkan jika tanpa disuruhpun, Johan akan menampar si gadis dan mematahkan kaki si pria jika hal itu terjadi pada hidupnya.Namun pria 'bodoh' ini sepertinya memiliki alasan yang kuat tidak melakukan hal yang ada di pikiran Johan?! Hummmmpp." Aku harus tau alasan dibalik sikapmu ini, teman?!" Johan bertanya sengaja membuang mukanya pada Adi.Setelah mereka meninggalkan mereka berdua di tepi jurang itu, Johan menghentikan laju motornya dan memarkirkan kendaraannya. Mereka berada di sebuah warung kecil pinggir jalan. Johan ingin segera mengetahui alasannya." Apa kau pikir aku tidak geram, bro??" Mengernyitkan mukanya menatap Johan, Adi mengambil rokok di sakunya kemudian menyalakannya." Bahkan sekarang ini Ak
Saat itu jantung Adi berdegup kencang, ada sedikit rasa cemas menghinggapinya. Waktu itu rumah Adi sedang tidak ada orang sama sekali. Mau tidak mau dia yang harus membukakan pintu.Saat akan di bukanya, jantungnya semakin berdetak kencang. Kecemasan itu nyata dan itu sedang ada di hadapannya.Vita datang kerumah Adi, dia sendirian tanpa Desta. Yang terlihat hanya sembab di matanya, dan bekas tamparan di pipinya. Meski saat itu dia menunduk malu, tapi sangat jelas apa yang sekilas Adi lihat." Mau apa kamu kesini?" Tanya Adi acuh." Boleh aku masuk mas? Akan aku jelaskan di dalam, banyak orang lalu lalang kalau disini." Berusaha melangkah masuk menerobos Adi yang masih berdiri memegang daun pintu." Eh?? Masih punya malu, toh?!" Gerutu Adi jelas begitu kasar, tapi dia tak peduli. Dia sudah tak mau bersikap manis pada gadis itu." Maafin aku mas?!" Menggandeng lengan Adi dan memaksanya untuk duduk." Maaf?? Aku sudah memaafkanmu. Bahkan tak p
" Tunggu!?" Panggil Kang Ujang kepada Johan yang sudah menaiki motornya, setelah mendengar kalau Johan akan menjemput Adi." Iya. . Ada apa Kang?" Johan segera melepaskan helm yang dipakainya dan bermaksud mendengarkan Kang Ujang bicara.Kang Ujang sebagai Ketua kelompok juga bukan orang yang lugu dan bodoh. Yang akan dengan mudah percaya perkataan Johan begitu saja. Dia juga tahu tentang peristiwa itu, meskipun bukan dari mulut Adi ataupun Johan." Sadarkan Adi, untuk rela melepaskan gadis itu. Aku tahu semua tentang kejadian itu, jadi tolong jelaskan perihal ini padanya. Desta dan kelompoknya bukan orang sembarangan. Mereka akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kau tahu? Siapa yang membekingi mereka? Jadi aku harap Adi bisa mengerti situasinya." Kang Ujang berbicara sambil menepuk bahu Johan setelah itu mempersilahkan Johan untuk menemui Adi.Sebelum Johan meninggalkan kelompok itu, Kang Ujang memberi pesan lagi, " Dann,,
Bayangan seseorang itu seketika menghilang, melangkah tergesa-gesa dan pergi dari tempat itu. Splassshhhh!Suara benda terjatuh dengan keras, lalu setelahnya terdengar suara menyahut." Meeoonggg!!." Seekor kucing terdengar menjerit.' Ahhh! Hanya kucing.' mereka berdua berpikiran sama.Hari itu merupakan hari yang sangat melelahkan bagi Adi. Setelah Vita pamit pulang, Adi merebahkan tubuhnya kembali untuk segera tidur. Tiba-tiba dia ingat kata Johan tadi." Mungkin lebih baik aku ke tempat biasa." Berbicara pada dirinya sendiri lalu bergegas pergi. Menggagalkan rencananya sendiri untuk kembali tidur.Dalam perjalanannya, Adi bergeming 'Kenapa Kang Ujang mencariku?? Atau jangan-jangan dia sudah tahu semua ini??'Selang beberapa menit, Dia sudah sampai di tempat biasa. Biasanya, ciri khas kelompok itu jika datang harus memberi salam khas pada semuanya. Mereka berbincang sebentar perihal menghilangnya dia beberapa hari ini.Johan juga ad
