Wirya senyum-senyum sendiri melihat Mayla yang masih tampak cemberut sejak tadi. Sejak Diana berlalu dari hadapan mereka, kekasihnya itu hanya diam saja dan hanya mengaduk-aduk makanan di hadapannya. Ia tahu kalau Mayla pasti masih bertanya-tanya di dalam hati tentang sosok Diana."Sayang... Makanannya kok cuma diaduk-aduk aja dari tadi?""Lagi nggak laper Mas, udah kenyang.""Ya nggak mungkinlah, belum juga dimakan udah kenyang, malam ini kan kamu belum makan apa-apa May. Aku nggak mau kamu sakit. Alex juga pasti sedih kalau Mommy-nya jatuh sakit.""Udah makan kok, baru aja," jawab Mayla pelan tanpa melihat ke arah Wirya."Makan apa? Makanan yang kita pesan aja cuma kamu aduk-aduk doang dari tadi.""Makan hati " cebik Mayla.Wirya tersenyum seraya meraih jemari Mayla lalu menggenggamnya erat. "Pasti ini karena kehadiran Diana kan?" tanya Wirya lembut."Kamu nggak pernah cerita sama aku.""Kan kamu nggak pernah nanya. Lagian dia cuma masa lalu Sayang. Kamu masa sekarang, dan masa dep
"Ayo turun Sayang! Kita sudah sampai di rumah sakit," ajak Adam melihat Arumi yang nampak masih terpaku, dan seakan tidak berniat untuk turun dari mobil."Kamu beneran yakin kalau Bapak sama Ibu kamu sudah bisa menerima kehadiran aku jadi istri kamu Mas?" tanya Arumi ragu. Matanya melirik malas pada para pengunjung yang tampak lalu lalang di pelataran parkir rumah sakit.Adam menghela napas panjang, "Yakin Rum, soalnya mau gimana pun kerasnya mereka menolak, kenyataannya kamu itu memang sudah jadi istriku sekarang. Ibu dari calon anakku yang sedang kamu kandung. Dan kamu jangan takut Rum, aku akan selalu ngebelain kamu kok. Jadi kamu jangan cemas ya. Yuk kita turun," ujar Adam mencoba meyakinkan istrinya."Iya deh, tapi ee..Kenapa kita nggak langsung ke rumah orang tua kamu aja sih Mas, ngapain kita ke rumah sakit. Aku capek, mau istirahat.""Ya ampun Sayang. Apa kamu lupa? Sekarang kan Ibu lagi sakit dan dirawat di rumah sakit ini. Jadi kita besukin Ibu dulu. Kan memang kita kemari t
Mayla berjalan pelan menyusuri koridor hotel. Setelah yakin berada di kamar yang ia tuju, Mayla menghentikan langkahnya. Ditariknya napas panjang lalu dihembuskannya perlahan. Mencoba memberi kekuatan pada dirinya sendiri. Mayla sangat takut jika apa yang ia akan lihat sebentar lagi membuatnya tak kuat. Semoga saja kecurigaanku ini salah, batin Mayla.Tok.....tok....tok....."Room service!" seru Mayla seraya mengubah sedikit nada suaranya.Tak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka, ceklek... Seraut wajah yang tampak kelelahan muncul dari celah pintu yang terbuka. Matanya tampak melotot melihat Mayla yang tiba-tiba datang."Ma-Mayla...kamu...." suara Adam tiba-tiba bagai tercekat di kerongkongan. Sadar akan situasi gawat, Adam mencoba mencegah Mayla masuk, namun terlambat, Mayla sudah ngeloyor masuk ke dalam kamar.Mata Mayla menatap tajam ke arah seorang wanita yang tampak tertidur pulas di pembaringan. Meskipun sebagian tubuh wanita itu ditutupi oleh selimut, namun bisa ditebak
"Mau kemana kamu Mas?" tanya Arumi melihat Adam yang tampak bersiap akan pergi."Aku mau menemui Mayla, aku akan membujuknya agar ia tidak minta cerai dariku," sahut Adam seraya mengancingkan lengan kemejanya.Mendengar bahwa Adam akan berusaha membujuk Mayla, tentu saja Arumi tak akan tinggal diam. 2 tahun lamanya ia mencoba bersabar hanya mencintai Adam dalam diam, dan ketika hampir 3 bulan ini ia berhasil mendapatkan simpati dari Adam, mana mungkin ia menyerah begitu saja."Sudahlah Mas, ceraikan saja Mayla, toh sekarang kamu sudah punya aku. Buat apa kamu merendahkan harga dirimu seperti ini, seharusnya Mayla itu tahu diri." Arumi mengusap dada Adam seraya menatapnya mesra, atau lebih tepatnya menggoda. Dikalungkannya kedua lengannya di leher Adam."Aku masih mencintai Mayla, lagipula sudah ada Alex yang pastinya akan sangat sedih melihat kedua orangtuanya berpisah," ujar Adam."Lihat aku Sayang, tatap mataku, lalu katakan sekali lagi. Apa kamu memang masih mencintai Mayla, atau t
