Arfan dan Dimas pulang duluan, karena uang yang dibawa oleh Arfan itu ternyata dibutuhkan oleh bokap Dimas. Dan Arfan tidak membawa motor, dia berangkat nebeng sama Dimas. Mau tidak mau mereka pulang duluan. Sekarang hanya tinggal Rey dan Naufal yang juga akan pulang dengan Naufal yang akan mengantar Rey pulang. Meski awalnya Rey tidak mau tapi Naufal kekeh ingin mengantar pulang Rey. Rey sebenarnya tidak nyaman jika harus pulang dengan Naufal. Mungkin karena rencana pernikahan itu yang membuat Rey harus tidak nyaman. Karena sebelumnya, Naufal sudah cukup sering mengantar Rey pulang dan biasa-biasa saja rasanya, tidak seperti sekarang. "Masuk Rey," seru Naufal yang sudah ada di kursi kemudi. Rey mengangguk saja, dia akan masuk ke kursi belakang seperti biasanya. Karena Rey selalu duduk di kursi belakang jika pulang bersama dengan Naufal dan Aisyah. Dan sekarang mereka hanya berdua saja, Rey tetap akan duduk di belakang."Lu mau duduk di belakang?" decak Naufal. "Iya," jawab Rey po
Waktu bergerak sangat cepat, satu minggu berjalan tanpa terasa dan akhirnya sekarang tiba juga di hari yang akan mengubah semuanya. Tidak ada yang spesial, hanya ada beberapa orang yang diundang untuk menjadi saksi. Ya, hari pernikahan itu tiba. Mereka sepakat akan menikah di kantor KUA setempat. Baik Naufal atuapun Rey tidak ada yang berdandan. Mereka hanya mengenakan baju rapi. Jangan lupakan Aisyah yang sejak tadi sibuk menenangkan Naufal. Seolah dia benar-benar tidak masalah dengan kehadiran Rey di dalam hidup mereka. Naufal mengenakan kemeja warna putih, begitu juga dengan Rey. Keduanya sama-sama mengenakan kemeja warna putih. Aisyah sempat menawarkan kebaya yang dia kenakan saat pernikahannya dengan Naufal dulu, tapi Rey menolaknya. Dia lebih nyaman menggunakan kemeja putih dan celana hitam panjang."Bagaimana kalian sudah siap?" tanya bapak penghulu.Rey melirik Naufal yang tampak tegang, kemudian Rey melihat Aisyah dengan raut wajah yang terlihat seperti ragu-ragu. Rey menari
Naufal terbangun ketika sayup-sayup dia mendengar suara adzan dari masjid yang tidak jauh dari rumahnya ini. Naufal bangun sambil menggeliatkan tubuhnya, dilihatnya Aisyah yang masih sangat pulas. Naufal tersenyum melihat Aisyah masih berada di sampingnya. Aisyahnya masih menjadi orang yang paling setia berada di samping Naufal baik dalam keadaan susah ataupun senang. Naufal bergerak mendekat pada Aisyah yang masih tertidur, dengan perlahan Naufal mendekatkan wajahnya pada wajah Aisyah. Melihat Aisyah dari dekat seperti ini adalah kebiasaan Naufal yang tidak Aisyah ketahui. Karena Naufal akan melakukannya ketika Aisyah sedang tertidur dengan pulas. "Syah, bangun ... Ini sudah subuh," Naufal berusaha membangunkan Aisyah dengan suara cukup pelan. Dia tidak mau kalau Aisyahnya terkejut jika Naufal membangunkan dengan suara yang cukup nyaring. "Syah, ayo bangun.""Hmmm .."Aisyah mengucek-ngucek matanya, perlahan Aisyah membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah Naufal yan
"Masakan Aisyah emang enak banget," seru Rey dengan mulut yang masih penuh dengan nasi dan lauk pauknya.Semalam, sehabis pulang dari KUA mereka sudah larut malam dan tidak sempat untuk makan. Lebih tepatnya Naufal dan Aisyah tidak menawari Rey makan dan sekarang Rey makan sekitar jam sembilan pagi. Maklum saja jika Rey merasa sangat kelaparan. Aisyah hanya tersenyum melihat tingkah Rey itu, sedangkan Naufal hanya fokus pada apa yang dia makan. Dia tidak menghiraukan Rey yang sejak tadi mengoceh ini dan itu meski sedang makan. Aisyah tahu sekali jika Naufal sedang berusaha bersikap biasa-biasa saja setelah semua yang terjadi.Kali ini Aisyah sengaja masak cukup banyak, karena untuk saat ini dan kedepannya anggota mereka akan bertambah. Jika biasanya Aisyah hanya masak untuk dirinya dan Naufal, sekarang Aisyah juga harus masak untuk Rey. Kalau bukan karena Aisyah ingin Rey membantunya, dia tidak mungkin mau untuk menampung Rey di rumahnya. Rey sangat pecicilan dan tengil, meski memang
