Share

Rey Sang Idola

Penulis: Sitti Rohmah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-31 20:37:26

Ketiga temannya hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat tingkah salah satu teman mereka tidak berhenti tersenyum. Padahal, baru semalam orang tersebut menangis sambil tersedu-sedu, orang tersebut bahkan terlihat tidak punya semangat hidup lagi. Dan sekarang orang tersebut sangat berbeda 180 derajat. Dia tampak selalu tersenyum, dia ramah pada semua mahasiswa yang ada di lorong kampus. Bahkan sesekali dia tampak tebar pesona pada gadis-gadis yang ada di sana. Untung wajahnya memang tampan, jika dilihat dari keempatnya dialah yang paling tampan. Meski, ada salah satu dari mereka yang juga tidak kalah tampannya dari orang yang sedang sedikit sinting itu. 

"Rey, lu kesambet apaan sih?" tanya salah satu temannya.

Yang satunya lagi bertugas untuk mengecek kening orang yang bernama Rey itu. Yang ditanya tidak menjawab, dia masih asik tebar pesona pada gadis-gadis. Bahkan dia tidak merespon meski temamnya ada yang mengecek keningnya. Dia tetap sibuk mengedipkan matanya pada gadis-gadis yang ada di kampus ini. Dan ini memang kebiasaannya setiap hari, sebenarnya itu tidak cukup mengherankan. Hanya saja, mereka tahu semalam Rey itu nangis-nangis saat mereka berkumpul di salah satu cafe. 

"Semalem lu tidur di mana, Rey?"

"Di kosan lah, ya kali di rumah pacar lu," jawabnya enteng tanpa dosa dan itu cukup membuatnya mendapatkan jitakan dari temamnya yang bernama Arfan itu. 

"Gua serius kali, Rey," ucap Arfan kesal. 

"Lu kayak nggak tahu aja si monyet ini kan paling tidak bisa diajak serius," sanggah Dimas menimpali. Yang disebut monyet tidak merasa berdosa meski sudah membuat tamannya itu cukup kesal. 

"Gua serius, gua tidur di kosan," katanya dengan menaik-turunkan alisnya pada Naufal yang sejak tadi hanya diam saja. 

Sontak saja Dimas dan Arfan langsung melihat penuh selidik pada Naufal. Pikiran mereka sepertinya sama kali ini, meski bentukan luarnya tidak sama. "Jangan bilang lu minjemin dia duit lagi untuk bayar kosannya, Fal?" tanya keduanya kompak. 

"Yapsss ... Benar sekali." Itu bukan Naufal yang menjawab. Akan tetapi itu jawaban dari orang yang tidak tahu malu bermana Rey. Bagaimana tidak, dia sudah tiga kali meminjam uang pada Naufal untuk membayar kosannya dan tidak tahu kapan dia akan menggantinya. Pasalnya dia saat ini sedang menganggur dan tidak punya pekerjaan sampingan. Rey sudah dipecat dari restoran tempat dia bekerja karena selalu telat datang.

....

"Fal, liat deh yang di meja depan. Itu yang pake baju selutut cukup ketat, cantik dan seksi kan?" bisik Rey pada Naufal. 

Kedua temannya yang lain sedang menikmati bakso yang mereka pesan. Sedangkan bakso milik Rey belum tersentuh karena dia sibuk memandangi cewek yang pake baju warna merah selutut itu. Sungguh itu bentukan yang sangat sempurna menurut Rey, meski dia tidak berniat untuk memiliki, akan tetapi Rey sering merasa sangat terkesan dengan gadis semacam itu. Dia terlahir sempurna dan seksi. 

Naufal melihat sekilas gadis yang ditunjukkan Rey itu, kemudian Naufal berbalik menatap Rey dengan malas. Ditatapnya Rey yang masih tidak melepaskan matanya dari gadis yang sepertinya sedang asik berbincang dengan teman-temannya.

"Lu seriusan ngomong gini?" Tanya Nuafal penasaran. 

Arfan dan Dimas juga ikut menatap gadis itu setelah Naufal yang bertanya seperti itu pada Rey. Dan bagi keduanya, gadis itu memang cukup menarik. Cantik dan sangat seksi. Sayangnya gadis seperti dia belum tentu masih perawan, sulit mendapati gadis seseksi gadis itu dalam keadaan yang masih perawan. Apalagi ini di kota metropolitan, tidak ada yang benar-benar bersih dan polos.

"Ya emangnya kenapa? Seksi nggak?" tanya Rey belum mengerti dengan pertanyaan Naufal. 

Naufal hanya menarik napasnya yang terasa berat. Berapa kali dia harus ingatkan Rey soal ini. "Lu lupa lu siapa Rey?"

"Nggak, gua ingat. Gua Rey," jawab Rey sambil melihat pada Naufal. Sepertinya Rey mengerti apa yang ditanyakan Naufal. 

