Share

7 ☆ Penyelamat

Author: Rosemarry
last update Last Updated: 2023-09-26 19:31:56

Melihat tangan Bara yang siap menarik pelatuk dan membuat timah panas itu melesat menembus kepalanya, tentu saja membuat pria bertubuh kurus itu ketakutan. "Ba-baik. Sa-saya akan membuatkan tanda lunasnya!"

Tidak sampai dua menit. Dia yang sejak tadi sibuk menulis tanda bukti lunas, kini berjalan menghampiri Bara dengan gugup dan menyerahkan tanda buktinya.

Bara menarik secarik kertas dari tangan pria itu, kemudian mengajak Kara pergi dari sana. Namun belum sempat ia keluar dari pintu, Bara sempat berpesan.

"Jika aku menemukan salah satu dari kalian mengacau lagi. Maka jangan menyesal jika tangan ini melewati batasnya!"

Mereka bertiga pun pergi meninggalkan bangunan tiga lantai yang sangat pengap dan tidak bersahabat itu, menuju mobil. Bara terlihat berjalan lebih dulu, disusul oleh Kara dan Zee yang berjalan beriringan.

Ketika masuk ke dalam mobil pun begitu. Bara sengaja masuk lebih dulu dengan membiarkan pintu mobilnya terbuka, berharap Kara cukup peka. Namun gadis itu justru membantu tuannya menutup pintu, sebelum akhirnya dia berjalan ke depan hendak duduk di samping kursi kemudi.

Namun Zee yang memahami keinginan tuannya langsung menahan pintu, "Duduklah di belakang, Nona Kara!" Kara sempat tertegun sejenak dan memikirkan hal yang membuatnya harus duduk di belakang, tepat di samping Bara. "Nona, silahkan duduk di belakang!" tegas Zee membuat lamunan singkat Kara buyar.

"Oh, baik!"

Mobil sedan hitam itu pun melaju usai Kara masuk dan duduk di samping Bara. Sejauh setengah perjalanan, tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut keduanya.

Bara terlihat bersedekap tangan sambil bersandar. Sedangkan Kara, justru terlihat sangat tegang sambil menundukkan kepalanya. Entah mengapa, dia merasa Bara lebih menakutkan dibanding sepuluh orang preman tadi.

Namun meski begitu, dia berusaha mengumpulkan sisa keberaniannya untuk mengucapkan terima kasih pada tuannya.

"Eem, itu—" Perkataan Kara tertahan untuk beberapa saat, lantaran bingung harus berterima kasih lebih dulu, atau bertanya.

Namun sebelum ia melanjutkan kalimatnya, Kara justru meminta Zee untuk berhenti di sebuah apotik yang kebetulan mereka lewati. Dia buru-buru turun untuk membeli beberapa obat dan kembali ke dalam mobil.

"Tolong ulurkan tangan Anda," pinta Kara dengan sopan.

Bara lantas menoleh dan menatap wajah Kara untuk sesaat, lalu kembali menatap lurus ke depan. "Untuk apa?" tanyanya ketus.

"Pisau tadi saya ambil dari pedagang buah. Setidaknya, luka Anda perlu dioles antiseptik untuk mencegah infeksi," jelas Kara masih dengan nada sopan.

Pria yang sejak tadi memasang wajah ketus itupun akhirnya mengulurkan tangannya yang terluka. Kara mulai membuka ikatan sapu tangannya, lalu mulai mengoles antiseptik dengan lembut.

Sorot matanya terfokus pada luka Bara yang masih mengeluarkan darah meski sudah tidak terlalu banyak. Namun pandangan Bara, justru tertuju pada wajah serius Kara.

"Tentang hal itu ... saya ingin berterima kasih sekaligus meminta maaf pada anda." Ucapan Kara yang tiba-tiba berhasil membuat Bara tersadar dari lamunan singkatnya, terutama ketika Kara tiba-tiba menengadahkan kepalanya dan membuat tatapan mereka bertemu. "Tapi, bagaimana Anda bisa ada disana?"

Pertanyaan Kara tentu saja membuat Bara berada dalam kebingungan. Ego yang tinggi, membuatnya enggan mengakui jika dia membuntuti Kara sejak gadis itu menaiki taxi.

"Bukankah harusnya aku yang bertanya, kenapa kau ada di tempat seperti itu?"

Kara terdiam karena tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan hal itu pada Bara. Namun jika dia berbohong dan berkelit, itu lebih tidak mungkin lagi. Lantaran Bara sudah membawa bukti tanda lunas dari mereka.

"Ayahku ..." Kara mencoba menjelaskan, tetapi perkataannya tertahan sesaat. Dia sendiri bingung harus memulai dari bagian mana. "Ayahku terlilit hutang. Mereka memberikan waktu seminggu untuk membawa 200 ribu, karena tahu saya bekerja di keluarga Alexandrio."

