Share

BAB 27

last update Last Updated: 2025-11-15 14:04:15

“Mas Ammar dan Mbak Zahra itu ‘kan orangtuanya Riko, Tante, ya wajar saja kalau mereka menjaganya.” Adelia mengulas senyum saat bicara, berusaha terlihat biasa saja meski dadanya bergemuruh.

Baru saja tadi malam Ammar membicarakan hubungan badan, menyinggung masalah mereka yang sudah menikah selama setahun bahkan sedikit mengancam mengatakan bisa saja memaksa menuntut haknya. Bukannya berusaha memperbaiki hubungan mereka agar bisa seperti suami istri pada umumnya, eh, malah sibuk cari kesempatan berdua-duaan dengan mantan istrinya. Dasar lelaki. Disini ngomong begini, diluar beda lagi.

“Sudah resiko saya menikah dengan lelaki yang punya anak, perhatiannya pasti terbagi.” Adelia melanjutkan. Dia menghela napas lega saat melihat wajah Gunawan tidak lagi setegang tadi. “Kalau mau satu-satunya, ya sama yang masih bujangan. Itu juga belum tentu seratus persen perhatian karena dia juga pasti memikirkan orang tuanya.”

Fatma mengelus punggung Adelia. Dia mendorong kursi roda anaknya menuju r
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kita yang Terluka   BAB 97

    “Zahra Amani Binti Zaldy Aditama, malam ini, kulepaskan ikatan halal diantara kita. Mulai detik ini, kukembalikan tanggung jawabku kepada orang tuamu. Sejak saat ini, kamu bukan istriku lagi.”Ammar mengerang saat mengingat kalimat talak yang dia ucapkan pada Zahra dua tahunan yang lalu. Sakit menggerogoti kalbu. Dia menatap jauh, ke arah matahari yang mulai mengintip malu-malu di antara pepohonan tinggi, menciptakan semburat keemasan yang menari-nari di sela kabut. Embun masih setia menggantung di pucuk-pucuk daun pinus, memantulkan cahaya pagi seperti taburan berlian kecil yang berkilauan.“Maskawinnya luar biasa. Logam mulia berapa puluh gram gitu, satu set perhiasan emas sama uang tabungan berapa ratus juta tadi katanya.”Ammar mendengkus mengingat ucapan salah satu tetangga di perumahan orang tua Zahra kemarin. Dia semakin merasa kecil mengetahui besarnya maskawin yang diberikan oleh Indra pada mantan istrinya. Siapa lah dirinya jika dibandingkan dengan lelaki itu? Ah … sungguh s

  • Kita yang Terluka   BAB 96

    “Maaf ya, Mas?” Zahra menatap Indra dengan perasaan antara kasihan dan juga ingin tertawa. Sejujurnya, dia tidak memungkiri menginginkannya. Sebagai wanita yang pernah menikah, jelas dia merindukan ada yang menemani malam harinya. “Mas mau aku pijat saja? Apa tidak capek dua minggu penuh kesana-kemari tanpa jeda mempersiapkan semua? Bolak-balik Jakarta-Banjarmasin, belum lagi mengurus pekerjaan.”Indra tersenyum sambil meraih dagu Zahra. Dia mengecup bibir istrinya lembut, tidak seperti tadi yang penuh rasa menuntut. Dia pernah merasakan sakitnya kehilangan orang yang disayang karena tidak melakukan apapun untuk mempertahankannya, pasrah pada keadaan yang memaksa mereka terpisah. Jadi, saat Tuhan memberikan lagi nikmat rasa cinta di hatinya yang telah lama sunyi, Indra tidak merasa lelah sedikitpun mengusahakan seberat dan sesulit apapun agar bisa segera dimiliki. “Kita jalan-jalan keluar saja, yuk? Keliling kota Jakarta malam hari? Pacaran.” Indra membelai pipi Zahra dengan punggung