"Alex, makan dulu Sayang, biarkan Daddy istirahat dan membersihkan diri dulu di kamar, pasti hari ini sangat melelahkan, iya kan Daddy?" sindir Mayla."Baik Mommy, tapi nanti kita main lego ya Daddy," ucap Alex. "Iya Sayang, sekarang makan dulu ya!"Adam menghembuskan nafas dengan kasar lalu menurunkan Alex dari gendongannya. Ia paham kalau Mayla sedang menyindirnya. Dengan cepat ia berjalan masuk ke dalam kamar.Mayla hanya meliriknya sekilas, lalu melanjutkan mengurus makan siang Alex. Tunggu saja Mas, kita akan selesaikan segera masalah kita, batin Mayla.***Setelah selesai mengurus Alex yang kini sudah terlelap dengan tidur siangnya. Mayla masuk ke kamar dan dilihatnya Adam sedang duduk bersandar di sofa. Sepertinya pria berusia 30 tahun itu sudah mandi dan berganti pakaian."May..." sapa Adam lirih."Hmm.." sahut Maya tanpa menoleh, dirinya memilih duduk bersandar di tempat tidur seraya menatap ke layar ponselnya."Aku tidak mau kita bercerai, aku harap kamu bisa menerima hubun
"Kita harus menyewa pengacara yang hebat untuk memenangkan hak asuh Alex dan juga agar Mayla angkat kaki dari rumah tanpa membawa apapun Mas," ujar Arumi."Tentu saja, biar dia menyesal telah meminta cerai dariku," dengus Adam kesal.Betapa sombongnya Mayla, apa dia pikir aku akan memohon padanya agar tidak bercerai. Salah besar kalau Mayla berpikiran seperti itu, batin Adam."Pasti Mayla akan menyesal Sayang, sudah bagus nasibnya yang hanya anak yatim piatu itu berubah setelah menikah denganmu, malah sekarang begitu sombong ingin bercerai denganmu," ucap Arumi seraya memijat lembut bahu Adam. Sesekali ia mengecup lembut leher dan telinga Adam.Inilah yang sangat Adam sukai dari sosok Arumi. Dia sangat pandai mengambil hati Adam. Arumi bisa membuat jiwa kelelakian Adam merasa tersanjung karena tindakan dan ucapannya. Tak pernah sekalipun Arumi membantah apalagi menolak kemauan Adam."Sayang...Jadi kapan kamu mau menceraikan Mayla?" ucap Arumi manja."Secepatnya, besok aku akan menemui
"Sebenarnya sejak dulu itu Bibik sudah mencurigai sikap Non Arumi. Bahkan beberapa kali Bibik sering melihat dia menatap Den Adam dengan pandangan genit. Pernah juga beberapa kali saat Non Arumi menginap disini, Bibik melihat Den Adam keluar diam-diam dari kamar yang ditempati Non Arumi. Tapi Bibik takut mau cerita sama Non Mayla, karena Non Mayla kan sayang sekali dengan dia," ujar Bik Atun.Mayla terdiam mendengar pengakuan Bik Atun. Pastinya selama ini Adam dan Arumi menertawakan kebodohan Mayla yang tidak mengetahui perselingkuhan mesum mereka. Betapa gilanya mereka, bahkan rumah ini pun tak luput jadi ajang mereka berbuat mesum."Iya Bik, jujur aku tidak menyangka Arumi tega melakukan hal ini padaku. Padahal aku sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri," ucap Mayla lirih."Sabar ya Non, Den Adam dan Non Arumi itu memang keterlaluan. Apalagi Non Arumi itu, benar-benar tidak tahu malu dan tidak tahu diri. Kalau diibaratkan, Non Mayla itu seperti sedang menolong seekor anjing y
"Sabar dong Pak! Ini aku juga lagi mundur, kalau mau cepat biar mobil Bapak saja yang mundur dan biar mobilku yang lewat duluan," jawab Mayla kesal. Dan celakanya, mesin mobil Mayla tiba-tiba mati, mobilnya mogok disaat yang tidak tepat.Tiiiin....Tiiiin.....Tiiiiiin!!"Hei! Kok malah berhenti? Gimana mobilku bisa keluar kalau begini?" seru lelaki yang ada di mobil. Dengan cepat ia keluar dari mobilnya lalu menghampiri Mayla dengan wajah juteknya."Ma-maaf, mobilku tiba-tiba mogok," ujar Mayla gugup."Damn!! Buka kap mesin mobilnya!" seru lelaki itu lalu membuka kap mesin mobil Mayla. Mayla yang ikut turun, diam-diam memperhatikan lelaki yang sedang mengotak-atik mobilnya itu. Dari penampilannya, sepertinya dia sebaya dengan Adam, wajahnya tampan namun karena enggan tersenyum, aura intimidasi lelaki berkacamata hitam itu menjadi begitu terlihat."Biar aku yang menggeser mobilmu, merepotkan saja!" ujar lelaki itu lalu masuk ke dalam mobil Mayla seakan sudah sangat yakin kalau mobil Ma