"Lu itu sama dia sama Rey, sama-sama perempaun," tegas Naufal pada Rey. Ini yang sering Rey lupa, meski seberapa sering Naufal mengingatkan tentang jati diri Rey sebenarnya selalu saja Rey seakan lupa akan hal itu. 

Naufal tidak pernah menyangka kalau sahabatnya yang dia kenal sejak masuk di kampus ini ternyata adalah seorang perempuan. Bagi Naufal, Dimas, Arfan dan Aisyah, ini bukan rahasia lagi. Bahkan semua dosen tahu Rey itu perempuan yang berpenampilan laki-laki. Teman-teman seangkatan juga banyak yang tahu dia itu perempuan, hanya saja masih saja ada yang dengan terang-terangan naksir berat pada Rey. Semakin hari, semakin banyak para gadis yang jatuh cinta dengan pesona Rey yang memang kelewat tampan itu. Sampai saat ini tidak ada yang tahu apa alasan Rey sebenarnya memilih berpenampilan laki-laki, setiap ditanya dia hanya bilang lebih nyaman saja. 

"Gua cuma suka lihat dia saja,  bukan berarti gua suka dia, Fal."

"Heran gua, lu itu cewek tapi suka lihat cewek seksi. Emang lu nggak ada tertariknya gitu sama cowok?" tanya Dimas sedikit penasaran. 

"Salah, yang ada cowok yang nggak tertarik sama dia. Mana ada cowo yang mau sama gadis seperti dia. Yang ada mereka entar dikira homo," seloroh Arfan.

Semuanya pun tertawa tidak terkecuali Rey. Sudah dibilang dia itu tidak akan marah meski diejek begitu, karena tidak ada perkataan teman-temannya yang dia masukkan hati. Cuma rasanya aneh saja, dia yang dihina, dia juga yang ikut tertawa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kodrat (Menjadi Wanita)    Harus Melepaskan

    "Dim, gua hari ini mau ke rumah lu, ya," ucao Rey ketika mereka baru saja keluar dari kelas. Hari ini, kelas mereka keluar secara bersamaan jadi mereka bisa langsung untuk ngumpul.Kalau Naufal? Anak itu tadi katanya mau ke fakultas Aisyah dulu, dia mau memastikan Aisyah masih ada kelas lagi atau tidak. Jadi, saat ini hanya berkumpul Rey, Arfan dan juga Dimas. Seperti biasa, sore-sore begini mereka memilih ngaso di bawah pohon yang berada di halaman fakultas mereka. "Lu yakin?" tanya Dimas."Iya, gua yakin kok. Gua udah sembuh. Lu liat aja kaki gua udah sembuh gini," kata Rey. Sebenarnya tidak benar-benar sembuh. Hanya lebih lumayan ketimbang hari kemarin.Sedangkan Arfan, sejak tadi sepertinya dia tengah sibuk dengan isi pikirannya sendiri. Dia tidak ikut mengobrol dengan Rey dan Dimas. Rey yang menyadari jika Arfan sedang dengan dunianya segera menyenggol Arfan."Lu apaan sih, Rey? Main senggol aja, lu pikir gua ubin? Lu pikir gua dinding bisa lu senggol?""Lagian lu kenapa? Kayak

  • Kodrat (Menjadi Wanita)    Seperti Dejavu

    Rey menghapus air matanya yang terus saja mengalir meski sudah berusaha untuk ditahan oleh Rey. Rasa sesak itu belum hilang dari dada Rey. Jujur saja, kenyataan tentang kehamilan Aisyah itu membuat Rey terus kepikiran. Rey masuk ke dalam rumah ketika Aisyah masuk ke dalam kamarnya menyusul Naufal, saat itu Rey diam-diam masuk ke dalam kamarnya. Namun, sampai di dalam kamarnya Rey masih tak bisa menghentikan air mata yang terus saja mengalir bak anak sungai di pipinya. Rey tahu hal ini cepat atau lambat akan terjadi, pernikahannya dengan Naufal hanyalah pernikahan kompromi yang hanya ingin mendapatkan anak. Dan sekarang, Naufal ataupun Aisyah sudah tidak membutuhkan dirinya lagi. Sesal memang tidak datang sejak awal. Andaikan dulu Rey bisa meyakinkan Aisyah bahwa dia bisa memiliki anak tanpa harus melibatkan Rey, mungkin pernikahan ini tidak akan terjadi. Andai setiap kali Dimas menawarkan untuk bekerja di toko orang tuanya Rey sanggupi tanpa perlu pikir panjang, mungkin Rey tidak akan