Bara diam membisu dan tidak merespon cerita Kara sama sekali. Dia hanya menatap gadis yang sedang memasangkan perban di tangannya sambil bercerita itu.

"Saya harap, Anda tidak marah atau memecat saya," mohon Kara dengan suara lirih yang hampir tidak bisa didengar oleh Bara.

Sebenarnya, Bara bukan tidak mengerti keadaan Kara. Lantaran saat di perjalanan, dia sempat meminta beberapa orangnya untuk mencari tahu tentang maid yang terikat kontrak dengannya itu.

Mengetahui kerja keras Kara demi melunasi hutang judi sang ayah, hati pria itu sedikit tersentuh. Gadis muda yang saat itu baru saja lulus sekolah, dipaksa bekerja siang dan malam hanya untuk keegoisan orang tuanya.

"Lupakan hal itu. Lain kali jika kau terjebak dalam situasi seperti ini, beritahu pada Helena atau padaku."

Kara yang mendengar ucapan Bara langsung mengangkat kepalanya dan mengucapkan banyak terima kasih pada Bara. Seulas senyum manis yang terukir di wajah gadis cantik itu, berhasil membuat degup jantung Bara berdetak tak karuan.

"Jangan salah sangka!" Bara mengalihkan pandangan matanya dan kembali bersikap angkuh. "Aku hanya tidak ingin nama keluarga Alexandrio terseret hanya karena masalah sepele."

Kara mengangguk. Tentu saja dia tau hal itu, "Saya mengerti. Terima kasih banyak, Tuan Bara."

"Uang sudah diterima, bahkan sudah kau bayarkan pada mereka. Jadi ...." Bara tiba-tiba menoleh, menatap Kara dengan tatapan mengintimidasi. "Berikan hal yang sudah aku bayar lebih dulu!"

DEGH!!

Otak Kara langsung bekerja kerasa saat mendengar ucapan sang majikan. 'Maksudnya ciuman? Dia membicarakan itu, dan menginginkannya sekarang? Di dalam mobil yang sedang berjalan?!' batinnya panik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   118 ☆ End

    "Apa kau sungguh-sungguh meminta ku untuk mencarikan suami yang baik untuk kak Kara? Tadi sebelum aku masuk ke ruangan ini, aku melihat Will tengah mengusap pundak kakak ipar ku penuh kasih sayang, apa menurutmu dia pantas untuk menggantikan mu, kak Bara?" Tiba-tiba jari-jari tangan Bara bergerak, fungsi organ tubuh nya pun terdeteksi meningkatkan di alat-alat medis yang terpasang di tubuh nya. "Astaga! Aku baru tahu kalau Rasa cemburu bisa membawa orang kembali dari pintu kematian!" gumam G dalam hati dan menyerahkan Bara pada para dokter yang seharusnya, sebab G sudah harus kembali sebelum Dimitri terbangun dari tidurnya.keesokan hari nya ...."kau sudah bangun, sayang?" Terdengar suara Kara saat Bara membuka matanya."Sayang ..." ucap Bara sambil tersenyum."Ya tuhaaan!! terima kasih!! " ucap Kara penuh haru.Semua orang di dalam ruangan itu pun memanjatkan rasa syukur yang tak terkira karena Bara akhirnya sudah sadar."Ibu ...." Panggil Bara pada Evelyn."Ya sayang, apa kau but

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   117 ☆ Ms.G

    "Elbara Alexandrio dan William Torez, selamat datang!" Ujar Zico saat dirinya sudah terpojok di parkiran atas gedung itu usai lomba lari dengan Bara dan Will dari lantai bawah."Zico, menyerah lah. Tidak ada guna nya kau kabur lagi. Sudah tidak ada tempat untuk kabur." Ucap Will."Kabur? Untuk apa aku kabur?" Jawab Zico sambil tersenyum."Pra gila sepertinya tidak mempan dengan tausiyah seperti itu. Dia akan lebih mempan jika langsung berhadapan dengan ini." Ujar Bara sambil mengarahkan senjatanya pada Zico."Wow, senjata! Kau kira aku takut dengan senjata itu?!" tanya Zico tertawa sambil membuka jasnya.Saat Zico membuka jas nya terlihat lah ada sebuah bom yang terpasang di tubuh Zico. "Kau ingin menembak ku? itu artinya kau sengaja ingin membuat istri mu menjadi janda." Ucap nya sambil tertawa keras.Bara dan Will pun saling pandang."Sekarang kalian tidak punya pilihan lain selain membiarkan ku pergi." Ucap nya dengan senyum terkembang sempurna.Zico merasa dirinya sudah di atas a