Rey harus berpikir cepat."Gua lagi ada di panti, gua udah lama tidak ke panti. Gua lagi mau ngajarin anak-anak karate nih," ucap Rey sambil menggingit bibir bawahnya saking takut mereka curiga. "Kok nggak ada suara anak-anak?" tanya Dimas lagi. Rey ingat, dia segera mengambil leptopnya dari dalam tasnya itu. "Ada kok, ini gua baru dari kamar mandi makanya nggak kedengeran suara mereka. Nih, kalau lu mau denger suara mereka," Rey menyetel satu video yang di mana dia sedang mengajari anak-anak karate. Untung Rey punya beberapa video anak-anak panti yang sedang latihan."Oh, gua kira lu boong sama gua.""Ya nggaklah, kalau lu nggak percaya kita video call aja yuk," ajak Rey yang tentunya dengan harapan Dimas tidak menyanggupinya. "Nggak perlu lah, gua sama Arfan langsung pulang aja. Gimana kalau sore ini kita ngumpul di cafe?"Rey cukup lega kali ini. "Cafe ya? Oke deh, sore ini gua usahain bisa. Ya udah ya, gua mau lanjut ngajarin mereka latihan."Sebelum Dimas menjawab Rey langsun
Berusaha biasa saja setelah semua yang terjadi nyatanya tidak mudah bagi Naufal. Apalagi saat ini dia harus duduk bersama dengan Rey di kantin bersama dengan Dimas dan Arfan. Mereka sedang menikmati jus yang mereka pesan, mereka sepakat untuk tidak makan kali ini. Mereka hanya duduk saja di kantin sambil menikmati suasana kantin yang penuh sesak dengan para mahasiswa yang kelaparan itu. Jangan tanya Rey saat ini sedang apa, dia sedang meneliti setiap gadis yang masuk ke dalam kantin ini. Jika ada yang lewat di sampingnya, dengan tidak tahu malu Rey akan menyapa mereka. Dan seperti sama saja, mereka menyahuti sapaan Rey itu dengan ramah. Ada yang sampai merona pipinya karena saking senangnya di sapa oleh Rey. Lalu Naufal? Dia acuh saja seperti biasanya, mengingatkan Rey menurutnya hanya buang-buang waktu. Tidak ada gunanya juga, Rey tidak pernah mau mendengarkan apa kata Naufal. "Lu nanti habis kuliah mau ke mana Rey?" tanya Arfan pada Rey. Rey melihat pada Arfan dan berhenti men
"Gua juga bakal tidur, cuma gua tadi lihat lampu ruang tengah hidup ya gua cek. Eh, ternyata lu nggak tidur," tentunya ini jawaban bohong Naufal karena sebenarnya dia tidak tidur dengan Aisyah karena malam ini dia harus tidur dengan Rey. Rey merasa malas untuk berdebat dengan Naufal kali ini. Dia akan pindah ke kamarnya saja, dia akan membaca buku di dalam kamarnya. Rey yakin Naufal tidak akan bisa lagi mengganggunya ketika sudah ada di dalam kamar. Rey bangkit sambil terus memegang bukunya itu. Naufal melihat Rey yang sudah bangkit, Naufal semakin tidak nyaman karena dia harus cepat-cepat untuk mengatakannya pada Rey. "Mau ke mana?" tanya Naufal. Rey berdecak kesal, "Ya mau ke kamarlah, tadi lu nyuruh gua tidur," jawab Rey sambil menjauhkan dirinya dari Naufal. Dengan itu, Naufal juga bangkit dengan cukup gesit dari sofa tersebut. Dia mematikan lampu ruang tengah sebentar dan kemudain mengekor Rey yang sekarang sudah ada di depan pintunya.Rey menyadari sesuatu, meski dengan kead
Lima menit yang lalu baru saja adzan subuh, Naufal sudah bangun sejak sebelum adzan subuh meskipun kegiatannya bersama Rey mengharuskannya tidur cukup larut tadi malam. Ya, Naufal sudah memenuhi tanggung jawab itu pada Rey. Meski awalnya Rey cukup takut dan ragu, akan tetapi Naufal mampu meyakinkan Rey untuk tetap melanjutkannya. Sekarang, Naufal masih memandang dengan tidak percaya pada Rey yang sekarang tengah tertidur lelap di sampingnya. Tubuh polosnya tertutupi selimut hingga leher, Rey terlihat sangat lelah. Naufal tidak tega untuk membangukannya, hanya saja Rey tetap punya tanggung jawab untuk shalat subuh. Mau tidak mau Naufal tetap harus membangunkan Rey. Naufal yang masih bertelanjang dada berusaha mendekati Rey, niat Naufal hanya untuk membangunkan Rey agar segera mensucikan diri dan shalat subuh bersamanya dan juga Aisyah. Akan tetapi, saat wajahnya dan wajah Rey berjarak sangat dekat, Naufal tidak kuasa untuk tidak menatap Rey dengan lekat. Ada dorongan dalam diri Naufa