"Tidurlah." Luke berbicara lembut saat mata Rena terlihat telah redup. Ia tahu Rena lelah. Ia masih belum pulih dan ia tengah mengandung, terlebih mereka baru saja melakukannya. Luke bisa mengerti kalau Rena merasa lelah.
"Ya. Tapi jangan tinggalkan aku." Rena berujar lirih dengan suara yang serak, matanya perlahan tertutup dan tidur lelap benar-benar menjemputnya. Tidur yang tiba-tiba nyenyak seakan mengganti seluruh lelahnya.
Luke sedikit tersenyum. Entah apa yang membuatnya ingin tersenyum, tapi ia tiba-tiba saja tersenyum. Ia merebahkan tubuh perlahan di samping Rena, menatap langit-langit ruangan yang mewah. Ia tidak mengantuk karena telah tertidur terlalu lama, tapi ia juga tidak ingin pergi seakan sesuatu tengah menahannya. Bayinya, mungkin bayinya yang menahannya. Terdengar menggelikan. Tapi percaya atau tidak, Luke benar-benar merindukan bayinya.
"Ayah tidak akan meninggalkanmu." Luke bergumam kecil lalu memiringkan tubuh untuk menatap Ren
Rena mendesah lega sesaat setelah meminum minumannya. Masakan Riana adalah yang terbaik. Diam-diam dia jadi merindukan kakaknya itu."Sudah selesai?" Luke memasuki ruangan. Ia tampak baru saja selesai membuat panggilan. Terlihat ia yang masih menekan-nekan layar datar benda dalam genggamannya."Ya, sudah." Sedangkan Rena menyahut lirih dengan mata yang menatap setiap pergerakan Luke. Tapi kepalanya menunduk dengan cepat saat Luke mengangkat kepala dan menatapnya."Aku akan meminta sedikit waktumu, ya, Rena?" Kini Luke tampak lebih fokus, tangan kanannya memasukkan benda tadi ke dalam saku celananya."Tentu. Apa yang harus aku lakukan?" Suara itu masih menyahut dengan lirih meski nada suara ingin tahu terdengar jelas."Kudengar dari Jeff kalau kamu sering mual sejak aku tidak di rumah. Aku tidak tahu untuk pagi ini, tapi saat aku menyiapkan makananmu aku melihat teh jahe. Kamu juga mual pagi ini?" Luke berbicara dengan suara selembut m
"Tidak, ini bukan sesuatu yang buruk, bayimu tidak apa-apa. Ini hanya tentang mual tidak normal yang Rena alami, penyebab dan pencegahan agar tidak lagi sering terulang. Tenangkan dirimu dan pastikan kamu mendengar penjelasanku." Hongli berdehem sebentar lalu memperbaiki posisi duduknya. Dapat dilihat dari ekor matanya Luke sempat mengangguk kecil."Kejadian tidak normal ini bisa terjadi karena beberapa faktor. Salah satu penyebabnya bisa karena seorang ibu mengandung anak kembar. Tapi kandungan Rena masih terlalu kecil untuk diketahui apakah janin yang berada dalam rahim Rena terdapat lebih dari satu bakal janin. Hal lain yang mungkin terjadi adalah bisa saja Rena pernah mengonsumsipapermintsebelum tidur sehingga memicumorning sickness. Apa kamu melakukan itu, Rena?" Hongli berbicara panjang lebar dan diakhiri pertanyaan pada Rena yang langsung berupaya mengingat."Kurasa tidak. Maaf, tapi aku tidak menyukaip
“Ah! Rena! Ben bilang Riana juga tidak akan ke sini.” Suara Bella berubah lagi menjadi tinggi dan ceria, membuat Rena yang tadi menunduk menjadi mengangkat kepala dengan wajah yang tampak kebingungan.“Kata Ben, Jeff membawanya pergi. Luke yang meminta seperti itu. Ia meminta Riana untuk pergi memilih beberapa furnitur untuk rumah maupun acara pernikahan kalian, karena ia tahu kamu dan Riana memiliki selera yang sama.” Bella mengatakannya dengan cara biasa ia berbicara, tapi entah mengapa itu mempengaruhi Rena. Pipinya tampak merona dan ia menunduk dengan senyum malu-malu.Pernikahan. Rena jadi sedikit melupakannya karena mereka tidak pernah membicarakan tentang hal itu dengan cara yang sangat serius. Tapi Rena tidak tahu kalau Luke benar-benar mengingatnya bahkan telah sampai mulai melakukan persiapan.“Astaga! Aku baru ingat sesuatu. Aku tidak boleh di sini terlalu lama. Aku akan pergi. Tadi aku ke sini hanya i