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   116 ☆ Zico

    "Kau tidak bisa keluar begitu saja. Mereka bisa mengenali mu." ujar Kara lalu memandang ke sekeliling tempat itu hingga akhirnya dia melihat baju ok yang masih terlipat."Kau kenakan ini dulu. Baru setelah itu kita keluar." Ujar Kara.Gabby pun menuruti perkataan Kara untuk mengenakan pakaian yang ditunjukkan Kara."Bagaimana? Udah oke?" tanya Gabby sambil memasang maskernya."Sudah. Begini lebih baik." ujar Kara, Mereka berdua pun keluar dari ruangan itu.Gabby dan Kara berjalan biasa. Untungnya warna baju mereka sama jadi tidak ada yang curiga."Kita lewat sana saja." Tunjuk Gabby."Kenapa tidak lewat sebelah sana saja?" Tunjuk Kara pada arah yang sebaliknya."Aku tadi dari arah sana kak. Tidak ada ada apa-apa disana. Hanya jalan buntu." ucap nya pelan."Benarkah?" Tanya Kara."Ya ampun kak ... benar." Jawab Gabby meyakinkan kakak iparnya.Gabby dan Kara pun kembali berjalan. Setelah mereka berjalan cukup lama akhirnya mereka sampai ke pintu keluar yang ada di belakang gedung itu."

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   115 ☆ Kabur

    Kara mencoba berpikiran positif. Hingga tiba-tiba seseorang muncul dari belakang mobil dan membekap mulut Kara dari belakang tanpa Kara sadari."Tuan Zico, wanita ini cantik juga." Ujar anak buah Zico."Ck! Kau jangan macam-macam. Atau tuan Leon akan menghabisi mu!" jawab Zico, yang tak lain adalah paman dari Kara. Dia yang dulunya hidup nyaman, kini harus menjadi buron. Terlihat dari penampilannya yang sudah tidak seperti dulu lagi.Mobil itu pun melaju kencang keluar dari kota itu, menuju sebuah gedung yang kelihatan nya seperti gedung farmasi dari luar.******Saat ini, Bara dan Elka sudah berada di dalam mobil.Di saat Elka sedang menelpon anak buahnya untuk menanyakan apakah ada informasi, telpon Bara berbunyi."siapa?" tanya Elka."Ayah." Jawab Bara dengan wajah tegang."Bara kau dimana saja?!!" teriak Alfred pada putra nya begitu Bara mengangkat telpon itu."Aku sedang mencari Kara bersama dengan Elka, Ayah.""Aku sudah tahu! Kara memang di culik oleh Zico atas perintah organis

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   114 ☆ Diculik

    Kara menganggap ini hanya wujud dari sikap protektif seorang Elbara.Bara sadar kalau dia tidak akan bisa berdebat dengan ibu hamil ini. Jadi Bara putus kan untuk membiarkan Kara pergi tapi diam-diam mengikuti Kara.Untuk urusan keselamatan Kara dan calon anaknya, Bara tidak mau hanya mengandalkan para bodyguard nya. Jadi selain para bodyguard itu, dia pun akan mengawasi Kara dari jauh."Dasar keras kepala!!" Bara menyubit hidup Kara."Jam berapa kau dan Moon akan pergi?""Setelah menghabiskan sate ini bersama mu." Jawab Kara dengan senyum terkembang di wajahnya sebab akhirnya dia bisa bekerja seperti pekerja lainnya."Baik lah. Tapi berjanji lah kau harus berhati-hati. Sebab di dalam perut mu saat ini ada calon anak kita." Ujar Bara sambil mengelus perut Kara."Siap pak bos!" canda Kara lalu mengambil sate tadi dan mulai makan siang zuper romantis dengan sepiring sate bersama Bara.Usai menghabis sate itu, Kara pun kembali ke ruangan nya untuk bertemu Moon. Mereka sudah berjanji untu

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   113 ☆ Pelajaran

    Bara sangat mengenal istrinya itu. Kadang Kara bisa begitu lembut, tapi kadang dia pun bisa jadi sangat bar bar. "Tolong sate dan minuman ini di antar ke ruang pak Bara ya." pinta Kara pada staff kantin usai meletakkan kertas bertuliskan sesuatu di atasnya penutup sate."Dan minuman ini untuk dua wanita yang ada di dalam ruangan itu." tunjuk Kara pada dua gelas jus jeruk."Baik buk." jawab Staff kantin yang sudah mengenali Kara sebagai istri pemilik perusahaan.Sejak kejadian di hotel yang disaksikan oleh semua tamu dan staff hotel serta video-video kejadian yang tersebar luas di media, tidak ada yang tidak mengenali Kara sebagai istri dari Elbara."Sekarang aku tinggal menunggu telpon dari nya." Ujar Kara sambil berjalan ke arah ruangan Bara.Kara yakin, begitu sate ayam itu tiba maka Bara pasti akan menelpon nya.Keadaan di ruangan Bara saat ini sudah sangat di luar kendali Bara. Britany yang tadinya masih bersikap elegan kini malah mulai hilang kendali nya. Britany mulai membalas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status