  • Kita yang Terluka   BAB 95

    “Bawa tas dan buka pintu mobil, Ma!” Gunawan langsung mengangkat Adelia sambil memerintahkan istrinya. Dia berusaha menenangkan diri meski khawatir sekali melihat keadaan Adelia yang sudah tidak sadarkan diri. Lelaki itu berkali-kali menghela napas panjang agar bisa fokus mengemudikan mobil. Sesekali, dia melihat keadaan anaknya yang berbaring di kursi tengah bersama Fatma.“Ammar tidak bisa dihubungi sejak tadi sore.” Fatma menjelaskan tanpa diminta. Dia tahu Gunawan tentu bertanya-tanya, tapi lelaki itu menahan diri karena melihat dia yang panik sekali. “Ya, Allah, kalau ada dosa dan kesalahan kami di masa lalu, jangan timpakan balasannya pada anak dan cucu kami. Biar kami yang menanggungnya sendiri.” Fatma mencium kening Adelia yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Hatinya patah melihat anaknya melewati masa kehamilan yang demikian berat.“Ammar ….”“Berhenti menyebut nama Ammar!” Gunawan mengembuskan napas kencang saat tanpa sengaja membentak istrinya. Lelaki itu menatap spion te

  • Kita yang Terluka   BAB 94

    “Ganteng anak kita, Yang, wajahnya mirip kamu semua kecuali matanya. Berarti, kalau dia besar nanti, wajahnya adalah kamu versi laki-laki. Ah … mau kamu jadi perempuan atau laki-laki, semoga kita tetap berlainan jenis kalau memang ada kehidupan lain, Yang. Mau di kehidupan manapun, aku akan berdoa semoga kita tetap berjodoh nantinya.”Ammar mencengkram rambutnya erat hingga kulit kepalanya terasa sakit mengingat kebahagiaan mereka saat Riko lahir. Lengkap sudah semua. Dua anak sepasang yang sehat. Pekerjaan bagus dan mereka juga saling mencintai. Perasaan itu bahkan tidak berkurang sedikitpun meski sudah bertahun-tahun. Tidak pernah ada definisi bosan meski sesekali mereka ada cekcok kecil juga.“Yang? Kalau nanti Rika dan Riko sudah besar dan bisa ditinggal-tinggal, kita jalan-jalan berdua yuk? Ke pantai atau ke puncak gitu. Aku mau ngerasain pacaran halal. Habisnya begitu menikah, langsung hamil Rika. Kita langsung fokus ke anak. Apalagi sejak ada Riko, perhatian kita hampir sepenuh

  • Kita yang Terluka   BAB 93

    Apalagi, hubungannya dengan Ammar juga belum membaik saat ini. Mereka terlibat perang dingin dan saling diam, nyaris tidak pernah ngobrol lagi. Adelia benar-benar merasa sendiri di kehamilan pertamanya.“Sabar-sabar ….” Fatma membantu Adelia berbaring di kasur. Dia memijat pinggang anaknya pelan. Tubuh Adelia ringkih dan kurus sekali. Anaknya itu muntah setiap kali ada makanan dan minuman masuk. Jarang sekali Adelia bisa makan dengan nikmat. Setelah pendarahan kemarin, Adelia sudah dua kali masuk IGD, diinfus karena dehidrasi kekurangan asupan makanan dan minuman.“Bawaan hamil itu beda-beda. Semakin besar kehamilan, nanti kamu semakin sehat.” Fatma tersenyum saat bertatapan dengan Adelia. “Mungkin dari keturunan juga. Dulu, saat hamil kamu, Mama juga bedrest total. Baru setelah memasuki trimester kedua, usia kandungan sudah dua puluhan minggu, baru enak makan. Semangat. Ingat kamu membawa amanah nyawa di rahimmu. Banyak-banyak berdoa yang baik karena doa Ibu hamil insya Allah didenga

  • Kita yang Terluka   BAB 92

    "Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltahaa 'alaih."Tubuh Zahra masih sedikit gemetar saat merasakan tangan Indra memegang ubun-ubunnya sambil membacakan doa. Wanita itu menghela napas panjang berkali-kali untuk menenangkan diri. Tidak pernah dia sangka kalau hari ini dia akan menjadi seorang istri lagi. Setelah Indra selesai membaca doa, dia mengangkat kepala. Zahra memejamkan mata saat Indra mengecup keningnya. Aduh … baru dicium kening saja rasanya Zahra sudah tersetrum ke seluruh tubuh. Bulu-bulu halus di sekitar bibir Indra terasa menggelitik kulitnya.“Apa bisa dipanggil tetangga sekitar untuk ikut merasakan kebahagiaan hari ini, Om? Eh … Pak?” Indra terkekeh saat masih merasa rikuh mengganti panggilan pada Zaldy. “Tadi saya sudah memesan katering, sekitar satu jam lagi sampai disini katanya. Pas lah untuk jam makan siang kalau ada tetangga yang sedang di rumah.” Sebenarnya, Indra sudah memesan kate

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status