" Dia siapa?" Kang Ujang menatap Adi." Wildan, temanku SD. Tapi kenapa dia bisa tahu aku disini??" Jawab Adi dan bingung kemudian menatap mereka yang sedang berjalan mendekat.Wildan, teman SD Adi. Mereka berdua sudah lama tidak saling bertemu dan kontak selama ini. Jadi dia pun sedikit kaget melihat tatto di lengannya. Gadis yang bersama Wildan juga tidak asing di mata Adi. Semakin dia menatapnya, ingatannya semakin jelas. Itu adalah Windy, Adik Wildan. Wajahnya masih sama sewaktu Adi melihatnya waktu kecil dulu.'Pasti Johan??!' Adi bergeming lalu menatap Johan." Johan? Ini.." Adi ingin melanjutkan perkataannya kemudian Johan memotongnya." Semuanya, kenalin, Ini Wildan bersama kawannya dan disamping Wildan adalah adiknya, Windy. Temanku semasa SD dan teman Adi juga." Johan menghampiri mereka berdua dengan tersenyum menatap Adi dan membungkukkan sedikit badannya kepada semua orang di kelompok itu.Kedatangan Wildan bersama kawanannya buk
Hari jum'at sore waktu itu. Karena Adi lelah sehabis bekerja, dia memutuskan untuk rebahan di kasurnya. Dia melihat ponselnya sebentar. Karena tak ada pesan penting yang masuk, dia bermaksud meletakkannya lagi. Namun ketika hendak meletakkan ponselnya, ada pesan masuk dari Johan. Karena kelompoknya sedang panas-panasnya dengan kubu seberang, dia berpikir bahwa mungkin akan ada kabar penyerangan.Ternyata Johan mengirim kabar bahwa ada seseorang yang sedang merindukannya. Tika, teman SMP mereka berdua. Namun 3 tahun dikelas yang sama dengan Adi. Tika memberi kabar kepada Johan dan meminta nomer kontak Adi. Karena rasa rindu Tika kepada Adi. Johan hanya memberinya nomor kontak tanpa memberitahu Tika kalau Adi sudah punya pacar.Setelah Adi menanyakan tentang kapan hari penyerbuan, Johan hanya membalas 'santai dan tunggu saja! Hahahaha.' Ahhh!! Dasar Johan.'ping' sebuah pesan dari nomer cantik dengan akhiran tiga 0 berurutan.'Tika??' Adi membalasnya.'Bi
Adi terperanjat ketika tiba-tiba bibir Tika sudah mendarat tepat di bibirnya. Rumah Tika berada tepat di gang belakang dekat areal persawahan. Jadi tak ayal masih jarang dilewati orang karena akses jalannya masih belum sempurna waktu itu. Kesempatan itu yang coba dimanfaatkan Tika yang langsung 'nyosor'." Tika, hentikan! " Adi berusaha melepaskan ciuman Tika dengan sedikit mendorongnya menjauh." Apa-apaan ini?" Adi melanjutkan dengan mengusap bibirnya." Aku rindu kamu, Di. Kau lihat kan? Rumahku sepi, jadi tak apa jika kita bermesraan sebentar?!" Wajah Tika semakin menggoda saat mengucapkan kalimat itu.Tika lalu berusaha mencoba meraih lengan Adi kembali dan memeluknya. Namun ditepis oleh Adi seketika. " Hei, Tika! Sudah cukup!" Adi sedikit membentak walaupun tidak keras." Jika kau semakin keras kepala akan ini, aku tak akan lagi menganggapmu teman!" Adi melanjutkan perkataannya dengan nada yang tak bisa dijelaskan lalu berusaha menjauh." Te