Berjalan dengan cepat dan menyambar kerah baju Hendry, Luke ingin langsung menamparnya. Tapi ia hanya bernapas beringas, berusaha mengendalikan diri. Jika Hendry memang menyakiti Rena, dia baru akan menampar.“Di mana Rena?” tanyanya dengan desis penuh kemarahan. Tapi dia menjadi lebih marah lagi saat Hendry malah terkekeh. Apa dia ingin mati?“Di mana dia?” Dia berteriak lebih marah, mengguncang tubuh Hendry kencang.“Kamu pikir aku akan di sini jika aku ingin mengganggunya?” Ucapan Hendry membuat rasa lega menyeruak dari dada Luke. Dia kemudian melepaskan cengkramannya kasar.Diedarkannya pandangan ke sekitar dan menemukan banyak mata menatapnya. Tapi dia tidak peduli karena rasa marah masih mengisinya. Dia kemudian berlari tergesa menuju lift setelah selesai menatap tajam orang-orang di sekitarnya.“Itu lebih baik untuknya segera pergi menemui Rena seperti ini.” Ben berujar s
Sunyi, hanya sunyi yang bisa ia dengarkan saat ini, bahkan gemuruh bunyi kendaraan seakan tidak mengusik kesendirian yang sedari tadi menemaninya. Atau malah sejak kelahirannya? Ia tidak menyalahkan takdir, tidak pernah. Karena hal itu hanya akan sia-sia. semua telah terjadi dan itu hanya akan membuatnya semakin tampak bodoh jika menyalahkan hal yang tidak akan mampu kembali terulang. Satu-satunya hal yang mampu ia lakukan adalah menjadi orang tua terbaik bagi anaknya, bersama Luke.Rena menghela napasnya sekali lalu memejamkan mata. Ia tidak tahu mengapa hanya ada pikiran menyedihkan yang menghinggapi kepalanya. Ia tidak tahu.“Dasar tidak berguna!”“Apa gunanya kamu dilahirkan di dunia ini? Kamu tidak berguna!”“Dimana orang tuamu? Apa kamu dibuang? Kata ayahku, seorang anak yang dibuang adalah anak yang tidak diinginkan. Mereka anak nakal dan memalukan. Mereka tidak patut dibanggakan.&rd
“Apa ia baik-baik saja? Bayi kita?” Luke memecahkan keheningan di antara mereka. Tangannya yang memeluk tubuh kecil calon istrinya mulai bergerak mengelus perut yang belum membesar itu.“Ia baik. Aku pastikan ia sehat.” Rena menyahut dengan rasa bahagia yang membuncah di dada, ia sangat menikmati saat mereka membicarakan tentang bayi mereka.“Itu bagus. Ia akan menjadi anak yang indah dan kuat.” Luke mengecup Rena lagi, kali ini di perpotongan lehernya.“Ya, Luke.” Diam-diam di dalam hati Rena membenarkan dengan sangat semangat. Bayi mereka akan menjadi indah dan kuat karena memiliki ayah yang tangguh.“Sampaikan maafku padanya.” Luke kembali berbicara lirih. Rena memang tidak melihatnya, tapi Luke sebenarnya sedang menutup mata penuh penyesalan.“Ya?” Rena mengernyitkan kening. Luke mengatakan itu dengan terlalu tiba-tiba, menjatuhkan lagi suasana yang sudah terb
Rena tercengang setelah mendengar ucapan pria itu. Rasanya tidak lama saat pria itu pernah meneriakinya bahwa ia tidak berguna dan tidak berharga. Tapi sekarang pria itu malah membicarakan tentang cinta. Pria itu berbicara tentang sesuatu yang membuat jantung Rena berdetak dengan kencang."Luke, apa kamu …" Rena terdengar ragu. Ia tidak tahu apakah Luke serius dengan apa yang ia katakan. Ia ingin bertanya tapi ia tidak ingin membuat Luke tersinggung."Rena, aku bukan orang baik. Jika ada yang pernah merasakan sedikit kebaikanku, aku hanya sedang bermurah hati. Tapi percayalah, sekarang aku hanya ingin jujur. Aku melakukan apa yang orang baik lakukan, aku jujur padamu mengenai perasaanku."Rena tampak sedikit terkejut."Aku serius, aku tidak bermaksud untuk membuatmu terkejut. Tapi aku memang harus mengatakan ini sebelum konferensi pers pernikahan kita." Kesungguhan muncul di wajah tampan itu.Sekarang Rena berubah menatap bingu
"Sudah rapi?" Luke bertanya pada Rena setelah Rena merapikan kerah kemejanya. Ia memang hanya akan bekerja di ruangan ini, tapi ia tetap harus tampak rapi karena ia adalah seorang pemimpin. "Sudah. Kamu tampak sangat tampan." Rena memuji dengan malu-malu tapi senyum puas hadir tanpa pamit di bibirnya lalu tangannya mengusap dada Luke yang bidang. "Dan kamu sangat cantik. Bahkan di saat kamu belum membersihkan diri seperti saat ini." Luke menyahut dengan godaan kecil lalu mengusap rambut Rena dangan lembut. "Maaf. Aku pasti terlihat kurang pantas." Rena tertunduk malu, nada sesal terdengar sayup-sayup. "Jangan meminta maaf. Kamu adalah makhluk tercantik. Apapun keadaanmu, kamu akan selalu menjadi satu-satunya perempuan tercantik yang pernah aku temui." Luke menghiburnya dan memberikan senyuman lembut. Rena tersenyum kecil. Jari-jarinya lalu meraih tangan Luke dan memainkannya. Itu adalah sebuah kebiasaan barunya karena ia merasa