  • Kodrat (Menjadi Wanita)    Terbongkarnya Kehamilan Aisyah

    "Kak Rey," panggil Cindy dengan setengah teriak.Akhirnya, setekah beberapa hari Cindy tidak ketemu dengan Rey. Kali ini Cindy sangat bahagia karena dia bisa ketemu dengan Rey, meskipun saat ini Rey tengah bersama dengan tiga temannya yang lain. Cindy tidak peduli, yang penting dia bisa ketemu dengan Rey.Berbeda dengan Cindy yang tampak bahagia karena bisa ketemu dengan Rey, Naufal tampak tak suka ketika Cindy berjalan mendekati mereka. Naufal ingat ketika di mana Rey sedang bersama dengan Naufal dan tiba-tiba Cindy ini menelpon Reu dan mengajak Rey untuk ketemuan."Akhirnya ketemu juga," ucap Cindy setelah dirinya sampai di dekat Rey. Cindy langsung duduk di samping Rey, tidak peduli dengan ketiga teman Rey yang ada di sana sambil melihat sikap Cindy yang cukup clingy terhadap Rey."Ada apa, Cin?" tanya Rey."Kangen tahu," ujar Cindy sambil terlihat manja dengan Rey. Rey tidak menyangka dengan sikap Cindy yang tiba-tiba itu, Rey cukup risih. Padahal, Cindy sudah biasa seperti ini de

  • Kodrat (Menjadi Wanita)    Naufal Mulai Cemburu

    Sebelum subuh, Rey sudah berada di kamar mandi kareena merasakan mual yang tak terkira. Sudah berulang kali dia memuntahkan isi perutnya, tapi mualnya itu tetap tak juga hilang."Huek ... Huek ...."Rey merasa sangat lemas, belum lagi kakinya yang sekarang malah terlihat bengkak. Padahal, semalam seperti tidak apa-apa. Untuk jalan Rey merasa sangat kesulitan, sekarang Rey harus merasakan lemas karena mual."Gua kenapa, sih? Perasaan mualnya nggak ilang-ilang dari kemarin," keluhnya.Rumah masih sepi, karena ini memang masih belum masuk waktu subuh. Mungkin Naufal atupun Aisyah masih terlelap tidur. Untung Rey merasakan mual ini sekarang, entah jika nanti. Rey hanya tidak ingin membuat Aisyah ataupun Naufal harus merasa khawatir dengan dirinya. Cukup dengan numpang makan dan tinggal gratis di rumah ini saja. Rey tak ingin merepotkan mereka dengan hal lain.Di sisi lain, Aisyah terbangun karena merasa kebelet pipis. Aisyah melirik Naufal yang masih terlelap. Setelah memasang kembali jil

  • Kodrat (Menjadi Wanita)    Api Cemburu

    Sampai di rumah, Aisyah sudah tampak berdiri di teras kontrakan mereka yang sederhana itu. Rey turun setelah Naufal membukakan pintu mobilnya. Dan itu tidak lepas dari pandangan Aisyah, seketika hati Aisyah terasa terbakar. "Loh, kok kamu ada di luar?" tanya Naufal.Aisyah tak menjawab, dia masih menatap tajam ke arah Rey yang berjalan dengan kaki pincang. "Dia kenapa?" tanya Aisyah dengan nada yamg sangat kentara jika dia marah terhadap Rey. Pertanyaan itu dia tujukan pada Naufal.Rey memilih menundukkan kepalanya, karena selain karena Rey sedikit takut Aisyah marah, Rey juga sedang berusaha untuk menyembunyikan merah di bagian lehernya akibat perbuatan Naufal. "Itu yang aku bilang tadi, Syah," kata Naufal sambil melirik Rey yang masih menunduk. Naufal sebenarmya juga tak tenang saat tahu Aisyah sudah menunggu mereka, Naufal takut jika Aisyah melihat bekas perbuatannya di leher Rey. "Rey tadi jatuh dari motor.""Kok bisa?" Aisyah menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya dia naik motor

  • Kodrat (Menjadi Wanita)    Di balik Rasa Khawatir

    "Aw, sakit tahu, Fal," keluh Rey. Karena kakinya tersentuh kasa seperti itu makin tambah perih saja."Apa gua bilang! Ngeyel, sih. Untung lu nggak apa-apa," protes Naufal sambil membersihkan luka di kaki Rey.Rey yang tadinya sedang mencoba motor gede milik Dimas berakhir tragis dengan mencium aspal yang membuat kakinya luka. Lengan sebelah kirinya juga seperti patah, cuma sepertinya, karena sampai saat ini Rey masih kekeh tak mau dibawa ke rumah sakit. Suasana seru itu langsung berubah panik saat Rey terjatuh dari motor gede milik Dimas. Orang-prang yang ada di taman itu juga sempat panik dan berkerumun untuk melihat Rey. Tapi akhirnya mereka pergi juga setelah tahu Rey hanya lecet sedikit."Sorry, Dim. Gua nggak sengaja," kata Rey yang merasa bersalah. Ini semua terjadi dengan tiba-tiba, Rey menjadi sangat pusing dan mual saat sebelum kejadian jatuh tersebut. Pusing dan mual yang datang tiba-tiba. Rey yang tak fokus itu akhirnya terjatuh juga. "Gua ganti deh. Kayaknya itu spion mot

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status